Chapter 10 - Menerima Tawaran Perang

57 15 1
                                    

Happy Reading🏹

Bentely duduk di sudut teras kastil, matanya tak lepas memandang Halfoy yang masih terus berlatih memanah tanpa henti. Sejak siang tadi, Halfoy telah menghabiskan waktu dengan busur dan anak panahnya, hanya berhenti sesekali untuk menghela napas sebelum kembali mengasah kemampuannya. Kini, malam telah tiba, tetapi Halfoy tampaknya enggan menghentikan latihannya.

Bentely menghela napas pelan, merasakan kelelahan yang sama seperti yang mungkin dirasakan kembarannya. Ia merogoh sakunya, mengeluarkan foto yang tadi diberikan oleh Halfoy. Bentely memandang foto itu dalam diam, melihat wajah-wajah mereka berempat—dirinya, Savior, Theodore, dan Halfoy. Di satu sisi foto itu, ada ruang kosong, seolah-olah memang ada seseorang yang hilang dari gambar tersebut. Bentely bertanya-tanya, mungkinkah benar-benar ada satu orang lagi yang seharusnya ada di sana? Pertanyaan itu menggantung di pikirannya, tanpa jawaban yang jelas. 

Ketika Bentely sedang tenggelam dalam pikirannya, Pangeran Avi tiba-tiba muncul, menghampirinya dengan langkah tenang. Bentely yang terkejut, dengan cepat menyembunyikan foto itu kembali ke dalam sakunya. Pangeran Avi, tanpa berkata apa-apa, duduk di sampingnya. Suasana di sekitar mereka menjadi agak canggung, terutama bagi Bentely yang merasa tidak nyaman dengan keheningan yang hadir di tengah-tengah mereka. Pangeran Avi hanya duduk diam, menatap ke langit malam, seolah-olah tidak ada yang perlu dibicarakan.

Bentely menoleh, memandangi wajah Pangeran Avi dari samping, mencoba mencari sesuatu yang mungkin bisa menjelaskan siapa sebenarnya laki-laki ini. Ada kemiripan yang tidak bisa dibantah. Setelah beberapa saat, Pangeran Avi tersenyum kecil, lalu memejamkan matanya sejenak.

“Kau sedang apa?” tanya Bentely akhirnya, tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Pangeran Avi membuka matanya perlahan, lalu menatap sekilas ke arah Bentely sebelum mengarahkan pandangannya ke langit malam. “Ada bintang jatuh,” katanya sambil menunjuk salah satu bintang yang bergerak di langit gelap. “Waktu yang tepat untuk membuat permohonan.”

Bentely mengikuti arah tunjuk Pangeran Avi, melihat bintang yang bergerak cepat melintasi langit. Ia terdiam sejenak, berpikir apakah ia juga harus membuat permohonan? Namun, tanpa sadar, ia akhirnya melakukannya. Ia hanya berharap satu hal: agar mereka semua bisa kembali ke Neverland dengan selamat, bersama-sama.

Keheningan kembali menyelimuti mereka, hingga Theodore datang dari belakang dan duduk di samping Bentely. Theodore tampak segar setelah berganti pakaian, meskipun harus mengenakan pakaian milik Pangeran Avi karena tidak ada persiapan sebelumnya. Pangeran Avi tersenyum kecil melihat Theodore, tetapi senyum itu pudar ketika suara Halfoy terdengar dari kejauhan.

Luka di tangan Halfoy tampaknya kembali terbuka, menyebabkan rasa sakit yang terlihat jelas di wajahnya karena salah dalam menarik busur panahnya. Bentely berniat untuk menghampiri Halfoy, namun Pangeran Avi sudah lebih dulu berlari ke arahnya dengan langkah cepat.

“Kau baik-baik saja?” tanya Pangeran Avi dengan nada khawatirnya.

Halfoy tidak menjawab, hanya menatap tangannya yang terluka. Darah mengalir pelan dari sayatan itu, dan Pangeran Avi tidak ragu-ragu untuk segera bertindak. “Tunggu sebentar,” katanya, sebelum berlari masuk ke dalam kastil.

Pemandangan itu tidak luput dari mata Bentely dan Theodore. Keduanya seolah mempunyai pertanyaan di benak masing-masing.

“Sebenarnya, siapa dia?” tanya Theodore dengan nada serius.

Bentely terdiam sejenak sebelum menjawab. “Halfoy tadi menangis. Dia bilang, Pangeran Avi sangat mirip dengan Caspian.” 

“Hanya mirip? Bukan memang Caspian?’ tanya Theodore. Ia memang tidak tahu siapa Caspian sebenarnya. Tapi, bukankah mungkin saja?

𝐀𝐫𝐫𝐨𝐰 𝐨𝐟 𝐕𝐞𝐧𝐠𝐞𝐚𝐧𝐜𝐞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang