ᴘʀᴏʟᴏɢ

724 67 7
                                    

✤𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑅𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 ✤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✤𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑅𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 ✤

______

Ketika malam itu bergelayut, Seungcheol duduk termenung dia atas ranjangnya, entah kenapa malam ini tidak seperti biasanya. Seungcheol merasa ngeri, rasa ngeri ini hampir sama dengan kengerianyang selalu menyerangnya di malam-malam dulu. Burung-burung di pepohonan depan yang rimbun berbunyi-bunyi dengan suara menakutkan, mencicit selalu memberi tanda.

Tetapi, pertanda apa?

Seungcheol bolak-balik memeriksa alarm pintunya, dan menghela napas panjang. Alarm sudah terpasang dengan sempurna. Pintu pun sudah tertutup rapat dengan kunci dan gerendel terpasang.

Kenapa dia tetap merasa takut?

Seungcheol masuk lagi ke kamar, mengunci pintu kamarnya dan berbaring, menarik selimutnya sampai ke punggung. Seharusnya dia sudah merasa bebas, seharusnya dia tidak didera ketakutan lagi.

Tetapi kenapa perasaan ini sama? Rasanya sama seperti dulu... jauh dimasa lalu, dimana kenangan buruk menyeruak, kenangan yang sangat ingin dilupakannya. Tiba-tiba terdengar suara keras di pintu belakang rumahnya. Seungcheol begitu terperanjat sampai terlambat dari tempat tidurnya. Jantungnya berdebar dengan keras, dia menatap ke arah pintunya dan meringis.

Apakah dia tadi sudah mengunci pintu kamarnya?

...... Apakah ada seseorang yang menerobos pintu belakangnya?

Bagaimana kalau orang itu masuk ke kamar?

Pertanyaan-pertanyaan itu mendorong Seungcheol melompat panik, lalu kemudian memeriksa kunci pintu kamarnya.

Terkunci.... Tentu saja....

Seungcheol menghela nafas panjang, dan menyandarkan tubuhnya ke pintu. Lama dia menunggu, mungkin akan ada suara-suara lagi di luar sambil menahankan debaran jantungnya yang makin membuatnya sesak nafas. Tetapi suasana sungguh hening, tidak ada suara apapun. Seungcheol bahkan merasa bahwa dia hampir mendengar debaran jantungnya sendiri yang berpacu dengan begitu kuatnya.

Apakah suara di pintu belakangnya tadi hanya halusinasinya?

Setelah menghela nafas panjang, Seungcheol membuka kunci pintunya. Dia tahu bahwa dia telah melakukan tindakan bodoh seperti di film-film horor yang sering dilihatnya. Mendengar suara-suara aneh.... Bukannya lari dan bersembunyi tetapi malah mendatangi bagaikan ngengat yang tertarik mendatangi api yang akan membunuhnya.

Rumah Seungcheol kecil sehingga kamarnya langsung mengarah ke ruang tamu yang merangkap sebagai ruang keluarga dengan TV besar mendominasi bagian tengahnya. Lalu ada lorong kecil ke area dapur.... dapur tempat suara itu berasal.

Seungcheol menyalakan lampu ruang tengah dan menghela nafas panjang ketika menyadari bahwa tidak ada siapapun disana.

Jantungnya makin berdebar ketika menunggu melangkah ke arah dapur... Disana gelap dan pekat. Dengan hati-hati Seungcheol menyalakan saklar lampu tetapi langsung mengerutkan kening ketakutan ketika saklar lampu itu putus.

Lampu dapur tidak menyala dan Seungcheol mengernyit menyadari kegelapan di depannya. Tangannya meraba-raba mencari ponsel yang tadi sempat dimasukkannya ke dalam saku piyama. Dengan pencahayaan ponsel yang seadanya, Seungcheol melangkah maju memasuki area dapur itu. Cahayanya gelap dan remang-remang, membuat Seungcheol merasakan bulu kuduknya berdiri.

Tampaknya di dapur tidak ada siapapun. Tetapi kemudian mata Seungcheol terpaku pada sesuatu di dapur. Sesuatu yang membuat jantungnya berpacu cepat dan wajahnya pucat pasi.

Sesuatu yang memancarkan cahaya lembut berwarna kuning redup terselubungi lilin yang berwarna biru.

Masa tenang kehidupannya sudah berakhir... Impian untuk menjalani hari-harinya seperti orang biasa musnah sudah.

Seungcheol berpegangan ke dinding untuk menopang kakinya yang gemetaran, manik matanya menatap ke arah benda itu.

Sebuah tanda.... tanda yang samar-samar menyeruak ke dalam alam bawah sadarnya. Menarik ingatan Seungcheol yang telah lama hilang dengan seketika mengingatnya kembali.

Seketika pengetahuan mendalam muncul di benak Seungcheol. Membuatnya merasakan ngeri yang luar biasa. Lilin berwarna biru yang menyala itu adalah tanda, tanda yang ditinggalkan oleh sang pembunuh paling kejam yang dia tahu entah kenapa.

Sang pembunuh kejam itu sudah menemukannya...

Selesailah sudah. Nyawanya mungkin tinggal beberapa saat lagi.

Matanya melirik ketakutan ke arah tanda di meja dapurnya,

Lilin berwarna biru itu... jumlahnya ada sembilan buah...

Diletakkan dengan rapi dan diatur indah setengah lingkaran di atas meja dapurnya. Cahaya redupnya tampak kontras dengan ruangan dapur yang gelap gulita. Lalu seperti muncul begitu saja dari bayangan gelap di belakangnya, jemari yang kuat tiba-tiba menyentuh layarnya dari belakang. Lembut dan tenang. Seungcheol tercekat, tetapi tidak bisa memberontak. Pada akhirnya yang bisa dilakukannya hanyalah memejamkan matanya.
.......
............

Tanpa perlawanan yang berarti, tubuh Seungcheol lunglai dalam pelukannya. Ada rasa sakit dan terkejut luar biasa di sana. Mata Seungcheol yang membelalak mengatakan demikian. Hingga beberapa detik kemudian, mata Seungcheol kehilangan cahayanya, menutup dengan lemah.

Meninggalkan bercak gelap yang merintih gak bersuara disana.

Sang pembunuh alih-alih melarikan diri terburu-buru, malahan dengan tenang mengangkat tubuh Seungcheol yang pingsan dan kedua tangannya, ke sudut ruangan, ke bagian ruang tengah rumah berlantai kayu yang dipernis mulus itu.

Dia duduk di sana. memangku tubuh Seungcheol yang lunglai tanpa daya, dibelainya rambut hitam lembut milik Seungcheol. Diciumnya aroma leher korbannya itu.

Sungguh diperlakukan Seungcheol bagai kekasih tertidur yang akan ditinggal pergi diam-diam. Sorot mata sang pembunuh adalah sorot mata kekasih, penuh cinta dan harapan yang meluap-luap. Bukan sekali dua kali dia membereskan seseorang yang lemah seperti Seungcheol. Dia sering menyebutnya 'order kecil'.

Cepat dan mudah.

Tak jarang korbannya cantik luar biasa, Seperti apa yang dilihatnya sekarang.

Anehnya... sang pembunuh selalu saja menetapkan harga yang amat sangat tinggi untuk order kecil seperti ini.

Tanpa alasan jelas, dia selalu bilang begitu kepada kliennya. Karena tak mungkin mereka mengetahui bahwa sang pembunuh adalah pemuja wanita.

Butuh pengorbanan besar dari nurani untuk membunuh seseorang. Tetapi bahkan dia akan mengorbankan lebih besar lagi untuk membunuh Seungcheol, satu-satunya laki-laki yang telah menyentuh hatinya.

Bibir pucat namun panas sang pembunuh menyentuh bibirnya Seungcheol, melumatnya lembut penuh cinta. Sebelum akhirnya gelap dan pekatnya malam yang semakin dalam menelan mereka berdua.
_______

Dating with The Dark (WonCheol) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang