Suatu hari, saat pulang sekolah, Rama bertemu dengan kelompok pembully. Mereka mengejek Rama dengan kejam dan memukulinya hingga babak belur. Rama berusaha untuk melawan, tapi kekuatannya tidak sebanding dengan mereka.
"Kenapa kamu tidak melawan, Rama? Kamu kan sudah besar!" ejek salah satu pembully.
Rama terdiam, air matanya mengalir deras. Rama merasa sangat hina dan tidak berdaya. Setelah kejadian itu, Rama semakin tertutup dan menarik diri dari lingkungan sosial. Rama menghabiskan waktu di kamar, membaca buku, atau mendengarkan musik dengan volume yang keras. Rama berusaha untuk melupakan semua masalah yang sedang dihadapi.
Malam hari, Rama memandang foto Aisyah yang sedang di genggamnya erat. Rama memandangi wajah cantik dan senyum manis Aisyah.
"Aisyah, maafkan aku. Aku tidak kuat lagi. Aku lelah dengan semua ini. Aku ingin bebas dari rasa sakit dan penderitaan. Aku harap kamu bisa memaafkanku."
Setelah mengatakan itu, Rama mengambil sebotol obat tidur yang selalu Ibunya berikan untuk Rama saat insomnia. Rama meminum semua obat itu sekaligus, berharap bisa terbebas dari semua masalah.
Dengan tubuh yang mulai terasa berat, Rama perlahan bangkit dari tempat tidur. Rama berjalan menuju dinding kamarnya dan dengan kuat membenturkan kepalanya berkali-kali. Setiap benturan terasa seperti pukulan yang membebaskan, namun juga menyakitkan.
Keesokan harinya, Rama terbangun dengan keadaan yang sangat lemas, seluruh tubuhnya terasa sakit, kepalanya seperti mau pecah, dan hidungnya, oh tidak hidungnya berdarah! Rama mengambil beberapa tisu untuk membersihkan hidungnya. Rama melihat darah yang keluar lumayan banyak.
Rama mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Apakah ia terjatuh dari tempat tidur? Atau mungkin ia menabrak sesuatu saat berjalan dalam mimpi? Semakin dipikirkan, semakin bingung rasanya.
Rama mencoba berdiri, tapi kepalanya terasa pusing sekali. Rama bersandar pada dinding kamar, berusaha mengatur napas. Tiba-tiba, Rama mendengar suara Ibunya dari balik pintu.
"Rama, kamu sudah bangun?" suara Ibunya terdengar dari luar.
"lya, Bu," jawab Rama dengan suara lemah.
Ibunya masuk ke kamar dan langsung menghampiri Rama. Wajah Ibunya terlihat khawatir saat melihat kondisi tubuh Rama.
"Kamu kenapa, Nak? Kenapa bisa begini?" tanya Ibunya sambil menyentuh bahu Rama.
"Rama juga tidak tahu, Bu."
Ibunya terlihat semakin khawatir dan segera membantu Rama untuk berbaring kembali dan memanggil dokter.
Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata Rama mengalami memar di beberapa bagian tubuh dan hidungnya mengalami mimisan akibat benturan keras di kepalanya semalam.
Rama diharuskan untuk beristirahat total selama beberapa hari. Dokter juga menyarankan agar Rama berkonsultasi dengan psikolog untuk membantu mengatasi permasalahan yang sering dialaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Aku Bisa Menjadi Diriku Sendiri? [On Going]
Roman pour Adolescents"Rama, apa tadi kamu bisa merasakan seberapa bahagianya hidup jika kita hanya peduli pada diri sendiri?" Rama terdiam sejenak, merenung. "Tidak," jawabnya pelan. "Karena aku hidup untuk orang lain bukan untuk diriku sendiri." ~~~~~ Di usianya yang b...