ENEMY WITH BENEFITS || ALAN YANG KALAP

5.5K 246 58
                                    

SOTC : Numb to the Feelings - Chase Atlantic

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SOTC : Numb to the Feelings - Chase Atlantic

•••

"Alan, tunggu!"

Denov menahan Alan yang sudah akan pergi, merasa sakit menangkap mata sahabatnya yang basah. Ini pertama kalinya Denov melihat Alan menangis.

Alan menarik kerah lelaki itu dengan wajah merah, "Aku menyuruhmu untuk menjaganya, sialan!"

"Aku tahu, tapi-"

"Kau juga menyukai adik tingkat itu," Alan terkekeh paksa, "Mengakulah, menurutmu Retha lebih cocok dengannya daripada aku, kan?!"

Denov menggeleng kencang, tak menghiraukan rasa nyeri di lehernya karena tarikan Alan, "Tidak benar!"

"Lalu kenapa, Nov?" tanya Alan dengan nada lirih, melepaskan tangannya saat tenaganya seperti terkuras dari dalam.

Terbayang beberapa menit yang lalu saat ia mendatangi area kampus berniat membuat kejutan untuk Retha; memegang erat medali emasnya, tak sabar memamerkannya secara langsung pada wanita itu.

Alan bahkan sudah menebak bagaimana kira-kira ekspresi terkejut Retha saat ia menyambutnya, apakah senang? Atau malah kesal karena kembali bertemu dengannya?

Jantungnya berdebar sangat kencang, merindukan pujaan hatinya.

Namun nyatanya, sampai disini Retha lah yang mengejutkannya.

Perasaan Alan remuk memandang dari jauh saat Retha memberi jawaban untuk Xander, dibawah kelap-kelip cahaya bintang yang tak terlihat memukau.

"Kak Retha, maukah kakak jadi kekasihku?"

Teriakan batin Alan terus menolak, diam tak berdaya menangkap kepala Retha mengangguk pelan.

Gerakan singkat yang mampu membuat Alan merasa dunianya telah jatuh. Retha dunianya.

Menggeleng pelan berusaha menghilangkan bayangan itu, Alan menatap ke bawah dengan kebencian nyata, terbawa emosi.

"Persetan semuanya." ucapnya sebelum melangkah cepat menuju motor yang masih terparkir di depan kampus.

Denov hanya bisa memandangi siluet sang sahabat dengan perasaan bersalah, harusnya lebih menjaga Retha agar Alan tak seperti ini. Semua kesalahannya.

Menunduk, Denov meraih medali emas yang sengaja Alan tinggalkan, meremasnya kuat, ikut merasa sesak atas penderitaan sahabatnya.

Alan mencengkram pegangan motor dengan kuat, melaju cepat di jalan raya melewati batas wajar, sama sekali tak mempedulikan nyawanya yang bisa saja terancam karena mengemudi ugal-ugalan.

Rasa sakitnya tak mau hilang, seberapa keras pun Alan mengusir bayangan menyakitkan itu dari otaknya.

Padahal kemarin mereka baik-baik saja, menghabiskan waktu bersama di atas motor dengan Retha memeluknya erat, membuat Alan merasa lengkap. Kenapa keadaan berubah secepat ini? Alan tak siap kehilangan Retha, ia tak akan pernah siap.

Enemy with Benefits⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang