Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
Quiny duduk di ujung jalan kecil yang terletak di pinggiran kota, di sebuah warung sederhana tempat ia bekerja sebagai pelayan. Hujan rintik-rintik turun dengan lembut, mengaburkan pandangannya dan menambah kesan suram pada hari itu. Dalam kesederhanaan dan kerendahan hati, hidupnya berputar di sekitar rutinitas harian yang monoton, yang hanya sesekali terpecahkan oleh tawa kecil pelanggan tetap yang mampir untuk secangkir kopi atau sepiring nasi goreng. Ia bekerja keras tanpa henti, meringkuk di balik lapisan-lapisan kesederhanaan dan ketulusan. Kehidupan Quiny adalah perpaduan antara dedikasi dan pengorbanan, dan ia menjalani hari-harinya dengan tenang, menganggap apa yang dimilikinya adalah hasil dari kerja keras dan keikhlasan.
Namun, hari itu, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Ketika Quiny baru saja selesai membersihkan meja di luar warung, sebuah mobil mewah melaju pelan di jalan sempit tersebut, mengemuka seperti singa yang melintas di antara domba. Mobil itu berhenti tepat di depan warung, dan dari dalamnya muncul sosok yang tampak begitu menonjol dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya. Seorang pria tampan, mengenakan jas yang dirancang dengan apik dan sepatu kulit yang mengkilap, keluar dari kendaraan. Adika, itulah nama pria itu, datang dari kalangan yang sangat berbeda dengan Quiny. Dia memiliki aura yang memancarkan kekuatan dan kepercayaan diri, dan penampilannya menyiratkan bahwa ia terbiasa dengan kehidupan yang berkelimpahan.
Adika, yang tengah dalam perjalanan bisnis ke kota ini, terpaksa berhenti sejenak setelah mobilnya mengalami gangguan kecil. Dalam perjalanan singkat ini, matanya tertuju pada warung sederhana itu, dan secara tak terduga, dia merasa dorongan untuk berhenti dan masuk. Sementara sopir mobilnya memeriksa masalah pada kendaraan, Adika merasa penasaran dengan tempat tersebut. Ia masuk dan menemukan suasana yang jauh berbeda dari apa yang biasa dia lihat—tempat yang dikelilingi oleh barang-barang sederhana, tetapi juga penuh dengan kehangatan dan keramahan.
Ketika Adika melangkah ke dalam warung, Quiny sedang sibuk dengan rutinitasnya, mencuci piring dan membersihkan meja. Ketika ia mendongak dan melihat Adika, dia merasakan kehadiran yang mengesankan dari pria tersebut. Adika dengan tenang mendekati meja yang belum dibersihkan, dan Quiny mengusap tangannya yang basah ke apron untuk menyambut pelanggan baru.
“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” tanya Quiny dengan nada yang sopan, meskipun ada rasa penat di dalam suaranya. Suaranya lembut dan ramah, seolah ingin memberikan kenyamanan di tengah rutinitas yang monoton.
Adika tersenyum, dan meskipun senyumnya tidak menunjukkan kepuasan, ada sesuatu yang membuat Quiny merasa dia adalah orang yang spesial. “Saya hanya ingin secangkir kopi, dan mungkin sesuatu untuk dimakan. Ini adalah kesempatan langka bagi saya untuk merasakan kehidupan sehari-hari di tempat seperti ini.”
Quiny terkejut dengan pernyataan tersebut, tetapi dia segera mengesampingkan rasa herannya dan menuju dapur untuk menyiapkan pesanan. Selama beberapa menit berikutnya, Adika duduk di meja sambil memperhatikan sekeliling. Meskipun suasana warung itu sederhana, Adika merasa ada sesuatu yang memikat tentang keaslian dan kehangatan tempat itu. Tembok-tembok yang dihiasi dengan lukisan-lukisan kecil buatan tangan dan meja-meja kayu yang agak usang memberikan sentuhan kekeluargaan yang jarang dia temui di tempat-tempat yang lebih mewah.
Ketika Quiny kembali dengan kopi dan sepiring roti bakar, dia menemukan Adika menatapnya dengan rasa ingin tahu. “Saya belum pernah melihat tempat seperti ini sebelumnya,” ujar Adika, mengalihkan perhatiannya ke arah Quiny. “Bagaimana rasanya hidup di tempat yang begitu sederhana?”
Quiny tersenyum lembut, merasa sedikit canggung dengan pertanyaan tersebut. “Kehidupan seperti ini sudah menjadi bagian dari rutinitas saya. Saya tidak pernah memikirkan kehidupan lain. Namun, saya yakin setiap tempat memiliki keindahannya sendiri.”
KAMU SEDANG MEMBACA
traces of love
Teen FictionQuiny, seorang wanita miskin dan mandiri, menjalani kehidupan sederhana sampai bertemu Adika, pria kaya dan tampan yang jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Terjebak dalam perbedaan kasta, Quiny meragukan layaknya dirinya dicintai oleh Adika...