Bab XIV

3 3 0
                                    

Eluned berlari menuju ruangan ayahnya. Dia membuka pintu dengan cukup keras, air matanya sudah membasahi pipinya.

"Ada apa denganmu, El?" tanya Aurelia yang berlari menghampiri Eluned.

Eluned pun berjalan mendekati ayahnya, dia menyerahkan kertas yang ia temukan itu tanpa berkata sepatah kata pun.

Cirion sangat terkejut dan terpukul, tidak dia sangka ternyata anaknya adalah dalang dibalik teror yang terjadi selama ini.

"A-aku tidak menyangka Lyra akan melakukan semua ini. Untuk apa Lyra melakukan semua ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" kata Cirion dengan menundukkan kepalanya dan mencoba menahan air matanya.

"I-ini pasti bohong? Meskipun dia bodoh tapi dia tidak mungkin melakukan ini? Padahal kita melakukan ekspedisi bersama? Kenapa kamu bodoh sekali," kata Aurelia yang terduduk lemas dan menangis.

"Ti-tidak aku sangka kata-kata yang aku katakan dimalam Festival itu adalah kebenaran," kata Eluned dengan mengambil surat Lyra di atas meja kerja ayahnya.

Eluned kembali mengingat malam Festival di alun-alun kota Asteria. Dia berdansa bersama dengan Lyra, namun jarak antara mereka berdua cukup jauh.

Eluned menatap wajah Lyra dengan tatapan yang ragu namun juga sedih.

Eluned menghapus air matanya dan menatap Aurelia dan Cirion dengan tatapan kosong.

"Penyihir Horrible. Itu yang aku katakan kepada Kak. Lyra," katanya lirih.

Napasnya memburu, ingatan tentang malam itu masih terasa begitu nyata.

"Awalnya memang dia terkejut. Tapi tiba-tiba, dia tersenyum kepadaku. Terkesan dia tidak menyangkal apa yang aku katakan," kata Eluned dengan tatapan yang sedih.

Rasa sakit menusuk hatinya. Bagaimana bisa kakaknya yang selama ini ia kagumi ternyata adalah seorang penyihir yang meresahkan kotanya.

Saat mereka bertiga sedang dalam suasana sedih, tiba-tiba Elvi datang membuka pintu dengan paksa.

"Hai! Hai! Elvi datang! Ah mungkin lebih tepatnya Sang Naga Agung Delfin datang!" teriak Naga Delfin

"Na-Naga Delfin?!" Cirion terkejut dengan wajahnya yang pucat.

"Ya ampun, kenapa hari ini begitu banyak hal yang membuat aku terkejut. Aku pikir jantungku sudah copot dari tadi," sambung Cirion sambil menyenderkan kepalanya di jendela.

Naga Delfin pun tertawa. "Aku sudah mendengar apa yang kalian bicarakan, coba perlihatkan surat itu padaku," katanya sambil merebut surat yang ada ditangan Eluned

"Ternyata dugaanku selama ini benar. Aku sudah merasa aneh, kenapa dia tidak pernah takut pada wujud asliku, ternyata dia adalah penyihir. Tapi, kenapa dia ingin menyelamatkan Tuan Hydra? Ada hubungan apa Lyra dengan Tuan Hydra?" sambungnya dengan duduk di kursi kerja Cirion.

"El-Elvy, ah tidak maksudku Tuan Delfin. Kenapa kamu duduk disitu?" tanya Aurelia

"Tidak masalah aku ingin duduk di mana, kan? Lagian Cirion juga tidak mempermasalahkan. Iya kan, Cirion?" tanya Delfin.

Cirion yang sudah merasa lelah dengan apa yang terjadi hanya bisa pasrah dan menganggukkan kepalanya.

Eluned tiba-tiba mendekati Naga Delfin dengan tatapan yang serius. "Siapa Tuan Hydra?" tanyanya.

"Tuan Hydra adalah orang yang sedang dicari oleh Tuan Delfin, yang pernah aku ceritakan itu El. Tapi, aku juga tidak menyangka untuk apa Penyihir itu mencari Tuan Hydra," tanyanya sambil berjalan mendekati sofa.

"Tunggu sebentar, aku pernah mendengar cerita dari Carina tentang gadis yang ada difoto yang disimpan oleh Ibu. Katanya Ibu menunjukkan foto itu kepada Kak. Lyra, tapi entah kenapa ekspresi wajahnya langsung berubah terkejut dan memandangi foto itu sangat lama," jelas Aurelia.

THE HORRIBLE SMILE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang