VII. Surprise

410 84 2
                                    

•Selamat Membaca•
-
-
-

"Zean...makan bakso, yuk!" Ajak Freya sepulang sekolah. Tetapi cowok itu menggeleng.

"Maaf, tapi gue harus pulang cepat..." Jawabnya sambil membereskan buku-buku. "Sampai besok, Fre..."

"Weh! Salah gue apa?" Tanya Freya. "Udah beberapa hari lo ngehindarin gue, gak mau pergi dan pulang sama-sama lagi. Lo masih marah?"

Walaupun suara Freya terdengar sedih. Zean pura-pura tidak peduli. Dia menoleh pada Freya sambil tersenyum lebar.

"Abisnya sepeda lo lama banget kalau nyampe rumah. Lagian gue gak mau terlambat sekolah terus-terusan, makanya naik angkot." Ia berbalik lagi. "Sampai jumpa Freya..."

Freya terpaku.

Kalau Zean dulu mengatakannya, ia yakin itu hanyalah gurauan. Tapi hari ini rasanya tidak begitu. Ia merasa sepertinya Zean menjauh darinya...

Zean pulang dengan perasaan agak bersalah. Ia sengaja menolak pulang naik sepeda sahabatnya itu, sebab dia khawatir Freya akan mengetahui keberadaan keluarga Zean, dan rusaklah kejutan yang ia telah siapkan untuknya.

Ia tidak bermaksud mengejek sepeda Freya lama, seperti biasa ia hanya bergurau, karena ayah Freya adalah orang yang sangat berkecukupan untuk membeli kendaraan yang lebih baik bagi anaknya. Zean tau Alveria dikasih mobil saat lulus ujian masuk ke Fakultas Kedokteran.

Hari ini kejutan itu akan dibukanya. Hari ini mereka sekeluarga pindah ke rumah besar tepat di samping kediaman Tamara. Diam-diam Zean telah memilih kamar yang jemdelanya bersebrangan dengan jendela kamar Freya di lantai dua.

Karena keasikan melamun, Zean hampir saja terserempet sebuah motor yanh melaju agak ke pinggir jalan.

"Aww..!" Pekiknya kaget. "Hati-hati, dong."

Motor sport keren berwarna biru itu berhenti pelan-pelan dan pengendaranya meminta maaf. Diam-diam Zean memuji penampilannya.

Keren banget...

"Maaf, aku melamun tadi..." Dia membuka helmnya, dan sesaat Zean terpaku. Ternyata bukan seorang laki-laki melainkan perempuan yang mengendarai motor sport itu.

"Eh, iya gak apa-apa, neng." Zean tersenyum saat melihat wajah cantik gadis itu.

Zean memperhatikan gadis itu memakai seragam olahraga SMA Nusa48. "Kamu...sekolah di SMA Nusa48 juga ya?"

"Iya, aku kelas 3. Kalau kamu...kelas 2?" Balas gadis itu ramah. Zean melihat matanya tampak berkilauan kalau sedang tersenyum.

"Gimana kalau sebagai tanda minta maaf aku anterin kamu pulang? Ta-tapi kamu yang kendarain...."

Zean tidak menyia-nyiakan tumpangan gratis tentu saja. Ia mengangguk gembira lalu naik ke atas motor.

Sudah sampai....

"Masuk dulu?"

"Maaf lain kali aja...aku sibuk." Gadis itu kembali melaju.

"Hati-hati...bye!"

Zean tersenyum sendiri. Mimpi apa semalam bisa ketemu gadis cantik yang ternyata kakak kelasnya itu. Dan...dia belum tau namanya...

Sampai rumah, ia sudah tak sabar lagi ingin melihat reaksi Freya. Ia cepat-cepat mandi, sebagai tetangga yang baik, sebentar lagi mereka harus mengunjungi rumah Tamara.

Pria itu terkejut mendengar denting-denting piano berkumandang di dalam rumah dengan musik yang sangat indah. Ia sampai berdiri tertegun di depan pintu.

Kaca, Kamu, LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang