Chapter 3

163 17 3
                                    

Tap bintangnya dulu di bawah!

Arigatou gozaimasu🙇

****

Saat ini, Laura sedang berada di dalam kereta kuda yang bergerak. Matanya memandang ke arah luar jendela. Dilihatnya rumah-rumah berjejer di sepanjang jalan yang mereka lewati. Ya, mereka. Laura tidak sendirian di dalam kereta kuda, melainkan bersama dengan pria tampan bermata merah.

Mata Laura mencuri-curi pandang ke arah pria yang duduk di depannya ini. Dia sudah tau pria itu tampan saat di hutan tadi, tapi sekarang dia merasa ketampanannya semakin bertambah berkali-kali lipat ketika berada di tempat yang terang. Ya Tuhan, tampannya ciptaanmu ini, batinnya memuji.

Terlalu asik mengagumi ciptaan Tuhan yang tidak ada duanya itu, Laura sampai tidak sadar jika pria yang dikaguminya sebenarnya mengetahui dirinya tengah mencuri pandang. Pria itu menggigit pipi dalam, menahan senyuman geli.

"Lihat saja langsung! Tidak perlu mencuri pandang seperti itu."

Perintah yang lebih terdengar seperti ejekan itu membuat wajah Laura seketika memerah. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain, malu setengah mati kepergok tengah mencuri pandang pada pria itu.

Demi Tuhan, aku malu banget, batin Laura menjerit. Tolong bawa dia pergi dari sini. Tidak pernah dia semalu ini seumur hidupnya.

Senyum yang sejak tadi ditahan akhirnya muncul di bibir pria yang menjadi korban kekaguman Laura begitu melihat wajah cantik Laura yang memerah seperti tomat matang. Lucunya, batinnya terkekeh.

"Kamu malu?"

"Diam!" Wajah Laura semakin merah padam sekaligus panas mendengar pertanyaan pria itu. Kenapa pria itu bertanya pertanyaan yang jelas-jelas jawabannya bisa dilihat dari wajahnya ini? Apa dia sengaja membuatnya semakin malu?

Pria itu menggigit bibir bawahnya menahan tawa. Melihat wajah merah wanita di depannya, tiba-tiba dia menjadi semakin bersemangat untuk mengerjai wanita itu.

"Wajahmu merah."

Laura sontak mendelik kesal ke arah pria itu. "DIAM! Berhenti menggodaku! Dan tertawa saja jika ingin tertawa, tidak perlu ditahan-tahan, membuatku semakin kesal saja."

Pria itu tidak kuasa lagi menahan tawa hingga akhirnya gelagar tawa memenuhi dalam kereta kuda yang sepi. Bahkan suara tawanya sampai terdengar oleh orang-orang di luar kereta. Mereka yang mendengar tawanya seketika bergidik ngeri.

Laura melengoskan kepalanya sambil menulikan telinganya. Dia enggan mendengar tawa pria itu yang hanya akan membuat bertambah kesal, walaupun sebenarnya tawa pria itu enak didengar.

"Sudah puas tertawanya?" tanya Laura sinis setelah tidak mendengar suara tawa lagi tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela kereta kuda.

"Sudah. Diingat-ingat, aku sudah lama  tidak tertawa selepas ini. Rasanya beban di pikiranku sedikit berkurang. Aku mungkin tidak akan pernah tertawa lepas jika tidak bersamamu. Terimakasih." Pria itu berkata tulus sambil bibirnya tersenyum manis ke arah Laura.

"Hm."

"Hei, kamu marah?"

Laura diam.

Melihat keterdiaman Laura, pria itu menjadi panik. Dia berpindah tempat duduk ke samping Laura dengan wajah memelas. "Kamu sungguhan marah? Kamu marah karena aku tertawa barusan? Maaf. Kedepannya aku tidak akan tertawa lagi. Aku janji, jadi jangan marah padaku. Ya?"

Terganggu. Laura sangat terganggu dengan nada dan wajah melas pria itu. Kekesalannya pada pria itu seketika menghilang terbawa angin. Dia tidak bisa dihadapkan dengan wajah melas pria itu yang sialnya kenapa malah terlihat semakin tampan.

Become A Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang