Bab XV

4 3 0
                                    

Saat penyihir itu meletakan gelang di altar, Eluned pun terkejut. Dia ingat, pernah melihat gelang itu di buku Legenda Penyihir. Gelang platinum berbentuk seperti ikan belut itu, adalah milik penyihir legendaris, Circe.

"Terima kasih, atas penjelasannya, El" sang penyihir pun membuka tudungnya.

Semua yang ada di sana terkejut, Cirion maupun Sisilia sangat terkejut melihat orang yang ada di balik tudung itu.

"Ba-Bagaimana bisa? Kenapa?" kata Sisilia kebingungan.

"Aku berharap semua yang aku lihat ini adalah mimpi. Kenapa kamu bisa memilih jalan seperti ini, Lyra!" kata Cirion dengan air mata yang telah membasahi pipinya.

Lyra tersenyum dan menatap ayahnya. "Maafkan aku, Ayah."

Lyra pun melihat ke arah Sisilia, "Maafkan aku juga, Sisilia."

Lyra berdiri tegak di depan Altar itu dan mulai membaca mantra.

"Cordis. Animam. Et Corpus. Oro Ut Ad Locum Tuum Redeas."

Gelang itu memancarkan cahaya yang terang, dan muncul sedikit percikan api berwarna biru dari gelang itu.

"A-apa? A-api? Apa yang ingin kamu lakukan? Kamu mengkhianatiku?!" Sang Ratu menjerit dan menutupi wajahnya.

Api biru adalah kelemahannya, dia tidak akan bisa melawan api itu. Karena api biru adalah api yang digunakan untuk membakar penyihir di zaman dulu.

Api itu membesar dan mengarah ke Ratu Empusa. Api itu perlahan melahap Sang Ratu.

"Dengar, Penyihir Horrible. Jangan pikir ini semua akan berakhir! Aku pasti akan datang kembali kepadamu! Pasti!" sang penyihir pun lenyap.

Api itu tiba-tiba berubah menjadi cahaya, dan membentuk seperti tangan yang besar. Cahaya itu membuka sangkar dan membawa bola yang berisi ruh.

Tubuh yang tadinya ada di sangkar itu diletakan di Altar dan bola yang berisi ruh itu diletakkan di atasnya. Sekali lagi Lyra merapalkan mantranya.

"Cordis. Animam. Et Corpus. Oro Ut Ad Locum Tuum Redeas."

Bola itu bercahaya, dan terdengar ada suara retakan dari bola itu. Ruh itu mulai melayang dan membentuk tubuh manusia.

Ruh itu berdiri cukup lama, dan akhirnya masuk ke dalam tubuh yang tertidur di Altar.

"Apakah ini berhasil? Hydra? Bangun, Hydra?" Lyra menggoyang-goyangkan tubuh Hydra, berharap agar dia bisa bangun kembali.

Tiba-tiba, gadis itu membuka matanya secara perlahan, dia melihat ke arah Lyra, "Ly-Lyra? Apakah itu kamu?"

Lyra sangat senang mendengar suaranya. Dia memeluk erat tubuh mungil Hydra dengan haru.

"Akhirnya, aku bisa melihatmu lagi. A-aku bisa memelukmu, melihat senyummu. Maafkan aku, karena membuatmu menunggu terlalu lama." Kata Lyra sambil memeluk Hydra dengan erat.

"Terima kasih, Lyra. Kamu menepati janjimu. Terima kasih," kata Hydra sambil menangis.

Naga Delfin langsung menurunkan Aurelia, Cirion, dan Eluned. Dia merubah wujudnya dan berlari ke arah Tuannya.

"Tuan! Tuan Hydra!" teriaknya. Naga Delfin memeluk Tuannya dengan sangat erat dan air mata yang membasahi pipinya.

"Maafkan aku, karena pergi terlalu lama, Delfin. Maafkan aku, meninggalkanmu sendirian," kata Hydra sambil mengusap air mata Naga Delfin.

"Aku mencari Tuan, aku pikir Tuan pergi dan melupakanku. Hingga aku bertemu dengan Lyra dan keluarganya."

Naga dDlfin melihat ke arah Lyra dengan tatapan yang penuh amarah. "Aku tidak menyangka ternyata dia adalah komplotan penyihir yang telah menculik Tuan Hydra. Izinkan aku untuk membunuhnya, Tuan," kata Naga Delfin yang marah.

THE HORRIBLE SMILE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang