Chapter 4

158 17 1
                                    

Jangan lupa tap bintangnya di bawah, ya!

Arigatou Gozaimasu🙇

***

"Yang Mulia, kami mohon jangan berkata kasar seperti itu. Jika ada orang lain yang mendengarnya bisa saja Anda akan dihukum," tegur wanita yang paling tua diantara kelimanya pada Laura dengan wajah gelisah menoleh ke kiri kanan.

Laura mengernyit heran mendengar teguran wanita di depannya. Dia menatap lekat wajah wanita yang mulai keriput termakan usia, lalu bertanya, "Kenapa aku tidak boleh mengumpatinya? Memangnya siapa dia? Kaisar?" 

Laura tidak bisa membendung rasa penasarannya. Sejujurnya dia sudah penasaran sejak masih berada di hutan. Siapa sebenarnya pria itu? Kenapa dia sangat dihormati disini? Semua orang terlihat patuh dan takut padanya. Apa dia benar-benar kaisar seperti tebakannya?

"Beliau memang seorang kaisar, Yang Mulia. Kaisar Kekaisaran Adelphine yang ke-7, Baginda Kaisar Alaric Demonica Adelphine. Pria yang menjadi su---"

Ucapan wanita tua itu terpotong oleh tawa Laura yang tiba-tiba meledak. Suara tawanya menggelegar mengisi lorong. Laura memegang perutnya yang mulai terasa kram akibat terlalu kencang tertawa. Tangannya juga bergerak mengusap matanya yang berair.

"Kenapa namanya aneh sekali? Demonica? Iblis? Astaga! Apa kaisarmu itu seorang iblis? Apa dia membunuh ayah dan saudaranya untuk naik tahta? Lalu apa dia juga suka sekali berperang?"

Kelima wanita tak menjawab pertanyaan Laura. Mereka hanya bisa terdiam ditempat dengan mulut yang terkunci rapat. Mereka ingin menjawab, tapi takut nyawa mereka yang menjadi tanggungannya. Mau tidak dijawab pun sama, mereka juga pasti akan dihukum. Ibaratnya maju kena, mundur pun kena.

Tak mendapat jawaban, Laura lantas berhenti tertawa. Matanya menatap keterdiaman kelima wanita itu dengan tatapan bingung. "Kenapa kalian diam saja? Jadi benar kaisarmu itu iblis?"

Masih tidak ada yang mau menjawab. Mereka hanya saling menyenggol bahu satu sama lain membuat Laura menjadi kesal.

"Hei, kamu!" Laura menunjuk ke arah wanita tua yang menegurnya untuk tidak mengumpat. "Jawab aku!" perintahnya.

Sisanya yang tidak ditunjuk Laura langsung menghembuskan nafas lega, sementara yang ditunjuk merasakan jantungnya berdetak sangat cepat. Wanita tua itu berulang kali menelan ludahnya terlihat dari lehernya yang bergerak sebelum angkat bicara.

"Benar, Yang Mulia. Semua yang Anda katakan benar. Baginda Kaisar melakukan itu semua. Tapi maaf jika saya lancang bertanya, Yang Mulia. Apa Anda melupakan suami Anda sendiri, Yang Mulia?"

Suami? Lagi-lagi dirinya mendengar omong kosong. Laura menundukan kepalanya. Tak lama kemudian terlihat bahunya bergetar bersamaan terdengar tawa pelan dari arahnya.

"Oh, astaga! Bukan hanya kaisarnya saja yang suka bicara sembarangan, rakyatnya pun sama saja suka bicara sembarangan ternyata," gumam Laura pelan namun masih bisa didengar oleh lima orang di depannya walaupun tidak terlalu jelas.

Hanya kalimat 'suka bicara sembarangan' yang bisa mereka dengar, sisanya terdengar seperti bunyi nyamuk di telinga.

"Anda bicara sesuatu, Yang Mulia? Maaf, kami tidak terlalu jelas mendengarnya. Apa Anda berkenan mengulanginya?" Seorang wanita paling muda bertanya pada Laura yang masih menunduk.

Laura mengangkat kepalanya. Seutas senyum sinis terbit di bibirnya yang masih sedikit pucat sambil matanya menatap jengah kelima wanita di depannya.

"Apa semua orang disini suka bicara sembarangan? Tadi saat di kereta, dia berkata aku istrinya, sekarang kalian berkata dia suamiku." Laura menyugar rambutnya yang berwarna coklat terang ke belakang. "Dengarkan dan tanam perkataanku baik-baik di kepala kalian! Aku bukan istrinya dan dia bukan suamiku. Aku tidak pernah merasa menikah dengan dia. Dan satu lagi, berhenti memanggilku Yang Mulai Yang Mulia! Telingaku panas mendengarkannya. Aku punya nama. Laura, namaku Laura---"

Become A Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang