Chapter 25 - Pesta Perilisan Film Part 2

22 0 0
                                    

*Haloo guys, tolong buat vote, komen dan share biar aku makin semangat buat update ceritanya. 😘

HAPPY READING! 🥰 *

Setelah berada di dalam hotel, ku dan Shyntia masuk ke dalam lift. Shyntia menekan tombol lantai 16. Kulirik Shyntia,"Apa yang dimaksud dengan black floor?", Shyntia mendongak ke arahku,"Tidak akan kuberitahu sekarang. Nanti juga kamu akan mengetahuinya." Ku terdiam dengan jawabannya. Ku penasaran apakah akan diberitahu atau ku harus bisa menebaknya. Saat sampai di lantai 16, pintu lift terbuka. Shyntia kembali menggenggam tanganku dan kami berjalan keluar lift. Di depan pintu coklat besar yang terletak sebelah kiri dari lift, terdapat dua orang petugas pria berpakaian merah putih dengan celana hitam sedang berjaga. Shyntia menghampiri mereka berdua lalu mengeluarkan kartu undangan dari dalam tasnya.

Seorang petugas memeriksa kartu undangan Shyntia. Kuhampiri petugas lain kemudian ku tunjukkan kartu undangan. Setelah pemeriksaan selesai, salah satu dari mereka membukakan pintu. "Ayo, Barry.", ucap Shyntia dan gadis itu berjalan duluan. Kuikuti Shyntia dari belakang. Ruangan ini sangat luas dan banyak meja. Warna biru mendominasi ruangan ini. Dari meja yang menggunakan taplak biru, karpet biru hingga dindingnya pun biru. Kuamati orang-orang yang ada disana. Lalu di depan kulihat Jason Crane, pria yang merupakan sutradara film yang akan ditayangkan perdana malam ini.

Shyntia berhenti di meja keempat yang ada di depan lalu duduk di kursi kedua. Ku duduk di sebelah Shyntia lalu ku bertanya,"Siapa dua orang lagi yang duduk bersama kita?", Shyntia menjawab,"Satu orang adalah teman baikku sesama artis. Aku tidak tahu satu orang lagi." Setelah Shyntia mengatakan itu, seorang gadis yang tampaknya seumuran dengan Shyntia menghampiri kami. Shyntia berdiri dari kursinya lalu memeluk gadis itu. Saat Shyntia melepaskan pelukan, Shyntia berkata,"Barry, kenalkan ini sahabatku, Harmony William. Harmony, kenalkan ini kakakku, Barry Wilson." Wajah Harmony tampak sumringah,"Halo. Salam kenal, Barry.", ku mengangguk,"Salam kenal juga Harmony." Kami pun duduk di kursi setelah proses perkenalan.

Jason Crane berdiri di atas panggung dengan karpet merah,"Terima kasih banyak untuk kalian semua yang telah meluangkan waktu untuk menghadiri acara penayangan perdana film baruku yang berjudul "Between World and Hell". Suatu kebanggaan bagiku bisa memperlihatkan karya film ini kepada kalian semua. Berhubung sekarang sudah jam 18.05, jadi tanpa banyak basa-basi, sesi penayangan perdana film "Between World and Hell" diputar sekarang." Dari belakang Jason, muncul layar biru kemudian lampu dimatikan. Film pun mulai diputar.

Kubagi perhatianku pada film dan pada orang-orang di sekitar. Namun dengan suasana gelap ini dan dengan posisi yang berjauhan, rasanya sulit untuk mengamati mereka satu persatu. Kuputuskan untuk fokus menonton film. Film "Between World and Hell" ini mengenai seorang pendeta yang dimintai tolong oleh seorang ayah untuk menyelamatkan putri bungsunya yang dirasuki oleh setan. Ceritanya lumayan menarik bagiku. Tanpa terasa film ini pun selesai diputar. Total durasinya 2 jam 5 menit. Lampu ruangan kembali menyala lalu Jason Crane kembali naik ke panggung. Pria itu mengambil mikrofon kemudian berkata,"Baiklah. Film sudah selesai dan aku ingin memanggil tiga orang tamu terpilih untuk memberitahukan pendapat mereka mengenai film ini."

Seorang staf laki-laki berambut pirang berpakaian merah dengan celana hitam naik ke atas panggung kemudian memberikan tiga kartu undangan kepada Jason. Jason mengambil kartu undangan kemudian memanggil mereka satu persatu. Tiga orang yang dipanggil adalah John Swartz yang merupakan pengusaha di bidang mobil, Vicky Zhang yang merupakan artis dari China dan Tabitha Akamai yang merupakan jurnalis. Kecuali Tabitha, sikap serta bahasa tubuh John Swartz dan Vicky Zhang saat di atas podium mengingatkanku pada Henry dan Rasya. Entah karena John merupakan orang Amerika sama seperti Henry atau Vicky juga artis dari negara Asia sama seperti Rasya namun ku merasa mereka berdua merupakan anggota organisasi. Ku masukkan nama mereka berdua dalam benakku sebagai orang yang kuyakini bagian dari organisasi.

Jason Crane kembali berbicara melalui mikrofon,"Para tamu yang terhormat, sekarang sudah jam 20.35. Makan malam untuk kalian semua sudah siap. Silakan masuk ke pintu yang berada di sebelah kanan. Kuharap kalian semua menikmati hidangan yang disajikan." Jason membungkuk kemudian turun dari panggung. Dua orang staf pria membukakan pintu tempat kami makan malam. Harmony berdiri lalu menghampiri Shyntia,"Shyntia, maaf aku tidak bisa ikut sesi makan malam. Ayahku tidak mengizinkanku pulang melewati jam 10 malam. Aku harus segera pulang.", Shyntia berdiri lalu memeluk Harmony,"Tidak masalah, Harmony. Lagipula aku bersama kakakku. Hati-hati di jalan ya?", Harmony melepaskan pelukan Shyntia kemudian mengangguk lalu dia berlari keluar.

Shyntia menatapku,"Apa kamu lapar, Barry?", kujawab,"Tidak terlalu namun aku ingin mencoba makanan disini.", ekspresi Shyntia tampak girang,"Ayo kita kesana dan makan.", ku tertawa melihat Shyntia yang terlihat senang seperti ini. Ku berdiri dari kursi lalu merangkul Shyntia dan berjalan menuju ruangan tempat makan malam. Terdapat banyak pilihan makanan disini. Shyntia mengambil spaghetti dengan daging asap dan susu vanilla sementara ku mengambil salad sayur, daging asap, kentang goreng dan jus apel. Setelah mengambil makanan, kami duduk kembali di meja.

Shyntia memakan potongan terakhir daging asap kemudian menghabiskan susu. Kuhabiskan jus apel lalu berdeham dan Shyntia menatapku,"Aku tidak terlalu memerhatikan semua tamu namun ku yakin telah menemukan dua orang yang kurasa merupakan anggota dari organisasi." Wajah Shyntia tampak tenang saat mendengarnya lalu berkata,"Bukankah sudah kuberitahu padamu bahwa anggota yang hadir malam ini ada tiga orang? Namun sudah sangat bagus bahwa kamu bisa menduga dua orang. Tidak masalah apabila kamu salah menebak." Shyntia berdiri dari kursinya,"Diam disini. Jangan kemana-mana dan tunggu aku kembali." Kutatap adikku yang pergi menghampiri sang sutradara yang sedang duduk sendirian di dua meja dari sini.

Entah apa yang Shyntia katakan kepada pria itu namun Jason tampak mendengarkan dengan seksama. Pria itu kemudian mengulurkan tangannya kepada Shyntia dan Shyntia menggenggam tangan Jason. Setelah itu, Shyntia kembali ke meja dan duduk di sebelahku. Gadis itu berbisik,"Sebentar lagi akan ada pelayan hotel memberikan minuman alkohol pada Jason Crane.", kulirik ke arah pria itu dan benar saja, staf laki-laki yang tadi memberikan kartu undangan kini memberikan gelas berisi alkohol bening kepada Jason. Jason langsung meminum minuman alkohol tersebut. Kutatap Shyntia,"Apa yang tadi kamu katakan padanya?", Shyntia menjawab,"Aku hanya memuji filmnya dan berkata bahwa suatu saat nanti aku ingin bermain di film yang dia sutradarai."

Tepat saat setelah Shyntia mengatakan itu, terdengar pekikan tertahan. Ku lihat Jason Crane memegang lehernya dan terdapat busa putih di sekitar mulutnya. Dalam hitungan detik, pria itu tumbang di lantai. Suasana menjadi ricuh dalam sekejap dan banyak orang menjerit. Shyntia memasang ekspresi takut lalu kuraih tangannya dan membawa Shyntia keluar dari ruangan itu. Sekilas kudengar seorang wanita menelepon ambulans dan mengatakan bahwa Jason Crane pingsan. Saat sudah dekat dari lift, Shyntia melepaskan tangannya dari genggamanku dan ekspresinya sudah normal kembali.

Shyntia menekan tombol lift dan sambil menunggu pintu lift terbuka, gadis itu mengambil ponsel dari tasnya lalu menelepon seseorang.
"Halo, Dalmore. Semuanya berjalan lancar. Lumina menjalankan tugasnya dengan baik." Shyntia mematikan teleponnya setelah mengatakan itu. Pintu lift terbuka dan kami pun segera masuk ke dalam lift. Shyntia menekan tombol lantai 5. Ku menghela napas karena tidak tahu apapun mengenai kejadian tadi. Kudorong Shyntia ke ujung lalu dengan marah ku bertanya,"Siapa yang membunuh Jason Crane? Lalu apa yang membuatnya seperti itu? Apa racun yang sama dengan yang menimpa politikus kemarin?"

Wajah Shyntia tampak begitu tenang lalu dengan perlahan menurunkan lenganku dari bahunya,"Henry dan Elena yang akan menjelaskan semuanya. Lalu kamu harus beritahu siapa dua orang yang kamu curigai sebagai bagian dari organisasi." Kucoba mengendalikan emosiku dan menarik napasku. Pintu lift terbuka di lantai 5. Shyntia keluar dari lift dengan riang sementara ku berjalan di belakang gadis itu. Di depan pintu kamar dengan nomor 5036, Shyntia mengetuk pintu. Kulihat Elena membukakan pintu dan berkata,"Selamat datang di black floor."

The Secret Of Me & My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang