Empat

12 1 0
                                    

Saat ini sudah jam pulang sekolah, Naya pun sudah keluar dari kawasan sekolah. Biasanya, ia pulang naik ojek online, tapi tidak hari ini.

Hari ini, Naya pulang bersama Vania. Bukan pulang bersama, lebih tepatnya, ia akan nongkrong di cafe terlebih dahulu dengan Vania.

Naya tengah duduk di meja cafe dekat jendela. Sembari menunggu pesanannya tiba, ia membuka handphonenya menggulir beranda Instagram.

"Nay Nay."

"Oy?"

Vania duduk dengan tangan menyilang dihadapan Naya. "Lo belum cerita soal Sargio,"

Dengan segera, Naya menutup handphonenya lalu menatap mata Vania. "Lo inget nggak, yang waktu gue bilang, gue teriakin Gio mesum?"

Vania mengangguk.

"Dia marah soal itu, terus pas kemarin, dia ancam gue buat laporin ke Bu Vivi. Terus gue panik dan bilang, gue bakal lakuin apa aja asal nggak dilaporin. Makanya, sekarang gue jadi babu dia." Jelas Naya panjang lebar.

"Hah? Lo serius?!"

Naya mengangguk. "Gue sedang dalam masa tertekan."

Vania tertawa mendengarnya. "Sabar, emang berapa lama lo jadi babu dia?"

Naya menghembuskan nafas berat. "Dua bulan,"

"Buset, lama juga."

"Tau, tuh"

---

Sepulangnya, gadis itu langsung merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya.

"Ah, capek banget!!"

Cklek..

Pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya yang tengah memandangnya dengan lembut.

Naya menoleh. "Kenapa?"

Dira berjalan mendekati Naya, lalu duduk di pinggir kasur.

"Nanti Malam dandan yang cantik, ya. Jangan malu-maluin." Ucapnya dengan lembut.

Naya mengernyitkan dahinya heran. "Ada apaan, nih? Tumben banget. Naya mencium bau-bau yang kurang mengenakkan." Balasnya curiga.

"Pokoknya nanti dandan yang cantik, okay?"

Naya hanya bisa mengangguk pasrah walau sebenarnya ia tidak tahu niat Mama-Nya untuk apa.

Beberapa menit kemudian, bel rumah berbunyi.

"Ada tamu kayaknya, Ma."

Dira tersenyum tipis. "Ayo lihat ke depan," ajaknya dengan tangan yang diulurkan.

Naya mengangguk lalu menerima uluran tangan itu. Kemudian, keduanya pergi meninggalkan kamar.

"Mama kenapa, sih? Tumben banget, biasanya emosian."

Saat sampai di ruang tamu, Naya duduk di sofa terlebih dahulu, sementara Dira pergi membuka pintu.

Naya asik dengan handphonenya sampai-sampai tak menyadari siapa yang berada dihadapannya saat ini.

"Hai, cantik."

Mendengar suara yang sangat familiar di telinganya, gadis itu mendongakkan kepala.

Senyumnya langsung merekah begitu saja ketika melihat seseorang yang sangat ia rindukan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GIONAYA (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang