"Mati... Bahkan terlalu mudah untuk bajingan seperti Haris." Morgan mengangguk, pria itu sangat menyetujui ucapan yang Ben katakan, saat ini mereka tengah berada di atas sebuah roftop gedung yang bersebrangan tidak jauh dengan gedung OWT Center. Mengamati Haris Miller beserta para anak buahnya yang kini sedang mengadakan sebuah wawancara bersama para awak media di gedung tersebut.
Anggota mafia berkedok perdana mentri itu telah berani menghianati Benjamin Corday dengan diam-diam mencuri berton-ton heroin dan juga telah berani mengantongi triliunan dolar uang hasil dari penjualan senjata ilegel selama beberapa bulan belakangan ini. Kali ini mereka berdua akan menghabisi Haris Miller, pria tua bangka rakus itu hingga ke akar-akarnya tanpa ampun.
Gagah dan juga tegap, Ben dan juga Morgan kini telah siap dengan memakai setelan serba hitam lengkap dengan mengenakan penutup wajah atau masker fullface mereka. Sebelum melakukan misi, Morgan sudah terlebih dahulu memantau keadaan sekitar gedung itu dengan menggunakan scope PSO dari jarak jauh.
"Are you ready, Ben?" Ben kini berlutut, pria itu telah siap dengan sniper barett M95 nya, sniper yang akan meledakan dan menghancurkan kepala Haris Miller dalam sekejap mata.
"Uh'hm, I am ready." Ben semakin memfokuskan pengelihatannya ketika dia melihat target yang mereka tuju kini telah keluar dari dalam gedung itu.
"KEPARAT!! tarik pelatuknya sekarang." Tanpa berpikir panjang lagi Benard Madoff, pria itu menajamkan pandangannya lalu menarik pelatuk sniper itu tanpa ragu dan juga tepat sasaran.
"Yes..."
"Good job, Ben." Berhasil sudah misi mereka untuk membunuh Haris Miller, Semua anak buah dari Haris yang berada di bawah panik luar biasa, mereka semua tercengang ketika melihat bos mereka itu telah tersungkur bersimbah darah di hadapan mereka, begitupun dengan para awak media, mereka tidak percaya dengan apa yang mereka semua lihat beberapa detik lalu, perdana mentri itu telah tewas dengan sebuah tembakan yang telah meledakan kepalanya.
Ben menghela napas panjang pria itu tersenyum lalu melirik sekilas ke arah Morgan yang tersenyum penuh kemenangan, tetapi mereka harus tetap bersikap waspada karena bisa saja seseorang melihat atau mengawasi mereka tanpa sepengetahuan mereka saat ini.
"Hubungi Buddy, katakan misi kita telah selesai." Saut Ben, lalu membuka pintu mobil dengan kunci yang masih menancap pada setaternya yang berada tidak jauh dari tempat mereka melakukan aksi. Tanpa menunggu lama lagi, Ben segera menancap gas mobil dan pergi sesegera mungkin dari gedung tersebut.
• • •
Benjamin Corday, pria itu menghisap dalam cerutunya tanpa mengalihkan tatapannya dari sebuah foto yang dia genggam, fakta bahwa dia kehilangan kedua anaknya lagi-lagi seolah menamparnya kembali dan membuatnya menyadari betapa Benjamin begitu merindukan mereka.
"Sudah dua puluh tahun, nak." Suara benjamin bergetar begitu juga dengan seluruh tubuhnya. Dan, suara ketukan pintu tidak membuat pria itu terusik, setiap hari pria itu akan sesekali termenung mengingat kedua anak kesayangannya yang telah di culik dan menghilang begitu saja dua puluh tahun yang lalu. Seluruh tenaga, waktu dan juga materi telah dia upayakan untuk bisa menemukan mereka, tetapi sayangnya takdir berkata lain, Benjamin harus merelakan kedua anaknya hilang begitu saja, entah telah tiada atau masih hidup?.
"Masuk." Ben dan juga Morgan, kedua pria itu berjalan tegap untuk memasuki ruangan don-nya itu.
"Kalian memang selalu bisa di andalkan." Benjamin tersenyum senang menatap kedua pria yang berada di hadapannya saat ini.
"Aku tahu, kalian telah bekerja keras untuk outfit. Maka dari itu aku akan memberikan kalian hadiah." Benjamin menyodorkan dua lembar cek kosong di atas mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANCE OF DARKNESS VENDETTA
Romance⚠️Warning⚠️ • Mature, 21+ • Cerita ini berlatar belakang kehidupan para Gengster atau para Mafia besar juga kejam yang menjurus dengan kekerasan, bahasa kasar, dan juga seksual bebas. • ROMANCE OF DARKNESS VENDETTA• Genre dari cerita ini akan memba...