tok! tok! tok!
"naren buka, ini Dady"
tidak ada jawaban dari dalam kamar apa anaknya sudah tertidur. pikirannya.
"naren buka apa kamu mendengar suara Dady" ujar Kalingga sekali lagi
tidak mendapat jawaban juga akhirnya Kalingga meraih kenop pintu dan membukanya ternyata tidak di kunci.
dia masuk ke dalam dan melihat kalau naren anaknya sedang duduk di ranjang dengan masih sesenggukan.
Kalingga menghampiri tubuh anaknya "Dady minta maaf ya tadi sudah bentak naren, Dady capek habis dari kantor"
anak itu mendongak menatap wajah dadynya tidak lama terdengar Isak tangis kembali, Kalingga langsung menggendong tubuh anaknya dan di dudukan di pangkuan dengan mengelus punggung anaknya yang bergetar.
"nalen mau buna Dady hiks... dimana buna" tanya naren dengan menatap wajah dadynya dengan wajah yang sembab akibat menangis.
"huftt~ buna sedang sibuk, sudah diam nanti besok kita jalan jalan bagaimana?" bujuk Kalingga, naren mengangguk lalu menenggelamkan wajahnya pada dada bidang dadynya.
"sekarang tidur"
Kalingga merebahkan tubuh naren di ranjang mengecup kening anaknya lalu menutup tubuh anak itu sebatas dada dengan selimut dan beranjak keluar dari kamar.
"maaf Dady hanya tidak mau ada orang asing di rumah ini, dan pemuda itu aku saja tidak tahu asal usulnya" ujar Kalingga lalu menuju balkon untuk menenangkan pikiran nya.
-
-
-
-
skip!sekarang Kalingga sedang mengajak naren untuk berjalan jalan seperti yang dijanjikan semalam.
"Dady, nalen mau loti di toko itu" ujar anak itu dengan menunjuk toko roti di seberang jalan.
"baiklah kita akan ke situ sekarang"
Kalingga mulai menjalankan mobilnya ke arah toko di seberang jalan sana. memarkirkan lalu turun dengan menggendong tubuh naren dan masuk ke dalam.
tringg!
"pelmisi nalen mau beli loti" ujar anak balita itu dengan cadel membuat dirinya terlihat sangat menggemaskan.
pemuda yang sedang menunduk mengangkat wajahnya dan...
"buna!" pekiknya girang, oh ternyata takdir sedang memihak kepada naren. buktinya sekarang dia bertemu kembali dengan buna yang sempat dia temui hari itu.
pemuda itu menggelakan matanya terkejut kemudian kembali merubah ekspresi seperti semula "seno, oh apa kamu mau beli roti" tanya gevano kepada anak yang pernah ia temui dua hari yang lalu.
"iya, buna tenapa di cini?"
dia tersenyum "aku kerja di sini"
"telja? ayo buna itut ceno pulan te lumah"
"ah tidak seno aku sedang bekerja, dan kamu mau beli roti yang mana" ujar gevano sedikit gugup karena sedari tadi Kalingga menatapnya dengan lekat.
"nda mau, buna ayo buna hiks pulan telumah" naren menangis dalam gendongan Kalingga membuat beberapa karyawan menatap ke arahnya.
"berhenti menangis oke, lihat banyak orang yang melihat ke arah kita" ujar gevano dengan lembut.
"mau buna" naren berontak dalam gendongan Kalingga meminta gevano untuk menggendongnya.
dia yang peka akhirnya mengambil alih tubuh kecil naren dan menggendongnya.
"sudah jangan menangis lagi ya" gevano mengecup pipi anak itu.
perlakuan gevano tidak luput dari pandangan Kalingga, dia menaikan sebelah alisnya lalu menghela napas.
kenapa anaknya sangat menempel pada pria asing itu, bahkan dia bertemu hanya satu kali? tidak habis pikir dengan sifat anaknya.
"ayo pulan buna"
gevano menatap wajah Kalingga lalu kembali menatap naren, menggeleng pelan membuat wajah naren kembali murung.
"tidak bisa sayang aku harus bekerja nanti kalau di marahin sama bos aku bagimana?"
"tenapa buna di malahin" tanya naren bingung.
dia terkekeh kenapa naren lucu sekali "karena aku bekerja di sini" sembari mengelus kepala naren.
"heumm... nda nelti buna"
"haha ya sudah sekarang seno mau beli roti apa" ujar gevano di selingi dengan tawa pelan.
"mau yan itu caja buna" menunjuk salah satu roti yang terdapat selai blueberry di atasnya.
"baiklah"
gevano mengambil roti yang naren inginkan lalu membungkusnya dan memberikan kepada anak itu.
"sudah sekarang ayo pulang" ujar Kalingga yang ingin meraih tubuh naren sebelum akhirnya anak itu menghindar dan malah mengeratkan pelukannya pada leher gevano.
"nda mau, nalen mau buna"
"Seno pulang ya, nurut sama D-dady" ujar gevano, sedikit canggung untuk memanggilnya Dady, takut nanti dikira sok kenal.
naren menggeleng lalu menyembunyikan kepalanya pada ceruk leher pemuda itu "mau pulan tapi cama buna"
Kalingga yang jengah dengan tingkah laku anaknya akhirnya mengatakan "baiklah kau ikut kami pulang, ini demi naren kamu tidak usah kepedean"
gevano yang mendengar ucapan Dady dari anak itu mendengus "siapa juga yang kepedean.. huh!" membuang mukanya ke samping enggan menatap Dady naren.
"Acik buna itut tan" tanya naren dengan semangat.
gevano tampak berpikir sebentar, bagaiman dengan pekerjaan nya dia baru satu hari bekerja di sini.
"tidak perlu khawatir dengan pekerjaan mu aku yang akan mengurusnya nanti"
ujar Kalingga yang sepertinya tahu pemikiran pria di depannya.menghela napas pelan "baiklah"
naren tersenyum senang di dalam gendongan gevano.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐌 𝐃𝐔𝐃𝐀 𝐀𝐍𝐀𝐊 𝐒𝐀𝐓𝐔 (ʙʟ) ||End
Romancegevano Sagara anggarta pemuda manis yang hidup sebatang kara, karena ditinggal oleh kedua orang tuanya dia harus mencari pekerjaan untuk kebutuhan sehari-hari. • • • "hiks... cakit" anak kecil yang menabrak pemuda itu menangis membuatnya panik. "hei...