chapter 五

138 24 7
                                    

HAPPY READING

05






"Kak Minho tidak mau gendong aku lagi?"

Pertanyaan itu terlontar ketika Felix mulai menapaki satu anak tangga menuju rumahnya. Sekarang langit sudah tampak pekat, tak ada cahaya bulan di atas sana, tertutup dengan tebalnya awan hitam. Gemuruh pelan sejak tadi sudah terdengar memenuhi langit, membuat mereka yang tadinya tengah sibuk menghabiskan waktu di tempat terbuka itu berasumsi bahwa sebentar lagi akan turun hujan.

"Kamu tidak mabuk, untuk apa saya repot-repot melakukan itu." Sahut Minho.

Mendengarnya Felix hanya mendengus malas, bibirnya mencebik kesal seperti biasa. Minho benar-benar mengantarnya pulang, pria itu bahkan ikut turun dari mobil dan berada di sampingnya sekarang, menemaninya menaiki puluhan anak tangga.

Ditengah kecewanya, semburat rasa hangat tiba-tiba menjalar di tangan kiri sang laki-laki manis. Minho menggenggam tangan Felix tanpa suara.

Felix sibuk menahan senyum. Pria ini unik, terkadang bisa tiba-tiba bersikap menyebalkan yang membuat Felix ingin naik pitam, tapi terkadang juga bisa membuat hatinya berdegup tak karuan.

"Kak Minho ihh ..."

"Kenapa? Mau saya lepas?"

Felix menggeleng. "Bisa konsisten tidak sih kak?"

Kening Minho berkerut, masih dengan arah pandang lurus ke depan, belum berniat menoleh. "Apanya?"

"Kalau mau galak ya galak sekalian, kalau baik ya baik sekalian." Ucap Felix. Minho hanya melirik, tidak begitu paham dengan ucapan Felix barusan.

"Aku bingung responnya. Kak Minho tidak tahu ya rasanya mau jengkel tapi sayang?" Ketus Felix. Siapa yang tidak bingung bila berada di posisinya, memiliki hubungan yang tidak jelas statusnya apa, belum lagi Minho senang memarahinya, protes dengan keberadaannya, tapi sialnya pria itu juga sudah berulang kali menciumnya, tanpa alasan.

Kaki Minho tiba-tiba menghentikan langkahnya. Malam ini Felix terlalu frontal, sungguh.

"Tuh kan, rumahku satu anak tangga lagi, kenapa sih suka banget nanggung-nanggung kalau antar." Protes Felix acuh.

Bukan, bukan karena itu Minho tiba-tiba berhenti, melainkan karena ucapan Felix sebelumnya. Meski belum tahu maksudnya, tapi Minho bisa mendengarnya dengan jelas. Ia bahkan hapal dengan susunan katanya.

Jengkel tapi sayang.

Mampus sudah Minho Edevane malam ini, ia rasa dirinya tidak akan bisa tidur nyenyak nanti.

"Sampai sini saja, sana masuk." Titah Minho.

Felix menghela napas kemudian memutar tubuhnya menghadap Minho. Dengan tangan kiri yang masih tertaut dengan tangan kanan si pria yang lebih dewasa, Felix meraih tangan yang lainnya. Ia menggenggam kedua tangan Minho, menatap netra judes milik pria itu.

"Terima kasih ya, karena Kak Minho malam ini jadi tidak membosankan." Ucap Felix yang kemudian dan lagi-lagi tanpa diduga laki-laki manis itu mengecup pipi Minho. "Aku masuk dulu."

Felix yang merasa tak berdosa telah membuat Minho diam tak berkutik hanya tersenyum kemudian masuk ke dalam, meninggalkan Minho begitu saja.

Sungguh pertemuannya dengan Felix hari ini benar-benar membuat Minho semakin gila. Ia sendiri mulai bingung dengan perasaannya.

Beyond EvilWhere stories live. Discover now