Janggal?

7 3 0
                                    

Mereka yang selalu bekerja hampir setiap hari, meskipun begitu. Mereka tidak mengeluh walaupun rasa lelah setiap saat selalu menyerang mereka

Karena mereka semua yakin, pasti ada hari dimana mereka akan merasakan kenikmatan dari hasil jerih payah mereka sendiri, dimana hari hari mereka yang selalu merasa bahagia, membuat mereka tidak berhenti hentinya mengucap syukur. Ya, pasti itu terjadi

🎗🎗🎗

Ya. Tetap saja aku sungkan" final Nikhi yang membuat Navin mendengus kecil

"Kau sudah makan malam?"

"Belum"

"Ah, kalau begitu apa mau makan malam denganku?"

"Membeli lauk pauk?" Atensi Nikhi beralih menatap Navin

"Tidaklah. Lagi pula jauh jika dari sini, harus membeli ke jalur luar desa Eastfox. Gelap pula"

"Lalu? Memasak?"

"Iya. Kau mau membantuku?"

"Tentu saja" Nikhi bangkit dari duduknya "kenapa tidak? Ayo, aku bantu"

"Kau ingin memasak apa?"

"Mie instan sih... Kau mau?"

"Iya, terserahmu saja"

Sembari membuka kemasan mie instan, lantas Navin bertanya perihal isi tas Nikhi yang gadis itu bawa kemari

"Tadi ku lihat tasmu besar sekali, pasti isinya penuh. Memangnya kau membawa apa? Terlihat berat"

"Tentunya bawa baju ganti dan juga celana ganti"

"Untuk...?"

"Kau lupa? Besok kan hari kita kembali masuk bekerja setelah libur pergantian tahun"

"Oh iya, aku lupa. Ngomong ngomong.. Apa kau tau letak rumah Karalyn?"

"Tidak. Tapi yang di katakan Callie sih, rumah Karalyn tidak jauh dari rumah Callie. Hanya berjarak 15 meter saja dari rumah Callie"

"Benarkah? Aku jadi penasaran bagaimana rumah Karalyn"

"Lihat saja besok"

"Ngomong ngomong.. Kau membawa baju ganti dan celana ganti berapa?"

"Hanya 3 pasang baju dan 3 pasang celana"

"Apakah itu cukup?"

"Kan kita bisa mencuci  pakaian kotornya saat di rumah Karalyn"

Keduanya membawa semangkuk mie instan di tangannya masing masing, mereka menyantapnya sembari menatap televisi

"Entah. Sudah beberapa bulan berlalu semenjak insiden hilangnya penduduk desa Eastfox"

"Kau masih belum terbiasa dengan itu, Nik?"

"Aku tidak tahu, tidak bisa di jelaskan. Bingung, mati rasa rasanya untuk mengharapkan keluargaku kembali lagi ke desa ini, aku tidak berharap lagi. Tapi aku juga merasa sedih jika terus sendirian di rumah"

Navin menatap Nikhi lamat lamat, sekarang juga ia merasakan hal itu. Persis seperti yang di katakan Nikhi barusan, ia menjadi berpikir, apa Elen dan Brunella juga merasakan hal yang sama?

Yaitu, mereka sudah mati rasa untuk mengharapkan keluarga mereka kembali lagi, namun.. di sisi lain juga mereka merasa kesepian jika terus menerus sendirian di rumah. Apa Elen dan Brunella persis merasakan hal itu? Tetapi mereka tidak menceritakannya?

Misteri Hilangnya Penduduk||GfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang