•Selamat Membaca•
-
-
-Pagi itu Zean terlambat ke sekolah karena angkot yang dinaikinya mogok di tengah jalan. Mau memanjat gerbang ia tidak berani, selama ini kalau terlambat dia selalu bersama Freya dan mereka berdua adalah tim yang kompak untuk melarikan diri dari pengawas piket karena ada yang melihat dari belakangnya jadi bisa memantau luas, kalau sendirian ia tidak berani.
Akhirnya dia menemui guru piket dan menerima hukuman untuk mengepel lorong sekolah. Karena kebetulan petugas kebersihan sudah membersihkan tempat itu, maka Zean disuruh membersihkan aula.
Di depan pintu aula, langkah Zean tiba-tiba terhenti. Dari dalam aula terdengar alunan musik yang indah sekali. Tubuhnya seperti terpaku dan jiwanya melembut oleh musik yang mengalir.
Zean tidak pernah mengerti musik, tapi musik yang sekarang di dengarnya adalah sesuatu yang berbeda. Dia mengerti yang ini.
Tak terasa tangkai alat pelnya terjatuh. Zean tersentak dan tiba-tiba alunan musik terhenti. Seorang gadis keluar dari dalam aula. Melihat Zean yang bengong dengan tangkai pel pada ember di lantai, dia tertawa terpingkal-pingkal.
"Kamu...hik...lucu banget hahaha. Mau ngepel aula? Kayaknya kamu bukan petugas kebersihan."
Zean menggeleng. "Aku terlambat."
"Oh. Jadi, hukuman purba itu masih ada ya?"
"Seperti yang kamu lihat sekarang. Kamu sendiri ngapain di aula?"
"Bolos."
"Udah aku duga." Zean mengangkat embernya ke dalam dan mulai mengepel aula. Gadis itu mengikutinya.
"Kamu udah tau kalau aku bakal bolos?! Emangnya di jidat aku ada tulisan pembolos?"
"Aku udah dengar banyak hal tentang dirimu...orang bilang kamu jenius musik dan seluruh hidupmu, kamu abdikan pada musik. Setiap kali konser kamu pasti bolos sekolah, tapi itu nggak apa-apa buat seorang Annie karena dia berbakat!" Zean mencelupkan tangkai pelnya ke dalam ember lagi dan melanjutkan mengepel.
"Aku rasa sih kalau nggak niat sekolah kenapa nggak berhenti aja? Buang-buang duit..."
Annie melongo mendengar cecaran itu.
"Maaf ya, kalau kehidupan gue buat lo kesal. Tapi gue punya alasannya, papa gue dulu sekolah disini...sebelum meninggal dia minta sama gue buat merasakan kehidupan di sini. Ya...paling nggak setahun...gue benar-benar nggak bisa berkonsentrasi pada dua kehidupan. Di satu pihak gue punya kehidupan musik yang udah cukup baik. Di pihak lain gue harus jadi murid sekolahan yang bahkan nggak ngerti apa yang diajarin. I mean...yang diajarkan di sini sulit banget, paling yang gue ngerti math sama physich...lainnya payah."
Zean menatap Annie keheranan.
"Jadi ka—lo malas sekolah cuma gara-gara itu?! Kalau gue jadi lo, gue nggak bakalan tamat SD deh...!"
Annie tertawa kecil. "Lo benar." Dia menatap lekat Zean.
"Karerna kamu udah kasih nasihat yang bagus, gimana kalau aku bantu kamu ngepel? Aku jago kok..."
"Nggak usah deh...ini hukuman gu—aku. Aku termasuk orang yang idealis, apa kata anak buahku kalau tau KM-nya menghindar dari tanggung jawab?" Zean tersenyum genbira sambil menunjuk piano di sudut aula.
"Kamu bisa mainin musik yang tadi biar aku semangat?"
"Kamu suka musik aku?"
"Maybe, aku akan jadi penggemarmu."
"Well...thanks."
Akhirnya Annie memainkan musiknya sementara Zean mengepel. Keduanya gembira sekali pagi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaca, Kamu, Langit
Teen Fiction15+ㅣCerita ringan Freya dan Zean yang bersahabat sejak kecil. SD hingga SMA pun keduanya selalu bersama. Freya dan Zean memiliki sifat dan kesukaan yang sama. Zean tinggal bersama kakek dan neneknya. Dia ditinggal kedua orangtuanya pindah ke Inggris...