11. Cukur rambut kemaluan 21+

84.7K 215 1
                                    

Subuh tiba, dan Ria terbangun dalam pelukan Alex. Perlahan, ia menarik diri, berusaha untuk tidak membangunkan Alex. Ketika penyatuan mereka terlepas, ia merasakan sesuatu yang meleleh di pahanya, membuatnya segera merasa tidak nyaman. Dengan hati-hati, ia bergerak menuju kamar mandi sebelum bayinya bangun, mencoba untuk membersihkan diri dan menenangkan perasaannya.

Sementara itu, Alex merasa ruang di sebelahnya kosong dan segera mencari Ria. Setelah menemukannya di kamar mandi, ia membuka pintu dengan lembut, melihat Ria yang baru selesai mandi.

Tanpa disadari, Alex telah memasuki kamar mandi dan mendekatinya dari belakang. Dengan gerakan yang halus namun pasti, dia melingkarkan lengannya di pinggang Ria, memeluk tubuhnya yang masih terasa lelah. Ria terkejut sejenak, namun tubuhnya tetap diam, terlalu lelah untuk bereaksi lebih dari itu.

"Selamat pagi, Mbak," bisik Alex dengan nada menggoda di telinganya, sambil menekan tubuhnya lebih dekat pada Ria. Ria hanya bisa melihat bayangan mereka berdua di cermin, bagaimana Alex memeluknya dengan erat, seakan tak ingin melepaskannya.

Ria mencoba untuk berkata sesuatu, namun kata-kata itu tak kunjung keluar. Dia hanya bisa menatap cermin di depannya, melihat bagaimana Alex dengan perlahan membuka bathrobe yang ia kenakan. Kulit Ria yang terekspos perlahan memperlihatkan tanda-tanda merah di leher dan bahunya-jejak malam sebelumnya yang tak mungkin bisa disembunyikan.

Alex tersenyum puas saat melihat tanda-tanda itu di cermin, seakan menjadi bukti dari keintiman mereka yang baru saja terjalin. "Lihat, Mbak... jejak kita," katanya dengan nada rendah dan dalam. "Kamu terlihat lebih indah dengan tanda-tanda ini."

Ria mengalihkan pandangannya dari cermin, merasa malu namun tak bisa mengelak dari kenyataan yang terpampang di depan matanya. Tangannya yang gemetar mencoba menutup bathrobe-nya kembali, namun Alex dengan lembut menahan tangannya, menempatkannya di pinggang Ria, mencegahnya untuk menutupi dirinya.

"Jangan tutupi, Mbak," ujar Alex sambil menatap mata Ria melalui cermin. "Aku ingin melihatmu seperti ini, setiap pagi."

Tubuh Ria bergetar pelan di bawah sentuhan Alex, tapi dia hanya bisa diam, membiarkan Alex memandangi tanda-tanda itu di tubuhnya. Hatinya masih terasa berat, antara perasaan bersalah dan kenikmatan yang ia rasakan.

Alex, yang tak pernah melepaskan pandangannya dari Ria, perlahan mendekatkan wajahnya ke leher Ria dan mengecupnya dengan lembut di tempat yang sama di mana tanda itu ada. Ria merasakan tubuhnya merespons, meskipun pikirannya masih dipenuhi kebingungan.

"Pagi ini adalah milik kita, Mbak," bisik Alex, membiarkan ciumannya berlanjut. "Dan aku ingin memastikan kamu tahu itu.

Tangan Alex merayap lembut ke pinggang Ria,lalu membelai rambut kemaluannya dengan penuh perhatian. "Mbak, bagaimana kalau kita memotong ini Mbak?" tawarnya, suaranya penuh hasrat. "Aku ingin melihatnya tanpa gangguan."

Ria terkejut dan sedikit khawatir. "Tapi Lex..." jawabnya, merasa ragu dengan ide tersebut.

"Aku mau melihat vagina mbak tanpa penghalang biar terlihat seksi mbak" bisik Alex

"Jangan Lex.."

Namun, Alex tidak memberi banyak kesempatan untuk menolak. Ia pergi ke kamarnya dan mengambil cukuran elektrik yang biasanya ia gunakan. Dengan alat cukur di tangannya, ia kembali ke kamar mandi dan menarik Ria lembut ke toilet.

"Duduk di sini, Mbak," perintahnya dengan nada lembut, menempatkan Ria di kursi toilet. "Aku akan membuat semuanya lebih nyaman dan bersih."

Ria duduk, merasa campur aduk antara malu dan kekaguman terhadap perhatian Alex. Meskipun ada rasa canggung, ia juga merasa terhibur oleh keinginan Alex untuk merawat dan membuatnya merasa lebih baik. Alex memulai proses dengan hati-hati, berusaha membuat Ria merasa nyaman sepanjang proses tersebut.

Love & Lies : Affair With Brother-in-Law 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang