Salah Sangka

2.7K 261 20
                                    

Qiya datang lebih pagi ke toko karena hari ini ia tak ada jadwal. Gadis cantik itu memang tak pernah kenal lelah. Ia selalu bersemangat dalam menjalani hari-harinya. Gadis itu menunggu didepan toko sambil menunggu sang pemilik datang. Qiya memilih bolak balik tanpa arah karena bingung harus melakukan apa.

Dua jam Qiya menunggu sang pemilik toko, pak Hutama. Namun dirinya tak kunjung datang. Pak Hutama juga tak mengabari jika toko akan tutup.

"Kalau sampai jam 10:15 pak Hutama ngga dateng gue balik deh" monolognya

Qiya memilih duduk didepan toko tersebut dengan bersandar pada rolling door yang ada. Tepat pukul 10:15 ia berdiri dan memantapkan harinya untuk kembali pulang karena pak Hutama tak kunjung datang.

Tin... tin... tin... tin...

Suara bariton klakson membuat Qiya membalikkan tubuhnya menghadap pemilik suara disana. Qiya menyadari mobil yang membuat dirinya kaget karena suara klakson yang menggema. Pemiliknya seorang dokter sekaligus dosen yang sedang berseteru oleh dirinya.

"Kamu pegawai nya ayah?" tanya pria dihadapan Qiya yang sudah turun dari dalam mobilnya

"dr. Raffa anaknya pak Hutama?" tanya Qiya pada Raffa

"Hem iya...." balasnya malas

"Pak Hutama nya mana?" tanya Qiya bingung karena tak melihat pak Hutama bersama dengan Raffa

"Ayah sakit. Sakit hepatitis" terangnya santai

"LHO? Dirawat dok? dimana?" tanya Qiya bertubi-tubi

"Iya, di rumah sakit lah" jawab Raffa cuek

"Saya mau jenguk ya dok" izin Qiya pada Raffa

"Ngga usah! Kamu buka ruko aja! Ayah minta kamu jaga toko dan buka serta tutup toko sesuai jadwal kuliah mu aja. Saya kesini cuma mau anter kunci. Nih.." ujar Raffa dengan tangan yang terulur ingin memberikan kunci.

Qiya menerima kunci dengan anggukannya. Wajahnya nampak khawatir. Ia mengingat ayahnya dan ia takut pak Hutama menyusul ayahnya nanti. Baginya bos nya itu seperti ayah sehingga Qiya begitu khawatir.

"Ayah saya baik-baik saja! Kamu ngga perlu khawatir kan saya dokter" terangnya

"Dok, tolong jaga pak Hutama baik-baik ya. Saya memang tidak pantas meminta hal ini tapi saya tau dokter sibuk dan adik dokter masih berada di luar negri. Jika nanti dokter dan adik dokter memang sibuk, dokter boleh minta tolong saya aja ya dok" terang Qiya tulus

"Dih emang kamu siapa?" tanya Raffa

"Ya bukan siapa-siapa dok, tapi saya tau rasanya kehilangan ayah itu ngga enak" balas Qiya kemudian ia meninggalkan Raffa dan memilih membuka ruko nya. Sedangkan Raffa hanya terdiam mendengar ucapan Qiya

Raffa memilih pergi tanpa pamit untuk segera kembali kerumah sakit. Qiya sudah biasa dengan sikap dosen nya tersebut sehingga ia tak mempedulikan perlakuan Raffa.

Sejak Qiya membuka toko pikirannya tak tenang, ia memikirkan keadaan Hutama. Qiya berencana untuk menjenguknya setelah ia menutup toko milik Hutama. Pukul 3 sore Qiya bejalan kaki menuju rumah sakit. Perjalanannya memakan waktu 30 menit dengan menggunakan transjakarta. Moda transportasi umum yang sering Qiya gunakan untuk berpergian. Selain murah, Qiya memang hanya mampu menggunakan transportasi umum.

Tiba di rumah saki Qiya bertanya pada resepsionist dimana pak Hutama di rawat. Qiya diarahkan menuju bangsal anyelir. Ruangan tersebut memang diperuntukkan untuk pasien VVIP. Qiya berjalan menuju kamar nomer 4. Tiba didepan kamar tersebut Qiya mengetuk pintu kamar tersebut sampai seorang wanita yang tampak lebih muda membuka kan pintu nya.

"Halo kak, mau cari siapa?" tanya Wanita tersebut

"Mau mencari pak Hutama. Benar pak Hutama di rawat didalam ka?" balas Qiya sopan

"Betul, kaka nya ada perlu apa?" tanya nya lagi

"Saya mau jenguk aja kak!" balas Qiya

"Oh silakan masuk!" tuntun wanita yang belum Qiya ketahui siapa

Qiya mengikuti nya, melihat kondisi ruangan penuh tawa yang tercipta. Hutama tampak baik dan sehat, bahkan tak terlihat sakit. Namun pada momentum ini Qiya justru takut karena dahulu ayah ny meninggal saat kondisinya sehat. Bahkan tawanya sudah kembali menghiasi rumah besar yang hangat.

"Eh Qiya..." kaget Hutama melihat siapa yang datang

"Ia pak, bapak gimana keadaannya?" to the point Qiya sambil menyerahkan kantung belanjaan berisi roti dengan tujuan untuk yang menjaga

"Kamu ngga ada jadwal Qiy?" tanya Raffa dengan tatapan tajam

"Anu dok... dr. Petter sedang ada urusan katanya" balas Qiya

"Iya Qiy, orang urusan saya nengok calon mertua juga kaya kamu" celetuk Petter yang tiba-tiba datang

"HAH?" kaget Qiya

"Jadi kamu pacar Raffa?" tanya Hutama

"Eh bukan pak saya mahasiswi nya" balas Qiya cepat

"Lho bukan ya? Saya kira ia... Saya stress ngadepin anak bujang saya Qiy karena ngga nikah-nikah" terang Hutama yang kembali lemas

"Parah Qiya ngga mau ngakuin" tambah Petter yang akhirnya merekahkan kembali senyu Hutama yang sempat sirna

"Tolong jangan di putusin ya Qiy! Kelamaan jomblo saya khawatir umur udah ngga ada tapi ngga bisa liat anak nikah!" terang Hutama sedih dan membuat Qiya ikut sedih

"Ah iya pak!' balas Qiya untuk menyengi hati Hutama

"Kak lo ko diem aja cewe lo dateng?" kini giliran Reffa yang berbicara pada kaka nya Raffa. Reffa merupakan adik perempuan Raffa yang berkuliah di luar negri lebih tepatnya Korea. Dirinya terpaksa pulang karena mendengar kabar sang ayah yang sakit.

"Bukan cewe gue!" ujar Raffa pada Reffa

"Halah kak cewe cantik mau sama lo tuh harusnya bersyukur bukan malah lo anggurin" terang Reffa

"Raff, jadi kapan Qiya mau kamu lamar?" kini Dinda, ibunda Raffa menambahkan

"Ini lagi bunda lamaran. Yang pacaran aja siapa?" ujar Raffa kesal

"Malu-malu itu bun" terang dr. Petter pada Dinda. Petter memang memiliki hubungan serius dengan Reffa. Petter memang sedang menunggu Reffa lulus setelah itu mengajaknya menikah.

Qiya memilih pamit setelah pembahasannya semakin jauh. Raffa juga sudah memperhatikannya dari jauh dengan tatapan tajam. Qiya tentu takut dan terus menunduk.

Hari ini mungkin menjadi kali pertama senyum Hutama terpancar karena anak laki-laki nya sudah memiliki kekasih yang Hutama ketahui ia anak yang baik, begitupun dengan Dinda. Keduanya setuju jika Raffa dengan Qiya karena keduanya memang terlihat sangat serasi.

Raffa tentu senang dengan kembali nya senyum sang ayah, namun tidak dengan alasan didalamnya. Ia tak ingin senyum ayahnya hadir atas kebohongan. Ia akan menjelaskannya pelan-pelan setelah perbuatan Petter hari ini. Namun sebelum itu izinkan Raffa menampar wajah Petter setelah keluar dari ruangan tersebut.









***






Hello! Apa kabar guys? Masih inget cerita Raffa sama Qiya kan? Selamat membaca ya 🩷

Bangsal TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang