Bab 27: Sedikit Harapan

39 9 0
                                    

Dia meninggalkan aku.

Tanpa berkata apapun.

Aku sangat yakin, dia melakukannya dengan sengaja. Itu adalah caranya untuk membalasku.

Tanganku mengepal—melilit garpu yang sedang aku genggam.

Bodohnya lagi, aku terlena dengan godaannya. Apapun yang berkaitan dengannya, aku tidak bisa menahan diriku sendiri untuk menggali kuburanku sendiri.

Harusnya aku menolaknya.

Harusnya aku menjauh, ketika dia memelukku.

Harusnya aku memberontak.

Hal yang sudah biasa aku lakukan. 

Sayangnya, hal itu tidak berlaku pada Roan. Aku selalu teralih dan terlena dengan sentuhannya. Kehangatan tubuhnya. Aroma citrus dan musk mallow miliknya yang membuatku kecanduan.

"Biar aku tebak." Callum bersuara dari sampingku. Dia duduk di kepala meja. "Hubungan kalian belum membaik." Dia menyinggungkan senyum kemenangannya, sambil melahap makan malamnya. "Roan langsung kembali dan kamu ikut makan malam bersama kami." Dia menyeringai lebar.

Tatapanku beralih pada Aeron. Dia berusaha menyibukkan diri memotong ikan yang ada di atas piringnya.

"Kamu menyuratinya saat aku datang." Aku melayangkan tuduhan tajam padanya.

Bibirnya menggulung menjadi satu garis tipis. Bahunya terkulai lemas. "Aku hanya menjalankan perintah." Gumamnya rendah, dia menolak melihatku. 

Aku beralih pada Callum. "Kenapa kamu tidak mengatakan yang sebenarnya?" Ucapku setengah berteriak padanya.

Callum berkata dengan santai. "Jika aku mengatakan yang sebenarnya, kamu pasti tidak akan kembali dan mencari cara untuk menghindari Roan." Dia mulai mengunyah tumisan dari atas piringnya.

"Berhenti mengejekku."

Dia mengangkat kedua bahunya tidak peduli. "Senang rasanya. Akhirnya, aku bisa membuat mulut para menteriku diam."

"Jangan mengumumkannya. Aku belum menyetujuinya." Ucapanku penuh dengan peringatan.

"Terlambat," Callum berkata santai. "Aku tentu saja sudah memberitahu mereka, begitu Roan menyebutkannya. Kehadirannya tentu saja menjadi pembicaraan disini. Aku tidak mungkin menutupinya."

Sudah cukup dengan topik memuakkan ini. Aku harus mengalihkan perhatian Callum. Lagipula, aku belum memberitahu permasalahan Soren dan sarannya. Walaupun Aeron pasti akan mengomeliku karena berbicara tentang pekerjaan saat makan malam. "Salah satu wilayah Soren tercemar." Aku memulai.

Seketika, Callum berubah memucat. Dia terdiam. Bahkan, berhenti menggerakkan perlatan makannya. Aku melanjutkan. "Bahkan ada juga wilayah Kerajaan Caladriel yang tercemar. Soren mengatakan padaku, dia menyarankan untuk mengadakan pertemuan. Dia ingin kita semua bekerjasama untuk memburu Renfal secara besar-besaran."

"Raja Alor masih mencurigaimu." Callum mengingatkan. "Dia masih belum memaafkan penyerangan yang sebelumnya dilakukan ayahmu."

Aku menghembuskan napas panjang sambil bersandar pada punggung kursi. "Bahkan ketika aku diam-diam menyembuhkan wilayahnya yang tercemar." Ucapku merenung sambil memandang kulit tangan kananku yang di hiasi riak air hitam—riaknya masih bergerak-gerak di atas kulitku. "Dia masih belum memaafkan aku."

"Dia kehilangan ayah dan ibunya."

"Aku juga." Suaraku terdengar pelan.

***

Setelah makan malam berakhir, Callum menulis surat pada Ketiga Raja Elf lainnya. Meminta kehadiran mereka tepat dua hari lagi, di istananya. Sedangkan Aeron masih sibuk menugaskan mata-matanya untuk melacak jejak Renfal. Edna tentu saja menyibukkan dirinya dengan kualinya di dalam ruangan barunya.

The Darkest Moon (Moon Series #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang