part 1

32 22 3
                                    

Ost Higher-Ava Grace

Ayah: "Raisa Indira?.. apa yang kamu ingin kamu lakukan disini?.. bukankah kamu sudah aku larang untuk masuk ke ruangan ini?!"

Raisa: "Ah, maaf, Ayah."

Ayah: "Maaf? Kamu tahu aku merahasiakan adikmu bukan?..."

Raisa: "Hah, apa maksudmu, Ayah?"

Ayah: "Kamu tahu adikmu bukan anakku? Anda tidak pernah mengetahui bahwa ada orang lain selain kita di rumah ini?..."

Raisa: "Hah, tapi dia juga manusia, Ayah."

Ayah: "Saya tidak peduli dia adalah manusia atau bukan, tapi yang jelas kamu sudah di larang untuk masuk ke ruangan itu, kenapa kamu malah tetap pergi? Apakah kamu berani berhadapan dengan aku?..."

Raisa: "Aku ingin menemuinya, bagaimanapun dia adikku juga."

Ayah: "Oh, jadi kamu ingin menemuinya, karena dia adalah adikmu?..."

Raisa: "Ya."

Ayah: "Kamu tahu kalau dia adalah anak yang keras kepala, agresif, dan berani melawan saya? Dia juga sering kali menangis saat saya marah..."

Raisa: "Saya akan menemuinya secara baik-baik."

Ayah: "Kamu yakin dia tidak akan marah dan membencimu jika kamu menemui dia?"

Raisa: "Tidak."

Ayah: "Oh, kamu yakin dengan itu? Apakah kamu tidak takut dia akan membencimu karena sudah lama dikurung dan dijaga ketat oleh saya?"

Raisa: "Ya, aku yakin."

Ayah: "Hmm... saya masih tidak yakin dengan itu, tapi karena kamu sudah dewasa dan tahu apa yang baik untuk dirimu sendiri." Ayah mulai menggerakkan tangannya seperti mau menampar kamu.

Aku hanya terdiam.

Ayah terus menampar wajahmu dengan keras, dia juga memegang lehermu dan mulai menariknya ke arah pintu. Ayah: "Berhenti di sini! Jangan pernah lagi masuk ke ruangan ini atau saya akan mengusir kamu dari rumah ini..."

Raisa: "Iya."

Ayah: "Apakah kamu mengerti, atau kamu masih ingin masuk ke ruangan itu? Apakah kamu juga tidak peduli dengan apa yang akan terjadi pada adikmu karena kamu sudah tahu dia adalah anak saya dan harus dijaga dengan ketat?..."

Raisa: "Aku mau masuk juga."

Ayah: "Apakah kamu berani? Apakah kamu siap untuk menerima semua konsekuensinya kalau saya mengusirmu dari rumah ini dan membiarkan adikmu sendirian di ruangan itu sendiri?"

Raisa: "Tidak, aku tidak mau."

Ayah: "Kamu akan mengkhianati aku, adikku, dan dirimu sendiri kalau kamu tetap masuk ke ruangan itu." Ayah melepaskan lehermu dengan kasar, lalu mendorongmu keluar dari pintu ruangan tersebut.

Aku pun pergi ke kamarku.

Raisa: "Maafkan aku."

Ayah hanya menatapmu dengan tatapan tajam dan marah, tapi akhirnya pergi ke kamarnya. Kamu mendengar pintu kamar tertutup dari luar...

Raisa: "Maafkan aku."

Aku memandang ruang bawah tanah lalu pergi ke kamarku.

Kamu sudah sampai di kamarmu, tapi masih mendengar bunyi-bunyian dari dalam ruangan yang tadi. Adikmu tampaknya tidak berhenti menangis...

Raisa: "Aku mohon, bertahan, aku akan mencari cara."

Adikmu terus menangis dan tidak berhenti, dia juga berteriak...

Raisa: "Adik, tenang ya."

Aiden tidak menjawab, dia masih terus menangis dan berteriak. Adikmu mulai bersuara lebih keras dari biasanya...

Aku pun nekat membuka ruangan bawah tanah dan menemuinya.

Adikmu masih terus berteriak dan menangis, tapi dia berhenti saat kamu membuka pintu...

Raisa: "Aiden, tenang, okay."

Aiden tetap tenang dan hanya memandang kamu, tapi matanya masih berbinar dengan air mata. Adikmu tampak lelah dan tidak ada semangat sama sekali...

Aku memeluk Aiden.

Adikmu memeluk kamu balik, tapi dia masih tidak berbicara sama sekali...

Raisa: "Mau makan?"

Adikmu mengangguk dengan pelan, tapi tidak berbicara sama sekali...

Aku mengambil makanan dan memberikannya.

Adikmu mulai makan dengan perlahan, tapi dia tetap tidak berbicara dan masih memandang kamu...

Raisa: "Aku tidak akan menyakitimu, kok."

Adikmu tetap memandang kamu dengan mata yang masih berkaca-kaca, tapi dia berhenti makan dan mulai bersembunyi di balik badanmu...

Raisa: "Kenapa?"

Aiden hanya diam dan masih bersembunyi di balik badanmu, dia juga memeluk kamu. Adikmu tidak mau pergi dari pelukanmu.

Raisa: "Aku tidak akan pergi, kok."

...

Aiden terus memeluk kamu, dia juga berbicara dengan pelan. "Kakak... aku takut..."

Raisa: "Jangan takut, aku di sini untukmu."

Adikmu mulai tenang dan menciumi pipi kamu. "Kakak... jangan pernah pergi dari aku, ya?"

Raisa: "Ya."

Aiden memeluk kamu lebih erat lagi, dia juga merangkul lehermu. "Kakak..."

Raisa: "Ya, Aiden?"

"Kakak, aku tidak mau ditinggal lagi... please jangan pernah pergi dari sisiku..." Adikmu tampak sangat takut.

Raisa: "Ya, aku tidak akan meninggalkanmu."

Aiden mulai membayangkan kamu akan pergi meninggalkannya, dan dia takut dengan bayangan itu. "Jangan... jangan pergi dari saya, kakak..."

Raisa: "Tidak akan."

Adikmu memegang lengan kamu dengan keras, dia masih takut. "Aku... aku mencintai kakak."

Raisa: "Aku juga mencintaimu, adikku."

Adikmu berhenti berbicara dan hanya menatap kamu dengan tatapan penuh cinta.

Raisa: "Aku akan mencari cara agar kita bisa keluar dari sini."

Adikmu mulai memegang tangan kamu dan menganggukkan kepala, tanda bahwa dia setuju dengan pernyataan kamu. "Tapi... kami tidak akan bisa keluar dari sini kalau ayah atau ibu kita tahu... mereka sangat marah saat mengetahui aku dibiarkan hidup disini..."

Raisa: "Tapi kenapa?"

Mereka... mereka takut bahwa aku akan melakukan sesuatu yang berbahaya untuk kami, atau dia bisa jadi pengkhianat dan tidak dapat dipercaya. Aku hanya masih kecil dan lemah, mereka berpikir aku juga mungkin berniat untuk membunuh saya... kita harus bersikap hati-hati dengan orang tua kita.

Raisa: "Ya, kau benar, Aiden."

Adikmu masih memegang tangan kamu dengan erat, dia menatap mata kamu. "Jadi... kami harus berhati-hati dan tidak boleh memberitahu siapapun bahwa aku adalah adik kandungmu... mereka pasti akan mengusir kita berdua dari rumah ini..."

Raisa: "Kau tenang saja, aku akan mencari cara, okay?"

Adikmu mulai tenang dan memeluk kamu dengan lebih erat lagi. "Terima kasih, kakak..."

Raisa: "Sama-sama."

Adikmu mencium pipi kamu, dan menatap mata kamu dengan penuh kasih sayang. "Saya senang kakak ada di sini..."

Raisa: "Aku juga senang."

Adikmu mulai mengusap-usap rambut kamu, dan menatap mata kamu dengan penuh cinta. "Kakak... apakah boleh saya berbicara sesuatu?"

Raisa: "Apa itu?"



















































































Kira-kira apa yang akan Aiden bicarakan sama Raisa? apa alasan ayahnya Raisa mengurung Aiden di ruang bawah tanah ya? Penasaran? Jangan lupa tinggalkan jejak 🥰

The Forbidden Room MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang