"Aduh, Sabian Jaya, saya ini tidak tegaan jadi orang, tapi saya juga tidak tega dengan pacar saya, nanti dia mau menginap kalo ada kamu dia tra jadi menginap, toh," ucap Bang Arie.
Bian berencana menginap di tempat Bang Arie selama beberapa hari, tapi Bang Arie menolak karena tempatnya ini hanya ada satu kamar dan satu kamar mandi, buka pintu sudah ketemu dapur dan pintu lagi yang menuju kamar tidur. Sempit lah pokoknya.
"Kau ini orang kaya kenapa pelit dengan diri sendiri, menginap lah kau ke hotel!" Ucapnya lagi.
"Kalo gue ke hotel yang ada keberadaan gue cepet di temuin sama bokap nyokap gue, Rie!" Jawab Bian.
Arie, pria berambut keriting itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Nona!" Panggilnya pada Dara yang sedang menikmati sotonya, "saya lihat kemarin Nona posting kamar yang mau disewakan, boleh lah untuk teman Abang!"
"Dara maunya cewek, Bang!"
"Kenapa? Cewek cowok yang penting cuan!" Ucap Bang Arie lagi.
Yah, sudah tidak bisa Dara hindari lagi kali ini, abot butuhe, Yu. Kalo nggak gini, Dara nggak bisa jamin tabungannya bakalan aman. Tapi yang jadi pertanyaan, Si Mas Bian ini mau nggak ngontrak kamarnya Dara?
"Memang Nona ini mau kontrakkan rumah yang mana lagi?" Tanya Bang Arie, "Nona ini kaya ,Sabian Jaya, masih muda tapi asetnya banyak, tapi masih kaya kau punya harta, hehe."
"Eng– kamar di apart saya, Bang," cicit Dara, "Mas Bian bersedia?" Tanya Dara.
Tidak ada tempat lain yang aman di sini. Cuma ada tempat Arie dan perempuan di hadapannya ini.
"Mas Bi?" Panggil Dara lagi.
"Oke - oke, gue mau."
Arie bernapas lega karena Bian bersedia menyewa kamar di unit milik Dara.
Posisi apartemen itu juga tidak terlalu jauh dari ruko yang Arie tempati. Hanya berjalan lima menit dari ruko itu akan sampai di sebuah gedung apartemen yang mempunyai puluhan lantai.
Arie sendiri adalah seorang fotografer lepas di kota itu. Bisa berteman dengan Sabian karena dulu ia sempat kuliah di ibu kota. Dan setelah lulus ia bekerja sesuai pasionnya, yaitu fotografi. Sementara Bian sendiri lanjut S-2 dan bekerja di perusahaan orang tuanya.
"Bang Arie kalo ada apa - apa langsung bilang ke saya, ya?" Ucap Dara sembari bangun dari duduknya.
"Baik, Nona, semua aman!"
"Mas Bian mau saya tunjukin tempatnya sekarang?"
"Enggak–"
"Aduh, Bian! Sana ikut Nona Dara, Raden Ayu-ku sebentar lagi datang ini!"
"Ya elah, Rie, pelit amat lo sama temen!"
Mau tak mau Bian harus ikut dengan Dara karena sang empunya rumah tidak mengizinkan Sabian tinggal.
"Naik apa nih?" Tanya Bian setelah keluar dari ruko.
"Jalan, Mas."
Bian membuntuti gadis berkemeja hitam itu. Bian rasa tinggi gadis itu hanya sedadanya. Mungil, tapi mont– satu kata yang bisa Bian gambarkan untuk Dara. Namun, mata Bian tidak bisa lepas dari tubuh bagian belakang gadis itu yang cukup sintal. Jangan lupakan tubuh bagian depannya yang ikut naik turun seirama dengan nafasnya.
Cantik. Bian suka.
Apalagi surainya yang terurai panjang sepunggung. Tidak lurus, hanya sedikit bergelombang. Sesekali Bian mencium aroma wangi jasmine bercampur vanila dari tubuh gadis itu.
"Gila, kenapa jadi sange gini gue!" Batin Sabian.
Bian menggeleng - gelengkan kepalanya.
"Nggak boleh, jangan, Bi, lo mirip musang birahi kalo lo terkam itu cewek sekarang!" Bisik malaikat di telinga Sabian.
~
TbcSedikit cerita, gue bikin ini karena gabut pas nganggur, guys. Jadi bulan lalu finally gue nikah sama cowok gue^_^, karena kita mau cepet - cepet punya momongan do'i suruh gue buat rehat dari kerjaan. Ada yang punya tips buat promil?
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving My Ladylord
Short StorySebatang kara √ Jomblo √ Pengangguran √ Itu yang Dara rasakan saat ini. Kehilangan orang tuanya ketika masih dibangku kuliah, diselingkuhi dan dicampakan sang kekasih, lalu tidak lama ia kena PHK. "nasib gue gini amat," tuturnya pada dirinya sendi...