15. Agreement

1.6K 55 4
                                    

Alin tidak mengambil resiko, kemarin ia memang mengatakan akan memutuskan hubungan dengan Alvian, namun tentu saja itu semua akal-akalannya supaya Rafa bisa tenang dan tidak memukul kekasihnya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alin tidak mengambil resiko, kemarin ia memang mengatakan akan memutuskan hubungan dengan Alvian, namun tentu saja itu semua akal-akalannya supaya Rafa bisa tenang dan tidak memukul kekasihnya lagi.

Alin dan Alvian pun sudah sepakat untuk berpacaran secara diam-diam atas permintaan Alin. Karena di lain sisi, Alvian pun cukup ngeri jika Rafa kembali memukulnya, bahkan pukulan cowok itu masih berbekas sakit di tubuhnya.

Setidaknya tunggu sampai dia pulih, Alvian pasti akan membalas perbuatan Rafa.

"Udah kamu masuk duluan aja, aku mau merokok dulu," kata Alvian, saat ini mereka berdua di atas roftop sekolah.

"Yaudah, tapi jangan lama-lama ya. Nanti keburu Guru masuk."

"Oke, baby. Jangan lupa pikirkan apa yang aku minta tadi ya."

Alin mengangguk kaku, segera melangkah meninggalkan roftop. Sambil menuruni tangga, pikiran Alin berkelana tentang permintaan Alvian lima menit yang lalu.

Cowok itu mengajak Alin berciuman bibir, dan Alin menolaknya. Mendengar permintaan Alvian membuatnya langsung teringat pada Rafa, cowok itu lah yang mengambil ciuman pertamanya. Tapi jika Rafa yang menciumnya sudah jelas jika cowok itu suaminya dan dia tidak akan mendapatkan dosa, tapi jika Alvian?

Alin merasa ketakutan tanpa sebab, dia merasa tidak benar menuruti kemauan Alvian, namun cowok itu malah memberinya waktu untuk berpikir lagi.

"Lo dari mana?"

Alin terkejut bukan main melihat Rafa sudah berdiri menjulang di hadapannya, karena asik melamun sehingga Alin tidak sadar kedatangan suaminya ini.

"Lo dari mana, Alin? Jangan bilang lo ketemu sama anjing itu."

"Apaan sih, gue gak ketemu sama siapa-siapa." Alin menepis tubuh Rafa, namun sayang tubuh cowok itu tidak bergerak, keras seperti batu!
"Minggir gak!"

"Lo kenapa marah-marah mulu kek banteng betina. Lagi pms ya?" tanya Rafa, meskipun di dalam hati dia marah, namun sepertinya dia perlu memberi ruang pada Alin. Rafa tahu jika istrinya sedang bertemu dengan si bajingan Alvian di atas roftop.

"Gue emang lagi pms!" bentak Alin lagi, benar-benar seperti banteng betina.

"Yah, padahal gue pengen nagih jatah," ucap Rafa, membuat kedua mata Alin membola.

Alin menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Raf, gue gak mau ya. Gak ada lagi jatah-jatah segala."

"Kenapa? Nolak suami dosa lho? Lo mau jadi istri durhaka?" Rafa menaikkan satu alisnya, begitu puas melihat wajah tertekan istrinya.

Alin menggeleng kuat. "Ya gak mau lah. Tapi bisa kan lo nunggu gue siap dulu?"

"Nunggu siap gimana sih? Waktu kita bercinta aja lo nikmati juga kan? Desah-desah keenakan, gue tau Al—,"

Sincere LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang