17. Angry man

2.2K 68 8
                                    

Sedari awal Rafa memang tahu inilah yang akan terjadi, ya kekalahannya, bahkan sebelum taruhan itu di mulai, Rafa sudah jatuh hati pada Alin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedari awal Rafa memang tahu inilah yang akan terjadi, ya kekalahannya, bahkan sebelum taruhan itu di mulai, Rafa sudah jatuh hati pada Alin.

Memandangi Alin lekat-lekat, mengusap pipi mulus nan lembut itu dengan hati-hati. Wajahnya mendekat, mengecup seluruh wajah cantik Alin dengan lembut.

Alin melenguh, kedua matanya mengerjab, mengucek sebentar dan seketika ia tertegun melihat wajah tampan nan segar Rafa terlalu dekat di sampingnya.

Cowok itu sudah tercium wangi maskulin, rambut Rafa tampak masih basah, sepertinya Rafa sudah mandi.

"Raf—," Mendadak Alin teringat apa yang terjadi tadi malam, jika dia tidak memiliki keberanian, sudah di pastikan Alin pasti akan membenci dirinya sendiri sekarang, atau mungkin Alin akan bunuh diri karena di sentuh orang lain selain Rafa.

"Don't cry, baby." Rafa mengusap pipi Alin yang kini berair.

"Dia jahat," isak Alin tertahan. "G-gue takut, Raf. Semalam gue takut banget."

"Forgive me, Cutie. Maaf kalo gue gak ada disana."

Dengan gugup Alin membalas pelukan Rafa, menenggelamkan wajahnya di dada bidang cowok itu yang terbalut kaos hitam, menumpahkan tangisannya disana. Meremas baju Rafa dengan erat, membayangkan wajah brengsek Alvian tadi malam membuatnya semakin menyesal kenapa tidak percaya pada ucapan Rafa sedari awal.
"Gue yang salah." Alin kesegukkan. "Gue salah karna gak percaya sama lo. Alvian bajingan, s-semalam dia mau perkosa gue."

Segera Rafa menangkup wajah sembab Alin, menatap dalam-dalam wajah cantik istrinya.
"Lo gak di apa-apain sama dia?"

Alin menggeleng lemah.
"Gue aman, gue tendang anu dia, trus gue kabur keluar dari apartemen."

Rafa mengusap punggung Alin, memeluk istrinya erat-erat. Dalam hati dia marah tak tertahankan, dan Rafa pastikan Alvian tidak akan bisa lolos darinya.

Membiarkan Alin menangis hingga cewek itu berhenti sendiri, Rafa dengan penuh kelembutan mengusap pipi merah Alin, mengecup kening cewek itu mesra.

Mendapatkan ulah tersebut, tentu saja membuat jantung Alin berdebar. Dia tidak munafik jika Rafa begitu tampan, siapapun perempuan pasti akan jatuh hati melihat paras suaminya ini, termasuk Alin. Hanya saja Alin gengsi mengatakan jika sebenarnya dia tertarik pada Rafa, ditambah perlakuan lembut Rafa pagi ini membuat banyak kupu-kupu di perutnya.

"Udah enakan?" Rafa masih mengelus rambut pirang istrinya.

Alin mengangguk bersama wajah yang merona.

"Yaudah, gue kedepan dulu. Lo mandi gih."

Mengangguk pelan, Alin turun dari ranjang melihat Rafa keluar dari kamar. Alin menunduk mengamati pakaiannya yang tadi malam memakai gaun putih kini sudah berganti dengan piyama pink bermotif  hello kitti. Alin menelan ludah, pasti Rafa yang mengganti pakaiannya, wajah Alin merona, bahkan dia baru menyadari saat ini dia tidak mengenakan bra.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang