Wake Up!

6 2 0
                                    

Aku masih ingat jelas saat akhirnya paham, mengapa orang sepertiku selalu ditinggalkan.

Waktu itu ada seorang anak bertopi merah sedang berlari. Tangannya menenteng ember dan sekop kecil.

"Boleh aku ikut main?" katanya, pada tiga anak lain yang sedang membuat istana di bak pasir.

Ketiga anak itu pun dengan antusias menerimanya. Sontak terdengar gelak tawa dan teriakan. Heboh. Lalu, selesai! Istana pasir terlihat kokoh. Di sekelilingnya ada parit dan benteng yang menjulang. Tak tertembus.

Keseruan mereka terus berlanjut, sampai anak bertopi merah mulai menguap. Ia menggeleng. Susah payah menahan kepala agar tak terkulai lemas. Ia berusaha menahan, selalu, namun pada akhirnya rasa kantuk itu menang lagi.

Anak bertopi merah itu tertelungkup di pasir. Tidur. Anak-anak lain pun kebingungan. Mencoba membangunkan, tapi anak bertopi merah tetap bergeming.

Merasa keseruannya telah hilang, mereka pun meninggalkan anak bertopi merah. Sendirian. Kesepian.

Anak bertopi merah itu aku.

Aku memang selalu mengantuk. Menurut dokter, kondisi ini disebut hipersomnia. Atau gejala mengantuk berlebihan.

Semua orang di keluargaku tak percaya dengan itu, karena sudah jelas penyebab hal yang terjadi padaku sama sekali tidak ada hubungannya dengan sains atau ilmu pengetahuan.

Melainkan kutukan.

Kutukan mengantuk.

Aku dikutuk, untuk selalu mengantuk.

Nah, kutukan ini nampak tidak berbahaya, bukan? Mengantuk ya tinggal tidur. Tapi bayangkan jika kamu tiba-tiba tidur saat makan. Saat minum. Saat boker. Saat menyeberang jalan.

Kamu pasti tak mau mengalami hal-hal tersebut.

Berbeda dengan kondisi tidur sambil jalan, yang terjadi ketika seseorang tidur atau tak sadarkan diri. Dalam kasusku, aku sedang sadar, lalu tiba-tiba aku tertidur. Lelap.

Tiap detik, menit, jam dalam sehari tak pernah aku merasa segar bugar.

Waktu terlama aku berhasil mempertahankan kesadaran adalah 15 menit. Pencapaian tertinggi dalam hidup. Aku memajang foto kenang-kenangannya di dinding kamar. Fotoku yang tertidur dengan kepala terkubur di kue bertuliskan "Selamat Sadar 15 Menit!" Harusnya pesta selesai dalam waktu 10 menit, seandainya ide meniup lilin dan menyanyikan lagu ulang tahun tidak pernah muncul.

Impianku adalah begadang. Impian yang bagi orang-orang mungkin terdengar sepele. Namun bagiku, impian itu sangat berarti untuk mencapai kedewasaan. Kau belum dianggap dewasa jika belum pernah melihat iklan kondom di televisi.

Awalnya hidup selalu mengantuk tidak menimbulkan masalah. Anak-anak memang butuh waktu tidur yang banyak. Masalah timbul ketika aku menginjak remaja dan mulai mengenal cinta.

Cewek ini sangat cantik. Aku jatuh hati padanya. Singkat cerita aku tak mampu memendamnya lebih lama lagi. Jadi, aku pun menyatakan perasaan, berharap ia punya rasa yang sama.

"Aku mencintaimu, maukah kau tidur bersamaku?"

Bukannya jawaban ya atau tidak, aku malah kena gampar. Aku dikira mengajaknya buka segel.

Aku pikir, tidak masuk akal jika aku menginginkan sebuah hubungan manis seperti pacaran terjadi dalam hidupku yang suram, lesu, loyo, madesu, kurang gairah, membosankan ini. Hariku hanya dihabiskan dengan tidur, makan, tidur, berak.

Kakek Pertama bilang, aku akan berakhir seperti Kakek Kedua. Menjadi petapa di tengah hutan. Perjaka. Selamanya.

Tentu aku tidak mau berakhir seperti Kakek Kedua. Namun, aku tetap sadar diri. Tidak mungkin di luar sana ada cewek yang mau menjadi pacarku.

Wake Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang