Malam itu, Chanyeol siuman dari tidurnya setelah lepas dari bius pasca operasi. Chanyeol membuka matanya perlahan, saat dunia masih menghitam di matanya, saat itu ia melihat seorang bidadari tersenyum padanya.
"Apa aku sudah mati?" ujarnya.
"Kau sudah sadar," suara lembut itu masuk ke telinga Chanyeol begitu halus.
"Bagaimana keadaanmu? Apa kau merasakan sesuatu?" tanya bidadari itu lagi.
"Iya,"
"Apa itu?"
"Aku bingung. Apakah aku sudah mati atau belum? Kenapa jantungku berdetak begitu kencang?"
"Tidak apa-apa, itu mungkin efek lain pasca operasi,"
"Apa!? Operasi!?" dia akhirnya benar-benar sadar dan melihat sekeliling, "Ah, aku di rumah sakit. Aku pikir aku sudah di surga,"
Wanita yang Chanyeol anggap bidadari itu tertawa renyah, "Iya Tuan, anda di rumah sakit, bukan di surga."
Chanyeol ikut tersenyum mendengar tawa wanita itu, "Tapi kenapa ada bidadari?"
Masih dengan senyum di wajahnya, alisnya bertaut, "Baru saja siuman, dia sudah menggombal," batinnya.
"Dan ternyata bidadari ini seorang dokter," mata Chanyeol beralih pada papan nama yang menggantung di leher wanita itu, "Dokter Wendy, nama yang cantik."
"Terima kasih, Tuan Chanyeol. Sebaiknya anda jangan terlalu banyak bergerak. Dan kembalilah beristirahat malam ini,"
"Tapi aku baru saja bangun, Dok."
"Beristirahat tidak selalu berarti tidur, kan?"
"Benar."
"Lukamu cukup parah. Cidera lutut, untuk sementara kau akan kesulitan berjalan dan harus pergi terapi. Tulangmu yang patah juga ada dua, satu di persendian bahu, satu lagi di lengan bawahmu. Hampir saja kau kehilangan lengan bawahmu. Jadi berhati-hatilah,"
"Wah, ini yang terparah."
"Sudah sering ternyata?"
"Baru dua kali, ini yang ke tiga."
Selama masa penyembuhannya di rumah sakit, Chanyeol tidak henti-hentinya memaksakan diri menemui dokter cantik itu. Memandanginya yang ramah menyapa anak kecil. Senyumnya yang cemerlang. Ia bahkan merasa akan segera pulih hanya dengan melihat senyum itu.
"Dokter cantik!" sapa Chanyeol sering sekali.
"Hai! Apa kau sudah lebih baik?" balasnya, kurang lebih hampir sama seperti itu setiap saat.
"Dokter, sepertinya aku perlu diperiksa lagi. Coba Dokter periksa sebelah sini," ujarnya sambil menunjuk pundaknya.
"Apa itu sakit?"
"Sebelah sini," ujarnya lagi beralih ke area dadanya.
"Kenapa di sana?"
Dokter cantik itu menahan senyum. Seolah sudah tahu mau dibawa kemana percakapan itu oleh si pria.
"Jantungku, berdegup kencang, tidak seperti biasanya."
"Mungkin kau harus pergi ke bagian kardiologi,"
Wajah Chanyeol seketika merengut, apalagi Wendy berbalik menjauh. Di balik itu, Wendy tersenyum menahan tawa seraya menggeleng kecil.
Hari itu di lobi rumah sakit, ia melihat seorang anak berlari ke arah Wendy. Wendy memeluknya erat. Sudah waktunya pulang bagi Wendy saat itu. Chanyeol mengikutinya sebab penasaran siapa anak itu? Apa Wendy sudah memiliki anak?
Begitu sampai di depan rumah sakit, seorang pria tersenyum menyambut mereka, ikut menggenggam tangan si anak seperti halnya Wendy, menuju parkiran.
Hati Chanyeol kecewa. Ternyata dokter cantik itu sudah memiliki keluarga kecil yang bahagia.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
As Blue As Sky, As Deep As Sea
General FictionCerita-cerita yang tidak diceritakan. Kisah sebentar, singkat. Ide-ide di kepala, yang terlalu rumit untuk dijadikan episode panjang. Selamat datang di Kumpulan Prompt Story Unggun.