42 : Menarilah Dengan Cantik🖤

324 26 11
                                    

Ini warning! 😂

Aku sudah berusaha memperhalus kata-katanya. Adek" mundur dulu juseyooo 🌚

Typo maap ya 🙃

..

..

..

..

"Muntahkan,"

Jia hanya mengerjap kaku dengan mulut menggembung.

"Muntahkan Jia-ya," Haechan mengambil selimut tipis di sofa, lalu menengadahkan di bawah mulut Jia.

"Cepat."

Jia lantas memuntahkan cairan kental di dalam mulutnya pada kain yang di pegang Haechan.

"Pintar," Haechan terkekeh. Ekspresi wajahnya tampak sangat lega, seolah telah melepaskan beban beberapa ton dalam tubuhnya.

"Sekarang bersihkan dirimu."

Jia menyengir malu dan segera berlari ke kamar mandi. Membersihkan wajah dan tangannya yang terkena cairan tersebut.

Oh my god!

Jia menutup wajahnya malu setelah membersihkan wajah dan mencuci tangannya. Ini bukan pertama kalinya, tapi tetap saja sangat memalukan mengingat aksi gilanya beberapa menit yang lalu. Jia merasa telah berubah menjadi orang lain.

Ta-tapi, Haechan puas dengan pelayanannya.

Jia menggeleng cepat. Saat aktivitasnya bersama Haechan, ia memang harus membuang kewarasannya.

Jia lantas keluar dari kamar mandi dengan tampilan yang telah kembali fresh. Haechan sudah duduk santai di sofa dengan ponsel di tangannya. Sisa kekacauan yang sempat terjadi, telah kembali bersih.

Ah, Haechan membersihkannya?

"Oppa, kau membersihkannya?"

"Eoh," Haechan mengangguk seraya melemparkan asal ponselnya di sofa.

"Jia-ya,"

"Eung?" Jia tengah memakai kemeja putih milik Haechan, lalu meloloskan dress ketatnya yang tidak nyaman.

Akhirnya Jia merasa lega setelah melepaskan pakaian yang menyesakkan itu.

"Jangan katakan lagi kau akan mengakhiri hubungan kita."

Jia sontak menoleh pada Haechan yang menatapnya lama.

"Itu membuatku takut." imbuhnya.

"Tapi kalau Jeno aku sangat senang." sambungnya lagi.

Jia tidak tahu harus berekspresi apa saat ini. Bibirnya hanya meringis kaku saja. Pada kenyataannya Jia belum bisa memutuskan Jeno.

"Itu ... aku hanya menggertak saja. Salah siapa aku di tarik-tarik seperti barang."

Haechan mendengus. "Kau seperti tak punya hati saja. Seharusnya kau paham dengan perasaanku."

"Aku paham," Jia mendekat pada Haechan, dia langsung menariknya duduk di pangkuannya dengan posisi menyamping. Jia dengan senang hati melingkarkan tangannya di leher lelaki itu.

"Aku mungkin terlalu jinak padamu." gumamanya lagi.

Jia terkekeh. "Oppa, kau bahkan sudah takluk di bawah kakiku."

Haechan menggeleng geli. "Hebat sekali. Kenapa bocah polos yang dulu ku perlakuan seperti adik kecilku, sekarang bisa menaklukkan pria? Aku masih sulit mempercayai itu, karena pria itu aku sendiri."

POISON [LEE HAECHAN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang