LONG AUTHOR'S NOTE IN THE END. DON'T SKIP!!
"Luna! Ada tamu!" Luna membalikkan badannya, melihat Momnya masuk bersama keempat sahabat-sahabatnya. Ada Harry, Liam, Louis, dan Zayn. Luna langsung berlari dan memeluk Zayn lama.
"Jangan lari-lari, Tuhan. Aku sudah mengepang rambutmu!" Mom berteriak, dan Luna menyengir ke arahnya.
"Zayn!"
Zayn memeluknya bahkan sampai mengangkat tubuhnya yang semakin hari semakin enteng karena ia menguruskan badan. Wajar saja, di pernikahannya kali ini ia tidak ingin terlihat besar melainkan langsing.
"Lunaaaaaaaa," Harry melebarkan tangannya, membuat Luna datang ke pelukannya. Harry memeluknya sebentar, dan Luna sampai berair mata saat memeluk Harry, Liam, dan Louis.
"Ia tidak datang," Louis berbisik di telinganya. "Ia sakit. Dan ia menitip salam untukmu,"
Ia menengok ke pintu di belakang ibunya, berharap ada orang lain yang datang. Tapi tidak, karena ibunya langsung mengunci pintu. Luna sedikit kecewa, ia berharap tidak hanya empat sahabatnya itu yang datang, melainkan satu orang lagi. Orang yang pernah mencintai dan dicintainya, orang yang pernah menghiasi hidupnya, orang yang pernah membuatnya terbang ke langit tertinggi dan jatuh di lubang terdalam.
Niall James Horan.
Mantan kekasihnya itu tidak datang ke acara pernikahannya sendiri. Sakit. Itu yang dirasakan Luna. Ia pikir Niall bisa move on darinya sebagaimana ia move on dari Niall, tapi ia juga sadar kalau ia menyakiti Niall. Tidak, tidak. Mereka berdua saling menyakiti satu sama lain. Kalau Niall tidak mabuk-mabukkan saat itu, mungkin Luna tidak akan pergi meninggalkan Niall, dan kembali hanya untuk memberi undangan pernikahan disaat Niall ingin melamarnya. Sesak? Sesak.
Luna dipanggil ibunya untuk segera ke altar pernikahan. Ia berjalan disebelah Jores alias ayahnya, dan ia masih berharap-harap cemas Niall bisa datang. Seluruh orang yang datang ia perhatikan, takutnya Niall datang dengan menyamar. Tapi tidak ada orang berambut pirang bermata biru yang datang. Dan disitu, Luna merasa sangat sedih.
Ia akhirnya menyadari Niall tidak datang, dan tidak akan datang, maka ia langsung fokus ke depan. Melihat calon pasangan hidupnya membelakanginya di sebelah adiknya. Luna cemas, takut Brooklyn tidak akan menyukai dandanannya. Tapi dari senyuman yang diberikan Romeo, adik Brooklyn, Luna tahu kalau Brooklyn akan menyukainya.
Luna berdiri di sebelah kekasih yang akan menjadi suaminya itu. Brooklyn tersenyum lebar ke arahnya. Ia juga senang akhirnya bisa menikahi wanita idamannya itu yang hanya menjalin hubungan dengannya singkat waktu. Tapi walaupun singkat, keduanya saling mencintai satu sama lain. Dan perbedaannya dari hubungannya dengan Niall adalah Brooklyn tidak pernah membuatnya menangis sebagaimana Niall pernah.
"You're beautiful," Brooklyn berbisik ke telinga Luna, membuat wajah Luna memerah. Luna mengangguk, lalu menatap pastor yang siap menikahi mereka.
Mereka berdua mengucapkan janji suci, lalu saling mengenakan cincin ke tangan masing-masing. Cincin emas putih yang dihiasi berlian, dan Luna langsung ingat saat Niall berkata ia akan membelikan Luna cincin putih dengan berlian. Luna menangis, perasaannya campur aduk. Senang karena akhirnya bisa menikah, sedih karena Niall tidak bisa datang, dan terharu. Semuanya campur aduk menjadi satu, yang akhirnya dibuat menjadi senang secara keseluruhan saat Brooklyn dan Luna berciuman untuk yang pertama kalinya sebagai suami istri. Senyuman Luna terukir di tengah ciuman mereka berdua, dan Brooklyn pun tidak melakukannya terlalu lama, karena banyak anak-anak yang datang. Tapi tidak apa, itu cukup membuat Luna menjadi sedikit lebih baik.
Pasangan yang baru menikah itu menengok ke belakang, melihat para tamu undangan yang datang. Luna melihat keempat sahabatnya duduk di barisan kedua, dan masih, tidak ada Niall. Luna mencari ke seluruh penjuru ruangan, dan ke pintu, berharap Niall terlambat datang. Ia tidak ingin Niall menyimpan dendam padanya. Ia ingin mereka berdua masih dapat bersahabat dan jalan bersama, walau ternyata takdir memisahkan mereka berdua dan tidak menjadikan mereka pasangan sehidup semati.
Orang-orang mulai mendatangi Luna dan Brooklyn. Luna mulai sedikit melupakan keberadaan Niall, sampai akhirnya ada gebrakan pintu dan Luna melihat seorang yang pernah ia cintai mendesak masuk ke dalam. Pakaiannya rapi, tapi rambutnya sedikit berantakan. Ia melambaikan tangan ke Luna, dan Luna tersenyum lebar sambil setengah berlari menuju Niall. Ia tidak menyangka Niall akan datang, dan itu berarti hubungan mereka berdua akan baik-baik saja kedepannya.
"Niall!" Desah Luna saat sudah memeluk Niall. "Katanya kau sakit,"
Niall tersenyum. "Well, aku tidak mau melewatkan ulang tahun sahabatku," Niall mencium pipi Luna. "Terlebih tadi jalanan macet, jadi aku tidak bisa datang saat pengucapan janji suci,"
Brooklyn menghampiri mereka, lalu menyalami Niall. "Kau datang, bud," Brooklyn memeluk Niall.
"Tentu," Niall mengedipkan matanya ke Brooklyn.
Luna terharu melihat keakraban Niall dan Brooklyn. Mengingat mereka berdua pernah bertengkar di club dan masuk media dimana-mana, dan kini mereka tertawa dan saling bergurau seperti tidak pernah ada masalah. Luna senang, lebih dari senang. Tidak pernah terpikir dipikirannya bahwa Brooklyn-lah yang menjadi suaminya, dan tidak pernah terpikir juga hubungannya dengan Niall akan sebaik ini, begitu pula dengan Brooklyn.
Luna berharap kalau hubungan mereka semua akan tetap sebaik ini, dan kalau bisa lebih baik lagi. Hubungannya dengan Niall, dengan Harry, Liam, Louis, dan juga Zayn. Mereka berlima pernah menjadi bagian hidup Luna, dan akan selalu begitu. Luna amat mencintai mereka. Bukan dengan cara Luna mencintai Brooklyn, tapi cukup sebagai rasa cinta sahabat yang sudah seperti keluarga.
Luna sadar, dengan hubungannya yang tetap membaik dengan semua, akan membuat hidupnya lebih baik. Niall dan Harry kembali bersahabat, Niall dan Brooklyn kembali bermain bersama. Dan Luna juga sadar, kalau ini bukanlah akhir dari segalanya. Melainkan baru permulaan.
T H E E N D
So happy finally I can finish this super duper long book. This is my first ever time written book, so mind my mistakes. I was still know nothing about writing fanfiction when wrote this for the first time, but I'm still learning. You can check there are A LOT of differences from the first chapter to the end and I'm glad I can do my best to write this.
By the way, THANK YOU SO MUCH for whoever who have supported me and cheered me up when I got the writer's blocks. I almost deleted this fanfic but you guys said that you love this book so I kept writing it. I'm sorry if the end isn't like what you expected because I've been thinking about writing different ending and of course, surprised ending. Maybe you've guessed it but yeah, just pretend you didn't lol:)
I guess you'll be bored if you keep reading this, but I can't thank you enough if you have VOTED and COMMENTED it really made my day and I love it sooo much. You guys are the bestest lol:p and the silent readers who never voted nor commented that made me want to stop please get out of here right now.
And please, go check my other works because if you enjoy this it means you will definitely enjoy others. I'm planning on writing Louis' fanfic but I still don't know.
AND FOLLOW MY WATTPAD ACCOUNT because I'm going to write so many fanfictions and I'll update it on my timeline so if you don't follow me you won't get the notifs so FOLLOW ME!!
Thanks thanks thanks.
Love you my herb childrens! (cred to arabella my luvs)
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody to Love {Niall Horan}
Fanfiction"I always love you. And i will always do" WRITTEN IN BAHASA INDONESIA cover by: MirabelleM Copyright ©2015 by ohyeahstyles