34. Daddy♥️Baby Dae

29 5 0
                                    

.

Keberadaan pasangan suami istri park dikediaman hoseok tak lantas sebagai ganti kedua orangtuanya, terutama melupakan sosok ibu yang masih hidup hingga sekarang. Hoseok masih belum menuntaskan kesalah pahaman yang sudah terjadi, sehingga untuk menghadap sang ibu juga belum bisa ia lakukan. Meskipun begitu, hoseok tetaplah seorang anak yang bisa merindukan orang tuanya. Sebesar apapun amarah yang sedang merenggangkan hubungan kekeluargaan mereka, terselip perasaan merindu satu sama lainnya. Bahkan jimin sebagai orang yang paling disakiti hoseok dalam keluarga, ia juga merindukan sosok kakak yang kehadirannya saja bisa ia hitung. Dan sekarang justru semakin jauh entah sampai kapan.

"Wah.. dia sangat cantik sekali, boleh bibi menggendongnya ?".
Kehadiran bibi park mengalihkan pandangan hoseok yang sedari tadi fokus pada putrinya.

"Tentu saja, bibi juga halmahoninya".

"Siapa namanya, seok-ie ?".

"Anh dae hwa, paman".

"Lalu, bagaimana bisa dia bersamamu ?".

"Aku menemui rosse beberapa hari yang lalu untuk membicarakan semuanya, terutama mengenai perpisahan kita berdua. Kami sepakat berpisah, dan rosse memberiku izin menemui bahkan membawa putriku kapanpun".
Gurat penyesalan terlihat jelas pada wajah hoseok.

"Itu sudah menjadi keinginan istrimu, sudah benar kau menurutinya. Meski aku sendiri tahu kau tidak menginginkan perpisahan ini".

"Ya, aku akan menerima semuanya, paman. Aku hanya sedang berusaha tidak mengeluh untuk setiap karma yang akan aku dapat atas kesalahan bodohku".

Ketiganya menghabiskan waktu yang tersisa sebelum hoseok kembali membawa dae Hwa pulang kepada rosse. Banyak hal yang hoseok dapatkan dari penjelasan bibi park tentang merawat bayi. Ia bersyukur bahwa putrinya benar-benar tidak rewel selama hampir dua jam bersamanya. Bahkan bayi perempuan berusia empat bulan itu begitu tenang dengan senyuman manis nan menggemaskan. Sesekali merengek saat mendapati hoseok tak berada didekatnya, apakah sebegitu eratnya ikatan batin diantara mereka ? Mungkin saja.

Tangisan dae Hwa menggema kala hoseok berlalu untuk urusan belakang. Bibi park sudah mencoba menimang bahkan memberikan susu yang masih ada, namun tetap tak menghentikan tangisan itu.

"Yeobo, cepat kau susul seok-ie. Putri kecil ini benar-benar tak mau jauh dari daddynya".

Tak berselang lama paman park datang bersama dengan hoseok yang berlari kecil.

"Dae Hwa, sayang... kenapa menangis, em ? Sampai memerah wajahmu".

"Sepertinya dia tak ingin jauh-jauh darimu, seok-ie".

"Benar begitu princess daddy ?".
Hoseok menciumi pipi putrinya yang menggemaskan, dan benar saja. Tangis baby dae berangsur mereda seiring ciuman itu terus memenuhi pipi mungil miliknya.
Hoseok tidak pernah mengira demikian, yang ada dalam bayangannya adalah baby dae akan banyak menangis saat bersamanya. Mengingat perannya begitu buruk saat sang putri masih ada dalam kandungan bahkan setelah lahirpun hoseok tak bersamanya. Ia merasa menjadi ayah yang paling beruntung merasakan betapa putrinya sangat senang berada dalam dekapannya. Bahkan tadi belum genap lima menit ia meninggalkan baby dae bersama bibi park, namun tangisannya sampai memenuhi penjuru rumah.

"Paman, bibi. Aku akan membawa putriku kembali bersama mommy nya, ini sudah kelewat waktu dan persediaan asi nya juga sudah mau habis. Takutnya dia kelaparan".

"Apa putrimu full asi ?".

"Ne, bibi. Rosse sangat menikmati itu dan dia tak mau menyia-nyiakan masa menyusui".

"Ah, begitu ya ? Ya sudah, biar diantar pamanmu saja".

"Tidak perlu, bibi. Aku sudah memesan taksi dan sebentar lagi sampai, kalian istirahat saja".

A Fragile House of Cards (Jung Hoseok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang