TDH - 39

33.5K 955 52
                                    

Akhirnya setelah berulang kali revisi, sampai hapus+nulis lagi
Akhirnya aku publis juga nih cerita

Jadi, aku tuh nulisnya kalo dibaca lagi keliatan kurang menarik, aku hapus lagi, terus nulis lagi. Makanya aku upnya agak lama, soalnya ya gitu. Berulang kali revisi.

Sebelum baca, tolong dong follow author dulu. Biar aku tambah semangat nulisnya.

Selamattt baca semuanya
😍😍😍

.
.
.
.
.
.

Pukul 03.00 pagi setelah memastikan Zanna tidur, Algrarez pun memutuskan untuk keluar. Mengistirahatkan kepalanya yang teramat berisik. Berulang kali cowok itu menghisap rokoknya dengan sangat kasar. Membuat aura badboy dalam diri Algrarez malah tambah terpancar, terlebih cowok itu tidak memakai baju. Membuat roti sobek yang sangat jamahable itu terpampang dengan jelas.

Perasaannya seharusnya tenang karena Zanna sudah menjadi miliknya seutuhnya. Tapi, Algrarez malah merasa gelisah tidak berhujung. Ketakutan akan kehilangan Zanna justru semakin membesar. Apalagi fakta bahwa dia pernah menghamili Anya masih ia sembunyikan rapih-rapih dari Zanna. Sekali lagi, Algrarez berpikir. Bagaimana jika seandainya Zanna tau? Akan sekecewa apa wanita itu?.

Helaan nafas terdengar begitu berat, Algrarez nampak frustasi dengan wajahnya yang tidak bisa tidur malam ini.

"Bangsat!"

Algrarez menatap kedatangan Kenzo dengan sinis. Wajah Kenzo yang terkejut setengah mati seperti habis melihat seekor manusia serigala pun membuat Algrarez justru berdecih sinis.

"Ya allah! Gue pikir pocong anj! Taunya lo!" Seriusan deh, jantung Kenzo bahkan sekarang masih nari balet di dalam sana sangking terkejutnya. Habis siapa suruh coba? Malem-malem begini malah nongkrong di luar?.

Tanpa menunggu disuruh dan tanpa berharap akan dipersilahkan duduk oleh Algrarez, Kenzo langsung saja duduk di sebelahnya. "Bagi sebatang doang elah! Pelit amat lo." ucap Kenzo yang hendak meraih sebungkus rokok milik Algrarez yang masih tersisa empat batang itu.

Algrarez berdecak, mau dilarang sebagai mana pun. Kenzo pasti akan tetap mengambilnya. Bagaimana pun caranya.

"Muka lo nyet kondisikan! Udah kaya orang kena maling aja, kusut banget tuh muka." Sejatinya Kenzo adalah temannya yang paling mengesalkan. Entah itu dari ucapannya yang ceplas-ceplos, dari tingkah kekanakannya, atau bahkan dari tingkah jahilnya. Tapi, terlepas dari itu semua. Kenzo orangnya setia kawan. Dijamin pokoknya.

Algrarez berdecak, "Bacot anjir, sekali lagi lo ngomong, gue jeburin lo ke kolam!"

Alih-alih takut, Kenzo malah terkekeh geli. "Harusnya lo seneng, kan? Abis dikasih jatah."

Algrarez langsung melirik Kenzo dengan sinis. "Bangsat! Lo denger?"

"Ya denger lah! Orang Zanna aja sampe teriak gitu." Jadi, kamar Kenzo itu persis di sebelahnya kamar Algrarez dan Zanna. Tentu saja di villa Gabriel, yang kamarnya kedap suara hanya ada di kamar pemiliknya tentunya. Maksudnya kamar milik Gabriel menjadi satu-satunya kamar yang kedap suara.

Algrarez memejamkan matanya erat. Seberusaha mungkin, cowok itu menahan agar tidak punya riwayat kriminal atas kasus pembunahan. Soalnya Kenzo ini termasuk ciri-ciri orang yang halal untuk dibunuh.

"Santai! Santai! Gue dengerin sebentar doang. Sumpah deh," Katanya sambil mengangkat dua jarinya membentuk huruf V. Sementara Algrarez hanya meliriknya sinis.

"Bangsat," Geram Algrarez benar-benar ingin membunuh Kenzo sekarang juga. Tapi, sayang. Kalau dibunuh, nanti siapa yang akan menuruti perintahnya lagi?. Kenzo kan selain jadi temannya, jadi babunya juga.

ALGRAREZ || The Devil HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang