PROLOGUE

38 3 5
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak, jika tidak vote setidaknya berkomentarlah agar penulis semangat melanjutkan cerita ini.

___

"Aahh.."

Zilong meringis saat tombak yang di pegangnya terlepas dari genggaman tangan nya.

BUAKK

Zilong terpental puluhan tombak saat tangan Yu Zhong mendorong bagian perutnya. Itu bukan pukulan main main, Zilong langsung memuntahkan seteguk darah saat tubuhnya menghantam tembok batu di belakangnya.

Zilong memegang perutnya yang terkena pukulan dan langsung jatuh berlutut. Tubuhnya sudah mati rasa karena luka dalam yang sudah dia terima secara bertubi-tubi.

"Sekarang seluruh wilayah Cadia menjadi milikku Zilong," Zilong mencoba bangkit untuk kembali melakukan perlawan.

"Berhenti di sini atau semua prajurit menjadi korbannya." Yu Zhong menunjuk belasan prajurit yang terluka di belakang dirinya. Mereka bersedia mempertaruh-
kan nyawa untuk menyelamatkan pemimpin mereka.

Zilong menatap Ling yang sudah tergeletak dengan kondisi yang memprihatinkan. Para prajurit di belakang Yu Zhong tidak kalah kacaunya.

"Baiklah aku menyerah...." Dengan berat hati Zilong menyerah untuk menghindari korban jiwa yang lebih banyak. Lagipula dia sudah tidak bisa berdiri lagi di kondisi seperti ini, tenaganya sudah habis terkuras.

Yu Zhong menunjukan senyum kemenangan.

"Tuan! Kita masih bisa bertarung! Ayo kita mengalahkan mereka yang akan merebut kerajaan ini!" Ucap seorang prajurit yang, sudah bisa di katakan anggota tubuhnya sudah tidak lengkap.

Zlong mengeluarkan senyum kesedihan dan menggeleng lembut ke arah pengikutnya, "Tidak, aku tidak akan melibatkan kalian lebih jauh."

Setelah mengucapkan itu, pandangan Zilong mengabur tenaganya sudah habis terkuras dan langsung saja ambruk ke tanah.

Dengan jatuh nya Zilong itu membuat Cadia jatuh sepenuhnya ke tangan Yu Zhong. Denga segera memerintahkan bawahannya untuk segera menyereret Zilong Dan yang lainnya ke dalam penjara istana.

===

Di dalam penjara istana, Zilong perlahan-lahan mulai sadar. Rasa sakit yang menusuk di seluruh tubuhnya membuatnya meringis. Dalam remang-remang cahaya obor yang redup, ia melihat sosok-sosok prajurit setianya terbaring lemah di sel-sel yang berdekatan. Rasa bersalah mulai menggerogoti hatinya-ia merasa telah mengecewakan mereka semua.

Tubuhnya mati rasa, walaupun luka-luka yang ia terima sepertinya sudah di berikan sedkit penanganan tapi itu tidak cukup membantu.

"Zilong..." suara lemah itu terdengar dari salah satu sudut penjara yang ia tempati. Itu adalah Ling, yang terbaring di ujung ruangan. Wajahnya pucat, tapi sorot matanya masih menunjukan tekad.

"Ling..." Zilong berusaha untuk duduk, meskipun setiap gerakan membuatnya meringis. "Maafkan aku... Aku telah gagal."

"Jangan berkata begitu, Zilong," Ling menggeleng pelan. "Kau sudah melakukan yang terbaik. Kau melindungi kita semua, bahkan jika itu berarti menyerah."

Zilong menghela napas panjang, menyadari kebenaran dalam kata-kata Ling. Namun, ia tidak bisa menyingkirkan rasa putus asa yang melingkupi dirinya.

Zilong menatap langit-langit penjara yang lembap, mencoba menenangkan pikirannya. Meskipun Ling berusaha menghiburnya, rasa bersalah tetap menggantung di hatinya. Ia adalah pemimpin Cadia, namun kini ia hanya bisa terkurung dan tidak berdaya, sementara Yu Zhong menguasai semuanya.

Malam ini sangat dingin. Musim dingin bisa dimulai lebih awal, sekitar akhir November, karena wilayahnya berada di Cadia utara jadi musim dingin disini sudah mulai.

Dengan luka di tubuhnya dan pakaian yang sudah berantakan, rasa dingin menusuk tubuh tidak bisa terelakkan. Setiap hembusan angin malam yang menerpa kulitnya terasa seperti pisau tajam, menambah penderitaan yang sudah begitu berat.

Zilong menatap langit yang gelap, menyadari bahwa malam ini mungkin adalah malam terberat dalam hidupnya.

Dengan tekad yang semakin kuat, Zilong memejamkan mata, membiarkan kegelapan malam menyelimuti dirinya. Semoga hari-hari selanjutnya ada yang berubah

____

TBC

Nyala Harapan Dalam KegelapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang