Chapter 1

160 22 17
                                    

Di suatu pagi yang cerah, terlihat seorang pemuda bermanik silver dan berkacamata visior sedang sibuk berlari di pinggir jalan. Katanya sih dia kesiangan bagun gara-gara semalam begadang, jadinya dia telat buat pergi kuliah mana kalau ada yang telat itu suka di hukum sama pak satpam penjaga gerbang kampus nya itu lagi.

Tapi masih mending sih kalau sama pak satpam soalnya hukuman nya itu ringan, paling di suruh ga masuk kampus aja dan nunggu di luar gerbang kampus sampai jam tiga sore. Tapi kalau sama dosen itu hukumnya berat banget, dulu juga ada salah satu mahasiswa yang kesiangan dan ketahuan sama dosen nya, dia di suruh bersihin satu kampus ini sampai bersih dong, moga-moga dia kagak ketahuan deh sama dosen nya biar kagak di kasih hukuman yang berat.

"Waduh mampus lah gue telat bakalan kena hukum sama pak Dede ini" ucap nya sambil terus berlari. Kalau mobil nya tidak rusak mungkin dia juga ga akan kesiangan seperti ini dan bakalan sampai sedikit tepat waktu di kampus nya.

Tidak lama kemudian dia pun sudah sampai di depan gerbang kampus dengan nafas yang terengah-engah akibat dia terus berlari. "Hahh telat sepuluh menit" ucap nya lagi sambil menetralkan nafas nya dan melihat jam tangan nya yang sudah menunjukkan pukul tujuh lebih dua puluh menit.

Kita bisa panggil dia dengan sebutan Solar seorang mahasiswa perguruan tinggi yang mendapatkan beasiswa karena kepintaran nya dan kecerdasan nya. Bahkan banyak orang-orang serta guru-guru yang bangga kepadanya. Dan banyak juga siswa siswi yang ngefans sama dia apalagi para kaum hawa yang tergila-gila dengan dirinya.

Solar pun melihat pak Dede yang sedang berdiri di depan gerbang sambil menyeruput secangkir kopi yang mungkin ia beli dari salah satu pedagang kaki lima yang lewat di sanah, kemudian Solar pun menghampiri nya dan berkata. "Pak, saya masih bisa masuk ga nih? Telat sepuluh menit ga papa kali ya"

"Solar? Tumben kamu telat biasanya paling rajin jam setengah tujuh aja sudah ada di sini" Ucap pak dede sambil membuka pintu gerbang nya.

"Erkk, nanti saya cerita deh pak lagi buru-buru nih jumpa lagi nanti pak" ucap Solar sambil pergi dari hadapan pak Dede dan berlari masuk untuk ke kelas nya yang berada di lantai tiga.

Tuk Tuk Tuk

Suara langkah kaki cepat pun menggema di seluruh koridor kampus tersebut, bahkan banyak orang juga yang memperhatikan setiap gerakan Solar. Tapi ada juga yang menyapa nya seperti ucapan 'selamat pagi' atau sekedar mengucapkan kata 'hai'.

Di karenakan Solar terlalu fokus berlari sampai-sampai di belokan pertama dia mau naik ke tangga dia tidak sengaja menabrak seseorang yang sedang berjalan di tangga hingga buku-buku yang orang itu bawa berjatuhan.

Bruk

"Aduh! Woi kalau jalan liat-liat dong maen nubruk orang aja lo" Ucap nya kesal sambil mengambil buku-bukunya yang jatuh dan berserakan di lantai.

"S-Sorry gue buru-buru soalnya"

Solar pun ikut membantu dia untuk membereskan buku-bukunya yang berserakan sambil terus meminta maaf, tapi Solar tidak melihat wajah pemuda itu di karenakan lebih fokus membantu dia untuk membereskan buku-bukunya.

"Sekali lagi maafin gue ya, gue kagak sengaja nabrak lo" Ucap Solar sambil berdiri dari jongkok nya dan melihat wajah pemuda yang ia tabrak tadi.

"Ga papa tapi lain kali hati-hati" ucap nya dengan nada yang ketus sambil menatap Solar yang kini tengah menatapnya juga.

Saat Solar melihat rupa seseorang yang ia tabrak tadi dia sedikit terkejut dan, tidak menyangka? Sepertinya Solar juga sedikit familiar dengan rupa pemuda tersebut. Seperti pernah melihatnya. Tunggu. Kenapa muka dia mirip sekali dengan Taufan? Mata biru sapphire nya yang indah dan topi yang di arahkan ke kanan? Benar-benar mirip dengan almarhum sahabatnya itu. Solar sebenarnya tidak salah lihat kan dengan seseorang di hadapannya ininya?

PTT S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang