THE SHADOW

_1_

Langit Paris menggantung rendah, menyisakan bayangan kelabu yang berdesakan di antara bangunan-bangunan tua yang berdiri angkuh di sepanjang tepi Sungai Seine. Hujan tipis mengguyur kota, menambahkan kesan suram pada malam yang dingin itu. Di balik kabut yang menyelimuti kota, sosok seorang pria berjalan pelan di sepanjang jalan berbatu. Mantelnya yang panjang berkibar tertiup angin, menyembunyikan sebagian besar tubuhnya. Wajahnya setengah tertutup oleh topi fedora yang dikenakannya dengan miring, hanya menyisakan mata tajam yang mengawasi sekeliling dengan waspada.

Eugène-François Vidocq, nama yang kini dikenal banyak orang, namun hanya sedikit yang tahu siapa dia sebenarnya. Sebelum menjadi seorang detektif swasta yang terkenal, Vidocq adalah seorang kriminal dengan rekam jejak yang panjang. Berulang kali ia berhasil meloloskan diri dari penjara, menjadikan dirinya sebagai legenda di dunia kriminal dan aparat hukum. Namun, itu semua adalah masa lalu yang ingin dia kubur dalam-dalam. Sekarang, ia berdiri di persimpangan jalan antara dua dunia, yang satu dikuasai oleh hukum dan keadilan, sementara yang lainnya adalah bayangan kelam dari masa lalunya.

Malam itu, langkah Vidocq terhenti di depan sebuah bangunan tua yang tampak terbengkalai. Jendela-jendelanya tertutup rapat dengan kayu lapuk, dan cat di dindingnya telah mengelupas, memperlihatkan batu bata yang mulai rapuh. Namun, bagi Vidocq, bangunan ini memiliki arti yang lebih dalam. Ini adalah tempat di mana segalanya dimulai; tempat di mana dia memulai perjalanan panjang yang penuh liku sebagai pemburu bayangan.

Pintu kayu berderit pelan saat Vidocq mendorongnya terbuka. Di dalam, bau lembab dan debu segera menyergap inderanya. Namun, di balik semua itu, ada sesuatu yang lain—aroma yang tak asing bagi Vidocq, aroma ketakutan dan kematian. Ia menyusuri koridor gelap, dengan langkah yang berhati-hati, hingga akhirnya tiba di sebuah ruangan yang hanya diterangi oleh satu-satunya lilin yang berdiri di atas meja tua.

Di tengah ruangan, seorang pria duduk dengan kepala tertunduk. Bajunya compang-camping, dan tubuhnya yang kurus tampak bergetar dalam kegelapan. Vidocq mengenali pria ini—Jacques, seorang informan yang dulu pernah bekerja dengannya. Jacques adalah seorang pria yang selalu terjebak di antara dua dunia, sama seperti Vidocq. Namun, malam itu, Jacques berada di ujung nasibnya.

“Vidocq…,” suara Jacques bergetar saat ia mendengar langkah kaki mendekat. Ia mengangkat wajahnya, matanya yang cekung memperlihatkan ketakutan yang tak bisa ia sembunyikan. “Kau datang… untuk apa?”

Vidocq mendekati meja, menatap Jacques dengan tajam. “Kau tahu mengapa aku di sini, Jacques. Kau memanggilku, dan sekarang aku di sini. Katakan padaku, apa yang terjadi?”

Jacques menelan ludah, tangannya yang gemetar berusaha meraih secarik kertas dari sakunya. Ia meletakkannya di atas meja, menyerahkannya pada Vidocq dengan tangan bergetar. “Ini… ini yang mereka inginkan. Aku tak bisa lagi menyimpan rahasia ini. Mereka… mereka tahu segalanya tentang kita, tentang masa lalu kita. Mereka akan membunuhku jika aku tidak memberikan ini pada mereka.”

Vidocq mengambil kertas itu, membukanya perlahan. Matanya menyipit saat ia membaca isi surat itu. Setiap kata yang tertulis di sana seperti pisau yang menancap di dadanya. Ini adalah bukti—bukti yang mengaitkan Vidocq dengan kejahatan-kejahatan masa lalunya. Bukti yang cukup untuk menghancurkan hidupnya yang sekarang dan menyeretnya kembali ke dalam bayang-bayang yang telah lama ia tinggalkan.

“Siapa yang memberimu ini?” suara Vidocq terdengar datar, namun penuh dengan kemarahan yang ditahan.

Jacques menggeleng lemah. “Aku tidak tahu, Vidocq. Mereka… mereka hanya muncul begitu saja. Mereka menyebut diri mereka ‘The Shadow’. Mereka adalah orang-orang yang berada di balik layar, mengendalikan segalanya. Mereka tahu semua tentang kita, tentang setiap langkah yang kita ambil. Tidak ada tempat untuk bersembunyi dari mereka.”