Hari kelima mereka latihan begitu keras bersama staff yang baru. Staff tersebut memiliki parenting VOC. Jadi, selain kelelahan fisik. Akhir-akhir ini mereka juga lelah dalam segi mental.
Selalu pulang jam 2 malam, terkadang beberapa dari mereka tidak pulang ke dorm melainkan langsung pergi ke lokasi syuting acara jika memang ada jadwal. Sebab rata-rata acara TV di sana mulai sangat pagi.
Sisi lain staff baru nya memiliki emosi yang mudah terbakar.
"STOP! EJ?!" Staff mendekat kearah leader saat musik sudah dimatikan atas permintaanya. "Kau tau kalau koreografi nya sudah kita ubah beberapa hari lalu?"
EJ menunduk dan mengangguk kecil.
"LALU KENAPA KAU MASIH KELIRU?!!!"
"Maaf," ucap EJ membungkukkan diri.
Kemudian dia mendekati Jo dan Harua. "Kalian! Saat bagian chorus 2 kenapa tatapan kalian datar? Bisakah kalian belajar makna lagunya? Beritahu aku makna lagu ini!"
"Kesenangan terhadap kedewasaan," Jo menjawab.
"Lebih percaya diri," susul Harua.
"Bagus. Coba kalian berdua dance dari chorus 2."
Jo dan Harua melakukan perintah sang staff. Untuk mengatur ketukannya mereka berdua bernyanyi sambil melakukan koreo.
"Lihat!" Sang staff menarik Yuma untuk memperhatikan mereka berdua. "Apakah mereka sudah cukup baik?"
Yuma menelan ludahnya. "Tidak."
"Kenapa tidak?"
"Ekspresi mereka saat bertatapan sangat kaku," jawab Yuma merasa tidak enak dengan temannya.
"Sudah tau kesalahannya dimana, kenapa masih diulang?" Ucap staff mulai membentak Jo dan Harua.
"Besok akan ada jadwal khusus untuk kalian berdua. Jangan harap saya akan melepaskan pandangan dari kalian jika terus melakukan kesalahan yang sama dan membuat kesalahan baru."
🍙🍙🍙
S
aat jam istirahat, Harua berkumpul seperti biasanya dengan EJ dan Nicholas. Sejak di ruang practice tadi mereka sudah menduga jika Harua akan merengek seperti ini. Jadi tidak kaget saat doi beneran memekik kesal.
"Ini lebih parah," Harua berteriak. "Kak Jujuuuu gimana?"
"Mau gak mau Lo harus hadepin dan deketin Jo sih daripada kena omel staff terus," saran EJ.
Kalau disuruh milih memang lebih baik menghadapi Jo daripada staff baru tersebut.
"Gue setuju. Lo bakalan terus dimarahin kalau hubungan Lo sama Jo aja buruk begitu. Apalagi ngaruh sama kerjaan kalian," Nicholas mendukung saran yang EJ berikan.
Harua menghela nafas. "Bantuin gue biar bisa dekat sama Jo."
Nicholas kelihatan ngeluarin hp dan ngetik sesuatu. Dia tampak berdiskusi dengan EJ tanpa mengajak Harua. Karena dicuekin Harua akhirnya kesal. Namun setelah beberapa menit hilang karena Nicholas mengirimkan sesuatu untuk membantunya.
"Itu list yang harus Lo lakuin buat deket sama Jo, karena bikin jadi temen deket gak bisa. Lo harus goda dia, anggep aja Lo ngejar-ngejar dia layaknya cogil," jelas Nicholas membuat Harua menggeleng.
"Idih gakmau!"
"Tenang aja, Lo bayangin kalau Jo cuma mainan. Tugas Lo ngegoda dan menarik dia. Gausah khawatir karena tujuan Lo cuma buat main-main," perkataan Nicholas berhasil membuat Harua berfikir. Jika ia menganggap Jo mainan ia menjadi tidak peduli dengan pendapat Jo. Wow, pengendalian pikiran dari Nicholas berhasil juga.
"Nicholas?" EJ kelihatan kesal, ia mencubit lengan sang teman. "Jadi selama ini? Gue cuma mainan Lo?"
"Apasih Ju? Jangan di sini deh bahasnya."
Muka EJ semakin ditekuk ngebuat Harua melemparkan tanya. "Kenapa?"
"Gay panic dia," cetus Nicholas membuat EJ meninju perutnya.
tbc...