CHAPTER 29

120 25 17
                                    

Minggu ke 4 dimusim semi, udara dingin masih terasa menusuk sampai ke tulang karena hujan deras baru saja reda. Meski hujan sudah reda sejak tadi, tapi udara dingin dan lembabnya masih sangat terasa. Bau tanah basah menyengat sampai ke hidung, namun setidaknya bisa sedikit menenangkan. Sinar matahari mulai terbenam dan memancarkan cahaya terang pada genangan air diatas trotoar sehingga memantulkan kilauan cahaya pada setiap genangan.

Diluar café, langit sore mulai berubah menjadi keunguan dan menciptakan suasana menenangkan. Setidaknya bagi orang lain, atau mungkin bagi Sehun yang duduk diseberang Chanyeol sambil menyesap gelas kedua kopinya di sore hari itu. Udara dingin dan cahaya matahari yang meredup justru membuat suasana hati Chanyeol semakin gelap dan terasa berat. Terlebih dari posisinya saat ini, ia bisa melihat dengan jelas betapa bahagia dan semangatnya Wendy memilih-milih pakaian bayi bersama Irene.

Sehun dan Irene tiba di Korea siang tadi, dan Chanyeol memutuskan untuk menjemput mereka bersama dengan Wendy. Ayah dan Ibunya beralasan sibuk dengan pekerjaan yang tak bisa ditinggal, meskipun Chanyeol memahami bahwa itu semua hanyalah alasan untuk menghindari Sehun. Baik Chanyeol dan kedua orangtuanya masih membutuhkan sedikit waktu untuk menenangkan diri setelah apa yang terjadi didalam keluarga mereka.

Dalam gedung café yang tak berukuran luas, Chanyeol dan Sehun duduk dibagian paling pojok dan agak terpencil untuk melindungi privasi mereka. Dan dari posisi ini, Chanyeol bisa melihat jelas tiap ekspresi dan gerak gerik yang dibuat oleh Wendy di dalam toko pakaian khusus bayi yang ada diseberang jalan. Pakaian-pakaian berukuran mungil dengan berbagai macam warna, mulai dari warna pastel yang lembut hingga warna abu-abu dan warna merah menyala tersusun rapi pada rak-rak pakaian di dalam toko tersebut.

Jendela café yang agak terbuka menghembuskan tiupan angin dingin musim semi, membuat kedua pipi Chanyeol terasa sangat dingin. Tatapan Chanyeol terus terkunci pada wanita pujaannya. Setiap kali Wendy menemukan baju yang menarik, ia akan segera bertanya pada Irene dan memasukannya ke dalam keranjang dengan senyum lebar dibibir merahnya. Bagi orang-orang yang melihat Wendy saat ini mungkin akan berpikir apa yang menjadi kebahagiaannya terlihat sangat sederhana. Berkeliling toko sambil memilih-milih beberapa helai baju dan pernak-pernik bayi yang terlihat menggemaskan. Namun bagi Chanyeol, kebahagiaan itu terlihat sangat mahal. Karena ia dan Wendy tak akan bisa memiliki pengalaman itu. Ia tahu seharusnya senyum yang sedari tadi terlukis dibibir Wendy hanya untuknya-dan untuk bayi mereka, jika saja keadaan berbeda. Kenyataannya, ia bahkan tak bisa memberikan itu pada Wendy. Hal yang paling menyakitkan adalah, mereka bisa dan mempu untuk mewujudkan impian itu. Membangun keluarga mereka sendiri. Hanya saja, takdir tak mengizinkan mereka untuk mewujudkan mimpi yang belum sempat terwujud itu. Hubungan darah dan penyakit Thalassemia yang mereka miliki tak mengizinkan mereka untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu.

Chanyeol menarik nafas dalam-dalam sebelum menyesap kopi yang sudah agak dingin. Semakin dalam ia menarik nafas, semakin kuat rasa sakit berdenyut dalam hatinya. Bahkan rasa pahit kopi dalam tenggorokkannya pun terasa sangat menyakitkan. Ia mencoba mengalihkan perhatian pada sebuah buku tebal yang sejak tadi tak beralih pada halaman selanjutnya. Dalam hati ia terus menerus membaca dua hingga tiga kalimat yang sama secara berulang-ulang. Bukti bahwa pikirannya sedang tak fokus sama sekali.

Menyerah, akhirnya Chanyeol menutup buku tersebut dan meletakannya diatas meja. Ia kembali mengarahkan pandangannya pada Wendy yang juga sedang menatap ke arah Chanyeol. Mereka saling beradu pandang, Wendy melemparkan senyum manisnya sambil melambai pelan ke arah Chanyeol yang berusaha menutupi rasa sakitnya sendiri dengan memasang senyum dibibir kemudian mengangguk sekali.

"Kau dan Wendy baik-baik saja?" suara Sehun akhirnya terdengar. Pria yang duduk diseberangnya itu sedang ikut melihat ke arah pandangan Chanyeol. Sehun menoleh ke belakang dan bertemu tatap dengan calon istri yang tengah mengandung anak pertama mereka. Setelah itu ia kembali memfokuskan tatapannya pada Chanyeol yang tak kunjung menjawab pertanyaannya. Kakaknya tersebut malah kembali mengambil buku diatas meja dan berpura-pura membacanya.

From A Man Who Truly Loves YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang