⚠️WARNING⚠️
Kisah ini mengandung unsur kekerasan, romansa dewasa, seksual, dan sejenisnya. Pastikan para pembaca telah berusia 21 tahun keatas dan bijak dalam membaca.
Setelah 1 jam terduduk, Ria mendengar suara yang ia kenali. Ya, itu suara Sir Gojo. Ria mencoba untuk berdiri dan tampak ceria, ia tidak ingin Sir Gojo tau bahwa dirinya sedang bernasib malang.
"Haiii Gojo!" Ucap Ria kembali ceria.
"Ah hai, sedang apa kau disini? Memangnya tidak bekerja?" Tanya Sir Gojo, heran.
"Ah ini... hmm... aku ingin segera pulang aku salah jadwal" Sahut Ria terbata-bata, ia bohong.
"Oh begitu, lalu ada apa?"
Ria yang menggeleng seolah tidak ada apa-apa, berusaha untuk terus berpura-pura ceria seperti biasanya. Ia mulai mengatakan sesuatu yang menurutnya penting.
"Ah jadi begini, aku sepertinya menyukaimu, tapi tak apa sih jika kau tidak suka, aku pergi dulu ya"
"Lalu kapan kau akan kembali bekerja?" Tanya Sir Gojo, seolah ia tidak menghiraukan perkataan Ria.
"Mungkin tidak akan kembali" Jawab Ria tersenyum.
Sir Gojo mengangguk seolah tidak peduli dengan yang dikatakan oleh Ria, karena ia selalu berpikir bahwa Ria hanyalah orang aneh dengan ucapan puitis.
Melihat Sir Gojo pergi begitu saja, Ria merasa lega dan segera pulang ke rumah.
Sesampainya dirumah, ia menangisi kemalangannya sendiri, saat itu sangat berat baginya mengetuk pintu rumah untuk sekedar meminta dibukakan pintu. Sehingga ia hanya duduk lesehan di teras rumahnya, berusaha untuk tidak menangis sama sekali.
Baru saja ingin membuka pintu, seseorang telah membukanya dengan gerakan yang marah. Pas sekali, yang ia lihat adalah Lavender, Ria memeluknya dan mengatakan bahwa ia dipecat dan diusir dari Hotel tempatnya bekerja.
Bukannya membalas pelukannya, Lavender justru menghajar Ria dengan balok besi, menghantamnya dengan penuh amarah tepat didepan mata kedua adik-adiknya.
"Kakak hentikan itu! Hentikan! Jangan pukuli Kak Ria!" Teriak Magenta dan Grey yang panik dan ketakutan berusaha untuk meredam kemarahan Lavender.
Ria terus dipukuli dengan besi, terdengar jelas sekali kalau bunyi-bunyian itu berasal dari tabrakan besi dengan tulang-tulang Ria. Ia tidak melawan sama sekali, dan hanya berharap segera mati tanpa rasa sakit.
"DASAR BAJ*NGAN! KALAU KAU DIPECAT HARUSNYA KAU B*N*H DIRI BUKANNYA PULANG DAN SOK-SOKAN MEMELUK KU! MENJIJIKAN!" Teriak Lavender berkali-kali.
Setelah amarahnya mereda, Lavender kemudian menyeret Ria dan seluruh barang miliknya keluar seolah sedang membuang barang yang sudah tidak dipakai lagi di tempat sampah.
Napas Ria yang semakin pendek dan panas, berusaha untuk menahan seluruh rasa sakit yang ia alami saat itu. Perlahan seluruh tubuhnya berubah menjadi dingin dan samar-samar ia melihat bayangan orang.
"Apa kau malaikat pencabut nyawa?" Tanya Ria lemas, belum sempat mendengar jawaban, ia kemudian kehilangan kesadarannya dan tidak terbangun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Purple Rose
Детектив / Триллер"Sudah kubilang, aku hanya menunggu sampai orang itu melakukan dosa terburuknya" ucap seorang wanita berambut ungu dengan sorot mata tajamnya, sambil terus menerus menghisap rokoknya. Dosa apa yang dimaksud? Siapa dia sebenarnya?