Fourteen

307 23 4
                                    

MOVE TO @KEENAGNA

MOVE TO @KEENAGNA

MOVE TO @KEENAGNA

---

London, 6th December 2035.
2.16 PM.

Irene melangkahkan kakinya dengan tenang memasuki apartement, ia membuka sepatu ketsnya dan menggantukan jaketnya.

"Aku sampai lupa memberitahu Kai bahwa aku sudah di London.. huft." Keluhnya sambil merebahkan diri di kursi sofa. Ia pun mengambil handphonenya dan menghubungi Kai.

"Yeoboseyo, Kai?"

"Yes, ada apa noona?" Tanya Kai.

"Aku sudah berada di London sejak kemarin, maaf aku baru memberitahumu." Irene berjalan santai ke arah balkon dengan tangan yang masih menggenggam handphonenya disamping kepala.

"Oh okey, bagaimana jika sore ini kita bertemu di Starbucks, sebrang apartement-mu? Jangan lupa untuk mengajak Minho." Kai berkata dengan tenang. "Dan tolong jangan sampai terlambat ne." Gurau Kai sedikit mencairkan suasana.

Irene meringis, Kai masih mengingat kebiasaannya. "Baiklah Kai, aku akan berusaha untuk tidak membuatmu menunggu." -Padahal akulah yang biasanya menunggu- Lanjut Irene dalam hati.

"Oke Noon, sampai ketemu nanti." Kai langsung memutuskan telfon sambungannya. Irene menghela nafas panjang.

Ia memandang beberapa mobil yang sedang berlalu-lalang dari atas balkonnya ini. Membiarkan semilir angin menyapu wajah manisnya dan menerbangkan helaian rambutnya. Irene tersenyum kecut. Ia ingin menangis, namun ia ingin tertawa juga disaat waktu yang bersamaan.

Sampai kapan ia harus terjebak dalam masa lalunya?

Sampai kapan ia harus membohongi dirinya sendiri?

"Maafkan aku, Minho."

---

3.23 PM

Krystal terlihat sibuk didepan layar monitor macbooknya, matanya tak pernah lepas dari layar monitor tersebut. Disana terpampang jelas, artikel tentang seorang Designer Bae Joohyun/Bae Irene, pacar dari Kim Jongin, putra tunggal dari Jenderal Polisi, yang berselingkuh dengan Choi Minho, seorang Photographer Internasional.

"Argh, ini semakin rumit saja." Gumam Krystal. Semenjak ia mendapat telfon dari Steven, tentang Irene dan Minho yang berada di London. Krystal langsung tancap gas. Ia langsung mencari sumber yang dapat menjelaskan apa hubungan si Photographer dan Designer dengan Putra Jenderal itu.

Krystal menyimpulkan bahwa, ketika Irene berpacaran dengan Alexander. Irene juga telah berhubungan dengan Minho, alias berselingkuh.

Krystal mengangguk mengerti. Ia pun memutuskan untuk bertemu dengan Steven. Ia mengambil ponselnya dan mengetik sebuah pesan.

To: Steven

Sore ini, starbucks cafe.

Send.

Krystal memasukkan macbooknya kedalam tas ransel, dengan celana pendek diatas lutut dan jaket berhoodie ia pun keluar dari Apartement itu. Tak lupa ia mengambil tas ranselnya dan menaikkan hoddienya untuk menutupi kepala.

Sampai di lorong Apartement, dibelakangnya ada seorang gadis berwajah Asia yang nampaknya sedang terburu-buru. Dengan tak sengaja gadis itu menyenggol Krystal sampai terjatuh dan berkata "Ah, Mianhae-Mianhae." Kata gadis itu. Ia pun berkata lagi. "Eum, i mean. I'm sorry." Krystal melihat paras gadis itu. "Irene?!" Teriaknya dalam hati, Krystal masih berusaha menutup mukanya dengan hoodie. Irene membantunya bangun. "Are you okay?" Irene bertanya. "I'm okay." Jawab Krystal lirih. "Eum oke, maaf aku harus buru-buru." Irene pun pergi dan langsung memasuki lift.

Itu tadi.. Irene?

What the hell.

Bagaimana ia bisa satu Apartement dengan Irene?!

---

Musim salju sudah mulai datang, Krystal merutuki kebodohannya. Ia harusnya memakai celana panjang tadi. Ah tapi tidak apa, jarak Starbucks Cafe dengan Apartementnya sangat dekat.

Ia melihat sudah ada Steven disana. Krystal tanpa basa-basi langsung menghampiri Steven.

"Stev, you must know something." Krystal berkata dengan nada panik sambil ngos-ngosan.

"Apa itu?" Steven mencoba tetap tenang memakan kuenya kalem.

"Aku-bertemu-dengan-Irene." Krystal memberi jeda. "ia-satu-apartement-denganku." Lanjutnya dengan tergagap. Steven membulatkan matanya.

"Apa ia mengenalimu, Kryst?" Tanya Steven. "Untungnya, ia tidak mengenaliku." Krystal mengambil macbook dalam tasnya. Steven menghembuskan nafas lega mendengar jawaban Krystal.

Krystal menyipitkan matanya, pmelihat kearah ujung ruangan, ia bergumam, "Shit," Krystal menggertak. "Why Kryst?" Steven mengikuti arah pandang Krystal. Tak berbeda dengan Krystal, Steven malah mengusap wajahnya frustasi.

Di ujung ruangan sana, terpampang jelas Minho, Kai, dan Irene sedang berdiskusi. Entah apa yang mereka bicarakan.

"Kenapa harus selalu ada salah satu dari mereka?" Steven berkata lirih.

Krystal terdiam sembari menggigit bibir. Ia tampak sedang berfikir. "Aha! Aku punya ide." Celetuknya.

Steven memandang Krystal penuh tanda tanya, Krystal membalasnya dengan seringaian jahat.

Krystal memanggil seorang pelayan, "Ssst, sst" Desisnya kepada seorang pelayan tersebut. Pelayan tersebut langsung menghampiri Krystal. "Yes, miss?" Tanya pelayan tersebut. "Apakah kau akan mengantar minuman ini ke meja di ujung sana?" Tanya Krystal. Pelayan itu mengangguk. Krystal pun menyuruh pelayan tersebut untuk menaruh sebuah mic dibawah gelasnya. Agar bisa terdengar apa yang mereka bicarakan. Tak lupa, Krystal memberikan selembaran uang dollar kepada pelayan tersebut.

Krystal dengan buru-buru menyambungkan mic tadi ke laptopnya. Ia dan Steven pun mendengar semua percakapan tersebut.

Di sisi lain, Kai yang tidak tahu bahwa dibawah gelasnya terdapat sebuah mic kecil hanya bersikap biasa saja.

"Jadi, Minho. Aku sangat meminta bantuanmu untuk meng-hack website Black ID itu. Soal bayarannya, tenang saja aku akan memberikan lebih dari yang kau minta." Lanjut Kai sambil sesekali menyeruput minumannya.

Minho tampak berfikir sejenak, ia menatap mata Irene yang ada di sebrangnya, matanya seolah berkata "Bagaimana menurutmu?" Irene hanya mengangguk pelan.

"Tadi katamu, siapa namanya-? Jung Soo Jung?" Tanya Minho. Kai mengangguk. "Baiklah, tapi untuk menghack website Black ID, itu diperlukan waktu sebulan sampai dua bulan." Jelas Minho, "Lagipula aku harus menyelasaikan tugasku disini. Jadi itu pasti memakan waktu yang sangat lama." Lanjutnya.

Sejujurnya bagi Kai, sebulan-dua bulan adalah waktu yang sangat lama. Namun ya bagaimana lagi, mau tak mau ia harus bisa mencari pembunuh Ayahnya itu. "Baiklah Hyung, tidak apa-apa." Jawab Kai dengan santai.

Mereka pun selanjutnya membahas topik lain, membahas masa lalu mereka ketika SMA, dan hal lainnya sembari sesekali tertawa cekikikan.

Krystal dan Steven yang dari ujung sana mendengar semua pembicaraan mereka, hanya saling bertatapan dengan wajah datar. Krystal susah payah menelan ludahnya.

"Mr.Wu tidak boleh ikut campur masalah ini. Kita harus menyelesaikan ini sendiri, sebelum mereka tau identitasmu. Sebulan-Dua bulan adalah waktu yang sebenarnya cukup lama. Kau harus bisa mendekati Alexander dalam jangka waktu tersebut." Jelas Steven, ia berusaha berkata dengan nada santai. Namun tak bisa dipungkiri juga, ia menyimpan rasa cemas.

Yap, rasa cemas akan Krystal.

---

Haloha guys! Maafkeun ya lama sekali updatenyaaa x(

Maap jg kalo banyak typo/salah kata. Males ngedit bzzz:(((

Terimakasih loh buat kalian yang udah setia jadi readers cmiyc HEHEHHE

Loveyou lah guys intinyamah ya!!

-kenagna.

Catch Me If You Can [Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang