Mentari menyambut pagi dengan hangat, kicauan burung bertengger didahan menemani gadis yang tengah duduk manis diruang utama. Terdengar pintu terbuka, terlihat sang ibu yang baru saja masuk dengan sapu ditangannya. "Dari mana mah?"
"Pasar."
"Kok ke pasar bawa sapu?"
"Ya dari depanlah Diva, pake nanya!" ketusnya membuat anak bungsunya menyengir.
"Eh mah rumah depan kita udah ada yang isi ya?"
Mamah menyimpan sapunya ditempat semula lalu menghampiri Diva, "Iya, baru aja mamah kenalan,"
"Makin banyak deh temen ghibah mamah," Diva terkekeh.
"Hari ini kamu libur kan?"
Gadis itu mengangguk karena memang benar guru sedang ada rapat, ia mengambil posisi rebahan disofa sambil bermain ponsel.
"Tolong siramin tanaman dong, mamah mau liat abang kamu dulu,"
"Iya." balasnya tapi masih dengan posisi yang sama.
"Diva!"
"Hehe iya mah," Diva bangkit berdiri sebelum ibunya mengamuk lagi, "Ini mau keluar."
Mamah menggelengkan kepala.
Diva berjalan mengambil selang dan membuka keran, "Mentang-mentang libur, disuruh ini itu, kali-kali nyuruh istirahat kek,"
"Nih orang ngedumel mulu, gak ikhlas lu ya," sahut Roni dari belakang sembari mengeluarkan motor.
"Diem bang, gak mood berantem." balasnya tanpa menatap, tangannya mulai bergerak menyirami tanaman.
"Bukain pager sana," titahnya.
Diva seketika menoleh dan berkacak pinggang, "Heh! Gue bukan pembantu ya!"
"Minta tolong elah, abang telat nih ke sekolah," kata lelaki yang menggunakan baju olahraga itu sembari menyalakan mesin motornya.
Gadis itu berdecak tapi tak urung ia membukakan pintu pagernya.
Roni memakai helmnya dan tepat saat disamping sang adik ia menengok, "Makasih ya bi," setelah berujar seperti itu, ia langsung membawa motornya melesat pergi.
Diva melotot, "ABANG IH!" teriaknya kesal.
***
Lapangan kini dipenuhi oleh murid kelas 11 IPA 2, sebagian murid menyimpan botol minumnya lalu ikut bergabung bersama yang lain. "Bapak absen dulu ya, yang hadir dan sehat acungkan jempolnya,"
Setelah semua nama disebut, pria paruh bayah itu bangkit berdiri. "Oke, hari ini kita masuk ke materi pertama yaitu bola basket." penjelasan singkat diterangkan hingga mereka mulai mempraktikkan.
"Tanding dong pak, tim cewek sama cowok," sahut yang lain.
"Udah pasti laki menang sih,"
"Jangan kepedean dulu, kita punya Salma, mau apa lo?!"
"Oh, eskul basket," gumam Roni yang baru tahu, lelaki itu tak sadar bahwa Salma berada dibelakang dan mendengarnya.
"Kenapa, takut lawan gue?" Salma menantang.
Roni menoleh sekilas, "Liat aja nanti."
Peluit dibunyikan, tim perempuan diantaranya ada Salma sementara Nabila memilih duduk menonton bersama Nadin, berbeda dengan Paul dan Roni yang ikut terjun kesana.
Babak pertama dimenangkan oleh tim Salma, gadis itu mendadak selebrasi meledek Roni, "Kalo malu tutupin aja pake baju."
Roni yang tak terima mengangkat tangan, "Ayo mulai lagi pak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
PANAROMA
Teen FictionNaik ke kelas 11 seperti tak ada perubahan dalam diri Roni. Sikapnya masih sama, suka terlambat, tidur dikelas, bolos bahkan tak mengerjakan tugas. Paul yang digadang-gadangkan menjadi good boy pun ikut terbawa ajakannya. Hingga satu waktu, mereka k...