ch 08 : itu tidak mengkhawatirkan

129 16 21
                                    

"Bisep mu robek. Kau seharusnya tak memaksakan gerakan tanganmu pasca operasi kemarin,"

Seorang dokter mengetuk penanya dengan pelan dan membalikkan halaman yang berisikan status pasien secara kasar. Dokter itu tampak sedikit frustasi.

Berbanding terbalik dengan sang dokter, pasien itu tampak santai memutar kursi goyangnya ke kanan dan kiri. Pasien itu memiliki usia yang masih tergolong muda, "Ah itu sebabnya koyo tak membantu?" Lalu pemuda itu mengangguk seolah mendapatkan jawaban setelah sekian lama.

Dokter itu menggeleng lalu menutup buku itu dengan kasar dan menghempaskannya, "Dengar, operasi pada sendimu kemarin tak memastikan kau bisa menggerakkan lenganmu secara leluasa. Tarikan lengan yang terlalu kuat bisa membuat ototmu bekerja terpaksa dan membuatnya robek. Ingat bagaimana aku menjelaskan bahwa sendimu tak sama lagi dengan sebelumnya? Kau harus bersyukur tak ada masalah pada sendimu,"

Pemuda itu mengangguk seolah memahaminya. Pandangannya teralihkan menatap jendela yang menampilkan pemandangan kota, "Cuacanya terlalu cerah untuk melompat ke sungai Han,"

Sontak mata sang dokter yang mengabadikan waktunya selama 10 tahun melayani pasien itu terbuka lebar. Ini merupakan pengalaman pertama kalinya mendengar ucapan blak blakan itu dari pasiennya. Bahkan seseorang tak akan mengucapkannya sembarangan dan seterbuka itu.

"Jangan bercanda nak," Dokter yang memasuki usia 50an itu menggeram.

Pemuda dihadapannya terkekeh, "Tidak. Aku tidak bercanda," Rautnya menjadi sedikit aneh mulai sekarang, "Berita tadi pagi mengatakan seseorang melompat ke sungai Han. Bukankah cukup ironis?"

Dokter itu menggeleng, "Bagaimana pun seseorang yang melakukan itu tak akan memilih cuaca yang tepat untuk melompat. Namun anehnya seseorang bisa saja tak melakukannya karena berharap bahwa cuaca cerah selalu datang," Beberapa menit berlalu, ia sadar pasiennya kini melamun, "Hah, apa yang kita bicarakan sekarang," Dokter itu mendesah berat.

"Kau terlalu filosofis dok," Pasien itu menggeleng, "Jadi kesimpulannya, orang yang bertahan hidup itu hanya mencari alasan agar tetap hidup. Sementara yang menyerah hanya mencari alasan agar membenarkan perbuatannya," Lihatlah bagaimana pemuda itu mencapai puncak tertinggi pemikirannya.

Dokter itu mengangguk setuju. Menyenangkan sekali deep talk dengan pasiennya satu ini. Ia berharap dapat bertemu dengan pemuda ini lebih sering. Bukannya berharap pasien ini selalu sakit, tapi ia berharap dapat bertemu dengan pasien ini di luar rumah sakit.

"Kau akan dioperasi dengan 4-6 minggu masa pemulihan. Aku akan mengoperasimu besok dan kau bisa pulang cepat jika kondisi mu memungkinkan. Kau boleh menghabiskan masa pemulihan di rumah," Kembali ke topik awal, dokter itu kini melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

"Tunggu 4-6 minggu? Lalu bagaimana dengan debut kami? Debut kami 5 minggu lagi, tak bisakah pemulihannya lebih cepat? Atau haruskah aku debut dulu baru operasi?"

"Jangan main main denganku, tuan Choi Beomgyu. Kau seharusnya mendengarkanku ketika aku menganjurkan untuk tidak lagi menari. Ku dengar kau memilih menjadi produser, kenapa kau tiba tiba debut sebagai idol?"

Benar, pasiennya bernama Choi Beomgyu. Seorang yang ramai dibincangkan di media sosialnya beberapa hari lalu. Sebenarnya, lebih banyak komentar yang mengkritiknya daripada rasa penasaran akan pemuda itu. Baru saja ia ingin menghubungi pemuda itu karena tak mendengar anjurannya, pemuda itu malah datang sendirinya karena keluhan lagi.

"Ada sesuatu yang terjadi," Beomgyu menunduk, "Kurasa aku bisa menahannya hingga debut. Mungkin kerusakannya tak akan parah?"

"Tidak, kau harus operasi. Semakin lama kau menundanya, rasa sakitnya semakin menyiksa dan waktu pemulihannya akan semakin lama. Tenanglah, kau bisa debut jika kau tidak menggunakan lenganmu secara berlebihan selama masa pemulihan,"

One DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang