𝟏𝟐

58 6 0
                                    

         
·˚ ༘₊· ͟͟͞͞꒰➳

𝐍𝐨𝐰 𝐥𝐨𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠. . .

↷✦; w e l c o m e ❞

𝐏𝐚𝐠𝐢 ini ia memutuskan untuk pergi ke kota untuk mencari pekerjaan karna uangnya sudah mulai menipis. Ia juga tak ingin terus terusan meminta pada Meliadoul-san. Ia juga ada Ochoa yang tinggal bersamanya.

Matanya tak berhenti berbinar binar sepanjang jalan ia melangkahkan kaki. Ini luar biasa baginya. Baginya yang dulu hidup di dunia tanpa sihir semua hal yang ada disini terlihat asing baginya.

Ia memasuki salah satu toko bunga. Wanginya memasuki indranya. Seorang nenek tua menyambutnya hangat.

"Apa yang dibutuhkan oleh gadis manis sepertimu disini? " tanyanya lembut.

"Apa ada bunga yang kau inginkan?" Tanyanya lagi.

Aslyn menggelang ramah lalu ia menjelaskan mengapa ia datnag kemari. Awalnya nenek itu terlihat bersedia saja, namun ketika ia bilang ia masih harus bersekolah nenek itu menolaknya halus.

"Lebih baik kau bersekolah saja dulu"

Inginnya begitu. Tapi apalah daya jika ia tak bekerja ia tak akan bisa menanggung biaya sekolah juga. Memang sekolah tidak ada pembayaran, tapi ia juga butuh makan dan kebutuhan lainnya.

Nenek itu tetap teguh melarang Aslyn bekerja di tempatnya dan Aslyn sudah malas untuk bernegosiasi akhirnya memilih untuk tidak. Ia berterima kasih lalu keluar dari toko itu.

Ia tak ingin menyerah. Demi uang.

Ia suka uang.

Ia lantas mencoba kembali menemui beberapa toko lagi. Tak terasa hari sudah menjadi siang. Tapi tidak ada satupun tempat yang mau menerimanya karna ia sedang bersekolah.

Malah tadi ia disemprot habis habisan oleh salah satu pemilik toko tadi.

"Ha?! Untuk apa kau sekolah?!"

"Ujung-ujungnya kau akan berada di dapur membuat masakan untuk suamimu

" tak usah repot repot pendidikan tinggi-tinggi"

"Atau kau belum punya calon? Kebetulan aku punya anak laki laki kau tertarik? "

Aslyn meninggalkan tempat itu menggerutu. Berjalan tanpa tujuan sambil menendang batu-batu dijalan.

Keparat kau pak tua!

Orang-orang disini pemikirannya kuno sekali. Tak ada satupun dari mereka untk mencoba mematahkan tradisi bodoh itu. Ia lantas di salah satu kursi taman tak jauh dari tempat sebelumnya.

Ia jadi mengerti kenapa ibunya dulu sering memarahinya karna boros dalam menggunakan uang. Mencari uang itu sulit. Menghabiskannya mudah.

Ibaratkan seluncuran.

Kau harus naik menggunakan tangga untuk mencari uang, lalu kau bisa dengan mudah berseluncur untuk menghabiskan kannya.

Jika habis artinya kau harus mengulang siklus itu lagi dan lagi jika kau tak ingin berubah.

Maafkan aku ibu.

Baru saja ia ingin melepas lelah ia merasakan benda-benda kecil dilempar ke arahnya. Ia membuka matanya dan mengambil salah satu benda tadi.

"Kacang?"

Ia lantas melihat sekeliling, ada sekumpulan anak-anak tak jauh dari tempat ia duduk. Mereka tertawa cekikikan sambil menunjuk-nunjuk ke arah Aslyn.

ᴛʜᴇ ℓσηєℓу   || мαѕнℓє : мαgι¢ αη∂ мυѕ¢ℓєTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang