(The Dream)
Dalam gelap nya malam dengan pepohonan yang bergoyang tertiup angin, cahaya rembulan diatas sana tertutupi oleh awan mendung yang memilukan. Derasnya hujan mengguyur semua hal yang ada dibawahnya, dan suara menggelegar dari gemuruh awan yang bertabrakan selalu terdengar.
Suara tangisan terdengar membuat siapa saja yang melihat akan ikut menangis mengikut hal yang dia lihat, derasnya hujan yang menyamarkan tetesan air mata juga tak ada artinya, disana di tepi danau yang terletak di tengah hutan, terlihat pemuda dengan penampilan yang sangat berantakan sedang mengeluarkan seluruh tangisnya dengan satu tubuh pemuda lain yang ada di pangkuan dengan darah yang terus mengalir dari tubuh itu.
"Hiks tuan ku, aku mohon bertahan lah"
Suara itu terdengar bergetar dengan tangan yang tiada henti mengelus pipi seseorang yang berada di pangkuannya.
Tangan yang terlihat lemas itu juga ikut terangkat untuk menggapai orang terkasih, membelai setiap lekuk wajah cantik yang selalu membuatnya tersenyum, dan bahkan untuk kali ini dia masih bisa tersenyum dengan lebar menatap sang pujaan.
"Alpha ku." Ujarnya dengan suara yang parau.
"Iya tuan ku aku disini, aku disini, aku mohon bertahan hiks, aku mohon bertahan hiks, maaf, maaf, maaf."
Dengan tangisan yang terus keluar serta ucapan maaf yang selalu datang, dia terus berusaha untuk menggenggam tangan sang tuan dengan erat, menyampaikan segala isi hati nya yang ingin dia luapkan.
Yang di bawah hanya tersenyum dengan tetesan airmata yang terus keluar dari kedua matanya. Sakit di tubuhnya tak akan sebanding dengan rasa sakit hatinya ketika melihat buliran air mata yang terus keluar dari kedua mata cantik dari orang terkasih.
"Jangan menangis Alphaku hati ku benar-benar merasakan sakit melihat buliran airmata yang jatuh dari kedua mata indah mu itu."
Tangan yang semula berada di pipi itu beralih menggenggam tangan yang lebih kecil, membawanya pada belah bibirnya untuk dia beri sebuah kecupan.
"Tugasku sudah selesai sampai disini, maaf Karna setiap hari selalu membuat mu marah, maaf karna telah mematahkan mimpimu, maaf karna selama ini aku selalu mengganggumu dalam setiap langkah yang kau ambil."
Tubuh yang lebih kecil menggeleng dengan kencang, tak pernah menerima dengan segala ucapan yang diucapkan oleh orang dibawahnya. Dia terus menunduk untuk menatap wajah yang yang selama ini selalu berada disisinya.
"Jangan berbicara seperti itu hiks, Maaf, maafkan aku tuan ku, aku mohon jangan tinggalkan aku, aku mohon hiks."
Tangisannya semakin terdengar pilu dengan hujan yang menetes semakin lebih deras, meluapkan semua rasa sesalnya dengan linangan air mata yang menetes dari kedua mata cantiknya. Amarah dalam dirinya menguar dalam setiap detik menyaksikan bagaimana setiap luka yang tercipta pada tubuh sang tuan, sungguh dia tak akan pernah bisa memaaf semua kejadian ini.
"Alpha ku, ku mohon jaga diri ya! maaf aku hanya bisa menjalankan tugas ku sampai disini, aku akan selalu mencintai mu hingga kapan pun itu, I Love You My Alpha."
Tepat setelah mengucapkan kalimat terakhirnya, tangan itu perlahan semakin meluruh turun dengan lemas keatas tanah yang basah. Semua tangisan kini terdengar dari semua orang, menguarkan suasana duka yang mendalam menghantarkan kepergian sang pemimpin.
"Tuan ku, aku mohon bangun lah hiks!"
tangan kecil itu terus menggoyangkan tubuh di bawahnya, berseru dan berteriak mengeluarkan segala rasa sedihnya . Matanya nya berkilat marah, manik yang semula berwarna hitam berubah menjadi warna ungu pekat dan bola mata putih itu berubah menjadi warna merah.
Dia berlari kearah tempat dimana perperangan terjadi, merubah dirinya menjadi seekor serigala yang cukup besar dengan bulu berwarna ungu yang begitu indah. Dia menerjang apapun yang ada didepanya tanpa memperdulikan tubuh nya yang saat ini sudah penuh luka dari senjata yang di arahkan ke arahnya. Kilatan putih menyilaukan terpancar yang mampu membuat siapa saja secara spontan menutup mata, sebuah ledakan hebat terjadi membuat semua hal menjadi berantakan, beberapa orang terlempar jauh dengan keadaan yang saat ini sudah tertutupi oleh lebatnya debu. Dan dia keluar dari balik sana membawa seseorang di punggungnya dan kemudian di lempar kedasar jurang, langkahnya terlihat gontai berjalan mendekat kearah tubuh sang tuan, semakin mendekat semakin lemah tenaga yang dia punya, tersungkur pada tanah yang basah namun tetap berusaha untuk menggapai tangan orang terkasih, dan disana mereka mengakhiri kisah mereka berdua, sama-sama memejamkan mata dengan tangan yang saling bertautan.
.
.
Mentari pagi menyinari sebuah ruangan yang dominan dengan warna biru tua, menyelinap masuk melalui celah pada ventilasi memaparkan cahayanya pada wajah manis yang tengah terlelap, mata itu perlahan terbuka dengan tetesan air mata yang ada pada sudut mata indahnya. Menatap kearah langit-langit kamardengan tatapan yang tak bisa di artikan.
Lelehan airmata itu kembali turun dengan isakan yang mulai terdengar. Entah kenapa dia merasakan rasa sedih yang mendalam mengingat hal yang baru saja dia lihat dalam tidurnya. Dia tak tau kenapa dia merasakan hal ini, yang jelas setiap dia melihat wajah itu dia akan terus merasakan rasa bersalah dan kesedihan yang menjadi satu.
Tubuh itu dia bawa untuk duduk, menormalkan perasaanya dengan tarikan nafas dalam. Mata itu melirik kearah jam dinding yang terpasang apik pada dinding di depanya, menurunkan kaki dari atas kasur dan berlalu menuju keluar kamar.
Dia berjalan menyusuri lorong menuju pada salah satu ruangan yang selama ini selalu menjadi alasannya masih bertahan, membuka pintu itu dengan hati-hati dan berjalan mendekat kearah seseorang yang sedang duduk dengan tatapan yang kosong.
" Pa, selamat pagi." Hening, sapaan yang dia lontarkan tetap tak ada jawaban, memilih untuk duduk tepat di samping seseorang yang di panggil dengan sebutan Papa itu dan menyandarkan kepalanya pada pundak seseorang yang telah melahirkannya.
"Gimana tidurnya nyenyak? Faza hari ini mimpi aneh banget Pa, bangun-bangun juga Faza nangis tanpa tau sebabnya. Ohh iya orang yang ada di mimpi Faza semalem juga mirip banget sama orang yang Faza temuin kemarin. Dan lagi Faza juga nangis waktu ngeliat mukanya. Pa, Faza kenapa ya kira-kira?" Semua ocehanya tak pernah mendapat jawaban, Faza tertunduk sedih dengan lelehan airmata yang kembali keluar dari kedua matanya, menatap lantai yang dingin dengan isakan yang terus terlontar.
" Pa, Faza sedih kalo Papa kaya gini terus, Pa ayo ngomong sama Faza, Faza kangen sama Papa yang dulu masih sering ngajak Faza main." Faza terus bergelung dalam kesedihannya, melihat sang Papa yang kini hanya mampu memperlihatkan tatapan kosong kepada semua orang. Faza masih mencoba untuk berkomunikasi setiap harinya, namun nihil sang Papa tetap tak akan merespon semua pertanyaanya.
Faza benar-benar frustasi duduk diam menemani sang Papa yang terus diam menatap kearah luar jendela. Hening tak ada suara hingga suatu saat pintu ruangan itu terbuka menampilan sosok sang ayah yang datang dengan nampan yang berisikan sarapan untuk orang terkasihnya.
Faza yang melihat itu hanya menatapnya dengan tatapan tak bersahabat. Berdidi dari duduknya dan berlalu meninggalkan ruangan itu tanpa sepatah kata pun.
Alpha Jayden sang Ayah hanya dapat menatapnya dengan tatapan nanar, merutuki semua kesalahanya di masa lalu yang membuat Omega Diano sang Mate mengalami semua ini, sungguh dia benar-benar menyeselai perbuatanya. Dan kini dia harus selalu menerima setiap tatapan tak suka dari sang anak, dia sangat amat paham bahwa semua ini bermula dari dirinya sendiri. Jadi biarkan dia berusaha untuk memperbaiki semua nya hingga bisa kembali seperti awal dulu.
.
.
.
.
tbc
Halo guys maaf ya aku baru up soalnya kemaren-kemaren aku sibuk banget jadi panitia lomba wkwkwk
jangan lupa tombol bintanganya ya thukon!
terimakasih..........
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate : The First & Second Life
FanficGemini Fourth Kematian, nasib, untung dan takdir, mereka semua memiliki arti yang sama, dalam satu kata. (Fate) sebuah kata yang mengandung banyak arti namun terlalu singkat untuk di sebutkan. Terkadang ketika kita mengucapkannya kita akan terfikir...