Seperti biasa, pagi-pagi sekali akan selalu ada sarapan bersama. Ini sudah menjadi sebuah tradisi bagi keluarga Harjasa. Sibuk ataupun tidak, sarapan wajib di rumah."Saya mau bicara," ucap Ganendra setelah sarapan selesai. Mamanya melirik Ganendra, sedikit terkejut saat Ganendra buka suara. Takut, kalau seandainya akan terjadi pertikaian lagi sepagi ini.
"Bicaralah, saya dengar kamu kemarin bertemu dengan Aruna?" Tanya Harjasa, menatap putranya yang tampak tenang. Meskipun dia tau Ganendra tidak akan diam, anaknya itu pasti punya rencana tersendiri untuk memberontak terhadapnya.
"Ya, saya bertemu dengan calon istri yang Papa pilih. Saya dan Aruna sepakat agar rencana pernikahan ini tidak tersorot media apapun, saya mau semua ini dirahasiakan dari publik. Apapun itu," ucapnya sangat percaya diri. Kartika sedikit lega saat mendengarkan anaknya yang sepertinya sudah menerima perjodohan ini.
"Kamu ini ngomong apa Ganendra? Saya nikah kan kamu dengan Aruna itu agar media tau, agar semua tau kalau menantu kita adalah Aruna Manggala. Putri kesayangan Manggala yang banyak dipuji-puji. Ini kesempatan emas untuk perusahaanmu yang baru saja kamu rintis. Papa yakin, perusahaanmu akan naik sahamnya, banyak investor datang, dan perusahaanmu akan lebih kuat, bisa-bisanya kamu berpikir untuk merahasiakan ini semua," jawab Harjasa tertawa mengejek.
Sebenarnya Ganendra tau, Papanya tidak akan dengan mudah menerima semua persyaratan yang akan dia ajukan ketika menikah dengan Aruna. Tapi dia tetap berusaha meskipun lagi-lagi dia tidak bisa mengalahkan sang Papa.
"Tapi--" belum sempat dia melanjutkan perkataannya, Harjasa sudah menyela. "Gak ada tapi-tapi Ganendra, mau tidak mau kamu akan tetap menikah dengan Aruna. Kita sudah atur jadwal pernikahan yang kurang satu minggu. Hari Selasa kita kerumah Aruna, untuk melamarnya. Persiapkan dirimu," ucap Harjasa tersenyum miring.
"Satu minggu? Papa gak bercanda?" Tanya Ganendra tidak menyangka akan secepat ini.
"Papa sudah kasih kamu waktu, tapi sepertinya kamu masih main-main dan berharap pernikahan ini batal. Kenapa Ganendra? Kamu takut wanitamu marah?" Ejek Harjasa lagi, Ganendra benar-benar menahan amarah sejak tadi, dia masih sangat menghormati ayahnya meskipun disisi lain dia juga sangat membencinya.
Kepalan tangannya dielus sang Mama, tampaknya Kartika tau, Ganendra menahan amarah. Kartika juga menatap seolah-olah mengisyaratkan Ganendra untuk menghentikan perdebatan pagi ini.
"Terserah kata Papa," lalu Ganendra berjalan cepat meninggalkan ruang makan.
"Kamu keterlaluan sama anak kamu sendiri Mas," ucap Kartika ketika melihat anaknya sudah menghilang dari pandangannya.
"Terus aja bela dia Kartika, kamu yang keterlaluan, kita sudah membebaskan dia dari dulu, liat sekarang dia tetap menjadi anak pemberontak," balas Harjasa sengit.
"Ganendra butuh waktu, pernikahan itu juga bukan hal yang main-main lagi Mas, kamu sendiri yang mau anak kita gak gagal lagi di pernikahan ini."
"Ya memang, tapi Ganendra harus diberi pelajaran Kartika, anak itu masih merencanakan berbagai hal saya tau, jadi mempercepat pernikahan adalah jalan keluar. Pernikahan ini akan di sebarkan, publik akan tau, semua sosial media akan penuh dengan pemberitahuan pernikahan mereka," ucap Harjasa tersenyum penuh arti. Kartika hanya bisa diam dan berdoa, semoga saja menantu pilihan suaminya itu memang wanita baik yang akan selalu mendampingi anaknya di segala situasi.
*****
"Pernikahan kamu kurang satu minggu lagi," ucap Rahayu, menatap anaknya yang tampak santai rebahan di kasurnya.
Aruna langsung terduduk, menatap maminya seolah tidak percaya. "Mami gak bercanda?"
"Mami barusan denger Papimu telepon dengan Harjasa. Lusa, mereka akan datang ke rumah kita untuk meminangmu. Sabtu dan Minggu adalah acara pernikahan kalian," jawab Rahayu duduk di pinggir Aruna.
"Mi? Aku gak mau!" Ucap Aruna masih terlihat ingin semua rencana ini batal.
"Sayang, maafin mami gak bisa bantu apa-apa selain doa, kemarin kamu udah ketemu kan sama Ganendra? Gimana katanya? Kalian gak ngomong tentang pernikahan ini?"
Aruna menoleh, menatap Rahayu dengan mata berkaca-kaca. "Udah ketemu sama Ganendra, dia jahat banget kalau ngomong Mi. Licik, Aruna gak suka, dia benar-benar bukan tipe suami idaman," ucapnya.
"Seburuk itu Ganendra?" Kata Rahayu benar-benar khawatir.
"Ya gak buruk sih mi, tapi dia tuh ada simpenan," kata Aruna jujur. Tidak mau menutupi hal ini.
"Simpenan? Maksut kamu dia udah punya pacar?"
"Iya udah! Pacarnya itu model di perusahaan kita Mi!" jelas Aruna menggebu-gebu.
Rahayu kaget. "Siapa? Kamu jangan ngawur gitu? Jadi Ganendra ini gak direstui begitu? Kok sampai-sampai dia mau dijodohin sama kamu!"
Aruna jadi ingin tertawa melihat ekspresi Mami, dari dulu kalau diajak ngomongin orang Maminya itu selalu lucu.
"Gak ngawur, beneran aku udah ada beberapa bukti valid. Kalau direstui itu, Ganendra belum bilang ke orang tuanya. Kemarin Ganendra udah berusaha ngomong tapi hasilnya nihil. Aku gak mau jadi yang nomer dua Mi!" Rengeknya.
"Siapa? Beri tahu Mami, enak aja anak Mami mau dinomer duakan," katanya kesal.
"Mbak Asha, tau kan? Itu model kesayangan Mami bukan?"
Rahayu melotot tidak percaya. "Hah? Asha Haruan? Yang bener kamu?"
"Udah bener dibilangin! Kenapa? Mami gak percaya?"
"Oke, Mami cari tau lebih dalam lagi tentang Asha secepatnya, dia memang keliatan baik, tapi Mami tetap gak akan tinggal diam kalau anak Mami di nomer duakan," ucap Rahayu mantap. Aruna manggut-manggut setuju.
"Mami keluar dulu, kamu siap-siap makan malam," katanya berlalu pergi, Aruna hanya mengiyakan.
*****
"Satu minggu lagi?" ucap Asha melongo kaget.
"Aku juga gak tau kenapa Papa tiba-tiba merubah tanggal pernikahan ini, aku udah berusaha mungkin, tapi Papaku emang keras kepala sayang," ucap Ganendra memeluk Asha dengan erat.
"Gimana Ganen? Kita udah gak bisa ya?"
"Bisa sayang, bisa, kita ke rencana awal. Kita tetap bisa bertemu seperti ini layaknya kekasih," ucap Ganendra menenangkan.
"Apa kita nikah siri aja?" ucap Asha tiba-tiba, membuat Ganendra mengerai pelukannya dan menatap Asha.
"Nikah siri?" Tanyanya.
"Iya, bulan depan setelah kontrakku habis dengan perusahaan milik Aruna. Aku mau kita nikah siri dulu, gak akan ada yang menjamin kamu tetap milikku kalau kita hanya pacaran Ganendra," ucap Asha mengambil keputusan.
Ganendra menghela nafasnya, "oke, kalau itu yang kamu mau, kita akan nikah siri kapanpun kamu mau, aku siap."
KAMU SEDANG MEMBACA
Holding you [On Going]
ChickLitAruna Jatnira Manggala, namanya selalu dipuja-puja diberbagai kalangan, hidupnya dianggap sempurna. tentu saja terlahir dari jajaran keluarga terkaya di Indonesia membuat hidupnya tidak bisa sembarang, jadi dia selalu dituntut menjadi yang paling se...