Bab 27. Kim Doh Elina

55 5 5
                                    

Daegu, 2004.

"Apakah ini cucu-cucumu, Jinsu?" Tanya Namjin pada sahabatnya.

Hari ini mereka kembali mengadakan pertemuan di Daegu untuk membahas mengenai lahan proyek mereka. Namjin dan Jinsu sudah bersahabat sejak mereka sekolah menengah dulu. Hingga kini persahabatan mereka berlanjut sampai keduanya memiliki cucu. Mereka satu sekolah saat tinggal di Seoul dulu dan memutuskan untuk saling berjauhan kembali karena keluarga mereka.

Jinsu tinggal di Seoul bersama anak dan menantunya untuk mengurusi perusahaan. Sedangkan cucu-cucu Jinsu tinggal di Busan untuk menemani nenek mereka. Sementara itu, Namjin bersama istrinya tinggal di Daegu karena istrinya ingin tinggal di daerah pegunungan yang sejuk dan asri terbebas dari polusi. Ia juga membawa satu cucu kesayangannya untuk tinggal bersamanya menemani kehidupan pria dan wanita tua itu di Daegu.

Namun, meskipun keduanya terbilang lansia, mereka masih semangat mengurus perusahaan mereka. Mereka juga selalu mengerjakan proyek bersama-sama dan menjalin bisnis bersama. Dan di sinilah mereka berada. Keduanya datang bersama untuk melihat lahan proyek yang rencananya akan dibuat objek wisata di Daegu.

"Iya, Namjin. Mereka berdua adalah cucu-cucuku. Yang memakai pita merah muda bernama Park Doh Aluna sedangkan yang rambutnya terikat dengan pita biru bernama Park Doh Elina. Mereka kembar identik. Terlihat sangat mirip bukan?" Ucap Jinsu mengusap kedua puncak kepala cucunya yang berada di depannya.

"Kau menyelipkan nama 'Doh' pada nama tengah kedua cucumu?" Tanya Kim Namjin.

"Tentu saja. Ayahku selalu berpesan untuk menyelipkan namanya pada anak dan cucuku kelak. Dengan begitu mereka akan mudah dikenali dan lebih disegani." Jawab Jinsu tegas menatap Kim Namjin.

"Hahaha siapa sih yang tidak kenal dengan keluarga Park Doh Su. Pemilik perusahaan terbesar nomor satu di Seoul." Ledek Namjin.

"Iya begitulah. Ayahku tidak ingin kelak anak dan cucunya direndahkan oleh orang lain. Jadi, ia memasukkan nama 'Doh' pada anak dan cucuku."

Kim Namjin merespon ucapan sahabatnya hanya dengan helaan nafas kemudian ia mensejajarkan tubuhnya agar sama tingginya dengan kedua cucu Park Jinsu. Ia mengelus pipi kedua cucu sahabatnya secara bergantian. Ia tersenyum manis menatap kedua anak perempuan itu.

"Hallo anak manis. Perkenalkan aku Kim Namjin, teman dari kakekmu. Kalian bisa memanggilku kakek Nam. Senang bertemu kalian," Kim Namjin kemudian menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan kedua anak perempuan cantik itu. Mereka membalasnya dengan senang hati sambil tersenyum riang.

"Salam kenal Kakek Nam. Aku Aluna dan ini adikku—Elina." Ucap Aluna memperkenalkan dirinya dan adiknya.

"Apa kakek Nam bisa membedakan kami?" Sahut Elina yang tiba-tiba saja berani memberikan tantangan pada pria tua di hadapannya itu.

Kim Namjin tersenyum gemas dengan ekspresi gadis kecil yang baru saja menantangnya. Gadis itu terlihat lebih ekspresif dari saudara kembarnya.

"Tentu saja bisa. Aluna yang memakai pita bando berwarna merah muda dan Elina yang memakai pita bando berwarna biru. Benar kan?" Jawab Namjin ragu-ragu. Sebenarnya kedua gadis itu terlihat benar-benar seperti satu orang yang sama. Sangat mirip sekali.

Elina mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban dari Reynaldo,

"hmmm tentu saja kakek Namjin bisa menebaknya karena kakek sudah memberitahumu di awal tadi. Jadi, pasti kakek Nam bisa menebaknya. Jika kakekku tidak memberitahumu sedari awal, pasti kakek Nam tidak bisa membedakan kami. Kakekku saja sering salah sebut nama kami." Elina cekikikan mengingat kakeknya yang sering keliru memanggil nama kedua cucunya.

My Dear, ElinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang