15

5.1K 127 1
                                    

"Aku mau ke panti Asuhan."

Anna keluar dari kamar dan langsung mengatakan itu pada Aldo yang baru saja datang hendak membangunkan nya.

Aldo langsung mengejar gadis itu, "Gamau sarapan dulu, neng?"

"Ngga, aku sarapan di sana aja." Anna berjalan menyebrangi rumah nya dan menuju perkarangan rumah.

Perlahan, langkahnya memelan dan beberapa detik berhenti di tempat saat melihat Theo, memakai pakaian dinas nya ada di sana, berbicara pada seorang wanita. Wanita berambut pendek, tubuhnya seksi padahal dia hanya memakai kemeja biru dan celana panjang dan wajahnya yang tampak anggun, seperti nya wanita itu juga kerja di pemerintahan.

Anna menelan ludahnya kasar. Jika itu salah satu staff Prabu, tak heran mereka saling berbincang kan? Namun, Anna merasa, dia bukan bagian dari Staff Papa nya.

Aldo berdecak, decakan itu menarik perhatian Anna sampai meliriknya.

"Padahal udah pisah dari lama, tapi kalo ada apa-apa pasti nyari nya ke Mas Theo."

Anna merasakan jantungnya berdegub kencang. Lalu kembali menatap mereka, lebih tepatnya pria itu. "Itu," Anna beralih ke sang wanita, "Mantan istri nya, Do?"

Aldo mengangguk, "Dari kemarin, Mbak, dateng kemari tengah malem besoknya Mas Theo ambil libur. Gatahu deh karna apa, tapi kalo aku jadi Mas Theo, aku ga peduli apapun lagi tentang mantan istri ku. Sekalipun butuhnya aku."

Anna masih diam di tempatnya, memperhatikan mereka berdua. Ada sesak yang menghimpit dada nya. Apa Anna cemburu? Karna saat ini yang ingin dia lakukan adalah mendatangi mereka dan menjambak rambut wanita itu.

Anna perhatikan wajah Theo. Tatapan nya lembut, tak pernah seorang Theo memberi pandangan itu selain pada diri nya, entah kemana tatapan tegas dan tajam bak elang itu.

Aldo menarik napas, "Palingan besok Mas Theo ambil libur lagi."

Aldo melangkah melewati Anna untuk berjalan ke dalam mobil. Tak lama, Anna menyusulnya daripada berlama-lama memandangi mereka yang membuat hati nya terbakar.

Anna duduk di kursi penumpang, berusaha untuk tidak perduli namun gagal, akhirnya ia kembali menoleh. "Emangnya mantan istrinya minta apa ke Om Theo?"

"Gatahu, Neng," Aldo menghidupkan mobilnya. "Ga ada yang berani nanya," Aldo menatap Anna lalu tersenyum geli, "Emang siapa yang berani sama Mas Theo?"

Anna terdiam,

Aldo benar, siapa yang berani sama Om Theo di Rumah itu selain dirinya?

*.*.*.*.*

"WHAT?!"

Anna spontan langsung menutup mulutnya dan Nayara yang langsung memukul lengan Anna sambil memastikan anak-anak tidak mendengar teriakan nya.

Nayara memberikan ponselnya. "Noh, lihat, Bokap lo dan Partai Beringin sampe ngajuin ke MK."

Anna meraih ponsel gadis itu dan membaca berita nya baik-baik. Tiap kalimat yang ada disana membuat Anna geram, bahkan tangan nya mencengkram kuat ponsel sahabatnya.

"Tanah ini emang pemberian pemerintah, yayasan nya juga yayasan pemerintah. Tapi, ga sopan mau ngambil balik apa yang udah dikasih." Nayara memandangi Anna yang masih membaca berita nya. "Gue yakin ada Mafia tanah di balik ini. Makanya Bokap lo ngincer tanah ini banget."

HIS SECRET SINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang