chapter 三

83 18 7
                                    

HAPPY READING

03






"Baru juga mau santai, sudah mau bicara soal praktikum," gumam Seungmin, mendengus kesal sambil memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas. Kelas sudah dibubarkan beberapa menit yang lalu dan semua mahasiswa yang mengisi ruangan ini pun bersiap keluar dari sini.

Hal itu sudah tak asing lagi. Sebenarnya, mereka sudah cukup terbiasa dengan praktikum, tutorial, pleno, bahkan ujian yang dijadwalkan sekali dua minggu karena prodi mereka menganut sistem blok. Meskipun Seungmin merasa nilai ujian praktikumnya jauh lebih baik pada dibandingkan ujian teori, tapi tetap saja, kata 'ujian' adalah kata keramat yang normalnya mampu membuat mahasiswa merasa gelisah.

"Kunyuk, kenapa kamu mau masuk kedokteran gigi waktu itu," racau Felixia, masih sibuk merapikan barang-barangnya. "Aku saja sudah mau muntah belajar di sini."

"Eh."

Baru saja Seungmin menyandang tas ranselnya di lengan kanan dan hendak melangkahkan kaki pergi dari sini, lelaki itupun spontan berhenti dan menoleh ke belakang. Dari posisinya, dia bisa melihat Felixia yang juga bersiap pergi dari ruangan ini, menggaruk kepalanya dengan canggung.

"Aku?" tanya Seungmin, menunjuk dirinya sendiri.

"Ya siapa lagi, bodoh," balas Felixia. Seungmin berdecak kagum. Bahkan, ketika mereka tak saling sapa dan didominasi oleh rasa canggung karena kejadian waktu itu, Felixia masih bisa memperlihatkan sisi menyebalkannya tanpa segan.

"Bodoh?" Seungmin berkecak pinggang, tak terima. "Apa? Kamu mau apa?"

"Kenapa jadi kamu yang tidak tahu diri? Ingat kejadian sebulan lalu?" tanya Felixia, melipat kedua tangannya di depan dada.

Seungmin terdiam, cukup lama. Benar juga. Seharusnya, Felixia yang pantas untuk marah.

"Aku minta maー"

"Ayo, ke Dokter Hyoseop," potong Felixia. "Kita minta maaf ke Dokter Hyoseop, soal waktu itu."

Seungmin mengernyitkan dahinya. Bukankah jika mereka menghadap langsung ke Dokter Hyoseop dan meminta maaf, itu artinya Felixia pun harus jujur mengenai perasaannya ke Dokter Hyoseop secara tak langsung?

"Kamu yakin?" tanya Seungmin, memastikan.

Felixia mengangguk. "Aku tidak mau merasa tidak nyaman terus. Sudah begitu, sepertinya kamu idak ada niat buat memperbaiki masalah ini. Padahal, kamu penyebabnya."

Felixia memutar kedua bola matanya sebal. Seungmin hanya bisa tersenyum paksa. Felixia tak tahu, seberapa besar rasa bersalah yang Seungmin rasakan selama sebulan ini. Lalu, betapa Seungmin memikirkan caranya untuk meminta maaf kepada Felixia. Seungmin bukanlah orang yang sulit untuk meminta maaf ketika dia memang salah, tapi entah kenapa, dia tak bisa melakukan itu kepada Felixia. Rasanya, mereka yang selama ini selalu saling ledek dan berdebat, akan terasa lucu dan menggelikan jika berbicara serius, apalagi dalam hal permintamaafan.

Seungmin dan Felixia pun berjalan menuju ruang Dokter Hyoseop. Seperti yang kita tahu, Dokter Hyoseop bukanlah orang yang sembarangan. Beliau adalah wakil dekan di kampus ini dan begitu disegani oleh mahasiswa dan dosen lainnya. Itulah kenapa, masalah yang ditimbulkan oleh Seungmin dan Felixia sebulan yang lalu itu harus dibereskan. Selain itu, sejujurnya, mereka pun tak ingin dicap sebagai mahasiswa yang tidak sopan.

"Bagaimana?" tanya Seungmin, ketika mereka berdua sudah berdiri di depan pintu ruangan Dokter Hyoseop. "Sepertinya beliau ada di ruangannya."

"Ya sudah, kamu masuk lebih dulu," ujar Felixia.

You Are the Apple of My EyesWhere stories live. Discover now