7. First Time

291 34 4
                                    

"Mbak Aina ya?"

Aina mengangguk dan mengiyakan. Selama sekian detik tadi dia sempat terpesona juga dengan wajah babang ojol yang tampan ini. Lebih ganteng daripada Moreno loh. Kenapa dia cuman jadi tukang ojek? Harusnya jadi model dong.

"Sesuai titik jemput ya?" tanya babang Go-Jek itu lagi. Aina mengangguk aja. Dia emang agak grogi kalau sama cowok apalagi ganteng.

Aina menerima helm dari pembelian tukang Go-Jek itu. Kemudian duduk jok belakang. Sementara si Habib hatinya serasa ser-seran gitu. Gimana kalau nanti ada lubang diterobos aja. Lumayan kan dia jadi bisa dempet-dempetan sama cewek cantik. Rejeki anak Sholeh ini namanya.

"Kok nggak pulang naik mobil atau grob aja, Dok?"

Aina yang sedang memasang helm tertegun. "Kok tahu kalau saya Dokter?

"Karena engkau telah mengobati luka hatiku."

Aina yang awalnya bingung langsung tertawa dan memukul pelan bahu si tukang ojek. Jayus juga ini orang gombalannya kayak bapak-bapak. Begitu batin Aina, tapi sebaliknya dia malah nggak berhenti ketawa Karana gombalan receh itu.

"Emangnya Mas punya luka apa?"

"Luka karena jatuh hatiku saat melihatmu."

Aina dan Habib tertawa bersama. Yah, kegombalan receh semacam ini memang terkadang bisa membuat hepi.

"Udah, Mas. Jangan ngegombal terus. Kalau saya baper gimana?" cuap Aina.

"Ya, itu tujuan saya memang. Bikin Dokter baper," jawab Habib sambil cengar-cengir.

"Jangan gitu, anak istri mas mau dikemanain?" ucap Aina. Yah, cowok seganteng ini biasanya pasti udah laku. Begitu pikir Aina.

"Saya masih jomblo kok, Dok."

"Masa? Cowok seganteng Mas?" ucap Aina tidak percaya.

Habib terkikik. Habib sadar kalau dirinya emang good looking. Tapi nggak juga kalau seganteng itu.

"Iyalah, Dok. Siapa sih yang mau sama tukang ojol yang nggak punya masa depan kayak saya ini," ucap Habib miris.

"Ah, uang kan bukan segalanya. Uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Saya sih lebih suka menilai karakter."

Ucapan Aina itu membuat Habib terdiam. Yah, bagi orang kaya seperti Aina, jelas uang bukan segalanya. Tapi bagi Habib yang misqueen ini, segalanya butuh uang. Siapa bilang uang tidak bisa membeli kebahagiaan? Habib dapat tip 5000 aja dari penumpang sudah senangnya bukan main. Habib menyadari bahwa dirinya dan Aina hidup di dunia yang sangat berbeda.

"Mas full time jadi ojol aja? Nggak ada kesibukan lainnya?"

"Iya, pekerjaan utama saya ojol. Sambilannya ngajar," aku Habib.

"Ngajar? Ngajar apa? Guru?"

Habib cengar-cengir lagi. Baru kali ini ada penumpang cantik yang penasaran dengan kehidupan pribadinya. Biasanya, malah dia yang nyerocos bilang kalau ojol itu sambilan dan aslinya dia guru. Biar nggak dianggap madesu (masa depan suram).

"Iya, ngajar matematika anak SMA."

"Matematika? Wow, keren banget! Aku dulu pas sekolah paling nggak suka sama matematika."

"Masa? Matematika kan nggak sesulit itu. Padahal Mbak Dokter ya, biasanya dokter itu kan jago semua mata pelajaran,"

"Ih, nggak juga. Saya paling benci sama trigonometri dan integral. Kalau ketemu dua tipe soal itu cuman hitung kancing aja. Tapi kalau materi yang lain sih masih bisa dikit-dikit."

"Dokter nggak suka trigonometri? Berarti nggak tahu tan 90 ya? Sebenarnya perasaan saya ke Dokter itu seperti tan 90."

Hah? Apaan tuh Tan 90M? Otak Aina berpikir keras. Sudah lama dia nggak belajar matematika, mana mungkin dia ingat. Belajar saja dia mungkin nggak ingat.

"Nggak, emang Tan 90 berapa?"

"Tak hingga."

Jawaban Abang ojol yang ngegemesin itu spontan membuat Aina tertawa. "Ah, mas bisa juga gombal pakai rumus matematika gitu. Harusnya jadi YouTuber aja kayak Jerome Polin," kekeh Aina.

"Udah bikin, tapi subscribernya masih sepi. Padahal udah hampir dua tahun," keluh Habib.

"Oh ya, nama channelnya apa? Biar aku subscribe." Aina mengeluarkan ponselnya dan mulai membuka aplikasi YouTube.

"Babang Tamvan Habib."

"Ih, norak banget namanya!" hina Aina sambil tertawa jahat. Dia menemukan juga channel itu dan melihat followersnya hanya 200 biji. Padahal isinya cukup menarik dan informatif. Hanya saja kualitas kamera dan audio emang agak burik.

"Wah, keren lho. Eh soal yang ini kemarin muncul waktu tes CPNS," puji Aina.

"Yang mana?" tanya Habib penasaran juga.

"Permutasi ini. Yang enam orang nonton bioskop dan yang satu pasangan nggak mau terpisah."

"Dokter daftar tes CPNS juga?"

Aina mengangguk. "Iya, kemarin iseng-iseng aja. Gara-gara saudara saya ada yang ikut. Rejeki aja kali ya, saya lolos padahal nggak belajar sama sekali."

Habib melongo. "Hebat banget, saya daftar CPNS 7x nggak lolos sampai umurnya sudah melebihi persyaratan. Padahal saya selalu belajar sepenuh hati."

Aina terdiam dan menatap si babang ojol yang ekspresinya mendadak sedih. Sungguh tadi Aina nggak bermaksud sombong kalau dia lolos tes CPNS.

"Kan masih ada PPPK. Sepertinya tidak ada batas usia untuk daftar," hiburan Aina.

"Iya juga, ya udah nanti saya coba daftar PPPK aja."

"Semangat ya, Mas!" seru Aina.

Tanpa terasa motor yang mereka naiki berhenti juga di depan rumah Aina. Habib memandangi plang bertuliskan "dr. Aina Prawirohadjo" yang terpampang di depan sebuah rumah mewah 2 lantai. Sementara Habib hanya bisa menyewa satu kamar kos kecil yang di-sharing dengan 3 orang lainnya. Betapa jauh berbedanya dengan sang penumpang cantik ini.

"Makasih, Mas. Saya pakai gopay ya," uca Aina.

"Iya, Dok. Jangan lupa rating bintang 5 ya!" pesan Habib.

Aina tersenyum. Mengacungkan jempol dan hendak masuk ke dalam rumah. Hati Habib gelisah melihat penumpang cantik itu pergi. Setelah wanita cantik itu masuk ke dalam rumah. Sepertinya mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Tanpa dia sadari, satu kata memalukan keluar dari bibirnya.

"Dok, apa saya boleh minta nomor HP?"

Aina berhenti sejenak kemudian menatap lurus tukang ojek dengan jaket hijau itu. Kasih nggak ya?

***
Jeng jeng! Bersambung! Halo guys, Alex di sini, mau menyapa kalian lagi. Bagus nggak ceritanya. Komen yang bagus. Awas komen next, lanjut dan sebangsanya. Tak BLOKIR!
Buruan beli chapter baru mamaku di Karyakarsa mulai dari 2k aja.

 Tak BLOKIR! Buruan beli chapter baru mamaku di Karyakarsa mulai dari 2k aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terpaksa Menikahi Dokter 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang