Pagi itu, setelah Alex mandi, mereka turun ke lantai bawah. Ria mulai memasak aroma bumbu nasi goreng memenuhi udara. Sementara itu, Alex berada di ruang tengah, menggendong Kai yang baru saja tertidur di pelukannya.
Rumah terasa sunyi karena Alex memberikan libur kepada pembantu, mengatakan bahwa tidak ada orang di rumah dan ibu mertuanya sedang bepergian keluar kota selama tiga hari.
Setelah memastikan Kai tertidur nyenyak, Alex dengan lembut meletakkan bayi Ria di kasur bayi yang ada di ruang tengah. Perlahan, dia berjalan ke dapur, senyuman tipis tersungging di bibirnya ketika melihat Ria yang sibuk di sana.
Tanpa suara, Alex mendekat dan memeluk Ria dari belakang, mengejutkannya. "Istriku lagi apa?" bisiknya lembut di telinga Ria, suaranya penuh dengan kehangatan.
Ria tersentak sedikit, tapi kemudian tertawa kecil. "Apa sih, Lex?" jawabnya dengan nada malu-malu, tangannya masih sibuk mengaduk bahan masakan di atas kompor.
Alex menyandarkan dagunya di bahu Ria, menarik napas dalam-dalam untuk menghirup wangi tubuh iparnya. "Bukankah kita sekarang seperti keluarga kecil yang bahagia, Mbak?" bisiknya lagi, kali ini dengan nada yang lebih lembut namun penuh arti.
Ria berhenti sejenak, merasakan kehangatan dari pelukan Alex yang erat di tubuhnya. Meskipun ia merasa sedikit malu, hatinya tidak bisa menolak kenyataan bahwa kata-kata Alex membuatnya merasa tenang dan bahagia. "Lex... aku sedang masak sarapan, jangan ganggu," ujarnya sambil mencoba menahan senyum.
Namun, Alex hanya tersenyum nakal di balik punggungnya. "Aku mau sarapan kamu aja, gimana, Mbak?" godanya dengan nada main-main, sambil tangannya semakin erat memeluk Ria.
"Ih, lepas, Lex," Ria mencoba meronta kecil, tapi ia tidak bisa menyembunyikan rona merah yang mulai muncul di pipinya.
Dengan nada yang lebih rendah, Alex membisikkan sesuatu yang membuat pipi Ria semakin memerah. "Aku mau minum susu, Mbak, langsung dari pabriknya" ucap Alex sambil tangannya mulai menjelajah perlahan di tubuh Ria.
Ria mendesah pelan, rasa gugup dan bahagia bercampur menjadi satu di dalam dirinya. Ia tahu bahwa Alex selalu bisa membuatnya merasa begitu istimewa, bahkan di saat-saat paling sederhana. Namun, ia juga tahu bahwa mereka harus menyelesaikan sarapan untuk pagi itu.
"Lex... sarapan dulu, ya?" Ria mencoba mengalihkan perhatian, meskipun nadanya sudah mulai goyah.
Tapi Alex tidak mudah menyerah. Ia mempererat pelukannya dan menatap Ria dengan tatapan penuh kasih sayang. "Oke, Mbak. Tapi nanti jangan lupa kasih sarapan khusus buat aku," katanya dengan senyuman yang nakal namun penuh kasih.
Ria tidak bisa menahan tawa kecil yang keluar dari bibirnya. "Dasar kamu, Lex," ucapnya pelan, sambil berbalik dan mencium pipi Alex dengan lembut. "Nanti, ya. Sekarang kita harus siapkan sarapan buat kita bertiga."
Dengan enggan, Alex melepaskan pelukannya, tapi tidak sebelum mencium pipi Ria sekali lagi. "Baiklah, aku tunggu sarapan dari koki terbaik di dunia," godanya sebelum kembali ke ruang tengah untuk memastikan Kai masih tertidur nyenyak.
Setelah sarapan nasi goreng yang disiapkan Ria, suasana di meja makan terasa hangat dan penuh keakraban. Alex dan Ria duduk berhadapan, menikmati makanan sederhana yang terasa istimewa karena kehangatan kebersamaan mereka. Sementara itu, Kai masih tertidur pulas di ruang tengah, memberikan mereka sedikit waktu untuk berbicara lebih santai.
Setelah menyelesaikan makanannya, Ria berdiri dari kursinya, berniat untuk membersihkan meja. Namun, saat ia beranjak, Alex dengan cepat menahan pergelangan tangannya, membuat Ria terhenti di tempat. Ia menatap Alex dengan sedikit terkejut, namun senyum tipis masih menghiasi wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Lies : Affair With Brother-in-Law 21+
Ficção Adolescente21+ Ria, seorang ibu tunggal, berjuang mengasuh bayinya dan menghadapi trauma masa lalu. Alex, adik iparnya, jatuh hati padanya, tetapi Sheila, adik tiri yang ambisius dan penuh rahasia, berusaha menghancurkan hidupnya. Dalam intrik cinta dan keboh...