part 8

80 6 1
                                    

⚠️hy guys makasih udah nungguin hehe, makasih juga yang sudah komen minta dilanjut ini cerita sebenarnya butuh waktu banyak berpikir untuk bisa ngelanjutin ini,, kadang juga kena writer block jadi bingung sendiri deh maaf ya😭🙏🏼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️hy guys makasih udah nungguin hehe, makasih juga yang sudah komen minta dilanjut ini cerita sebenarnya butuh waktu banyak berpikir untuk bisa ngelanjutin ini,, kadang juga kena writer block jadi bingung sendiri deh maaf ya😭🙏🏼

Kalo gitu kita lanjut pelan-pelan deh ya
-happy reading-

*********

Saking lelahnya menangis, gadis itu tertidur sampai menjelang malam, saat terbangun ia meraup wajahnya dan duduk di pinggiran ranjang lalu terdiam sejenak untuk mengumpulkan nyawa. Gadis itu sempat bingung, kenapa dirinya ada di atas ranjang bukan kah tadi ia tidak sengaja tidur di lantai. Atau memang hanya perasaannya saja? Luna berpikir keras tapi karna perutnya lapar jadi susah berpikir.

Ia pun segera membersihkan diri dan keluar kamar untuk memasak makanan yang ada di dapur.

Ia pun menghidupkan kompor dan merebus air, luna berencana untuk memasak ramen kesukaanya. Sambil melihat-lihat notif di dalam ponselnya, keningnya berkerut, saat melihat pesan dari willi yang beberapa kali mengirimkan banyak pesan dan juga menelfon nya tapi karna ponselnya di silent maka ia tidak mengetahui pesan dan panggilan itu.

Gadis itu pun berniat menghubungi balik willi, karna sebelumnya pemuda itu ingin mengajaknya jalan-jalan malam, ia dengan cekatan mengetikan suatu pesan pada willi, lalu ia meletakan ponselnya dan kembali memakan ramennya yang telah matang. Tanpa ia sadari seseorang tengah memperhatikannya dari atas lantai dua, menatapnya dalam gadis itu lalu pemuda itu turun untuk menghampirinya.

Luna memakan ramennya sembari memainkan ponselnya, kilasan senyum tercetak dibibirnya.

"Ngapain" Satu kata yang membuat Luna terkejut lalu menoleh kearahnya.

"Astaga, kak kau ini mengkagetkan ku saja sih" Sahut Luna dengan nada yang bergetar

"Kenapa? Takut lo, dasar penakut" Umpat danny, membuat Luna berdecak pelan lalu fokus untuk menghabiskan makanannya lalu pergi untuk main.

"Mau kemana lo?" Tanya danny pandangannya tidak lepas dari adik tirinya itu.

"Aku mau main kak"

"Malam-malam gini?" Luna pun sedang menenggak minumannya seraya berdehem untuk menjawabnya

"Ini masih jam 7 ko kak, nanti aku pulang jam 9 hehe" Balas Luna, gadis itu pun kembali melangkah ke kamarnya untuk mengambil tasnya karna sesungguhnya Luna hanya pergi main mencari angin bukan untuk date, pikirnya makanya ia berpakaian biasa saja.

"Tunggu" Danny menahan gadis itu, Luna hanya menatapnya dengan bingung

"Ada apa lagi kak?"

"Besok lo bakal kuliah, gue udah nyaranin ini ke bokap lo dan ya ternyata dia setuju"

Kalimat yang danny ucapkan terlalu cepat, makanya Luna sedikit bingung dan susah untuk berpikir sesaat, "kak, maksud kaka apa? Aku besok kuliah? Kuliah ditempat yang sama kaya kak danny?"

Dear Luna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang