chapter 六

148 24 8
                                    

HAPPY READING

06






Felix mendadak tidak bisa dihubungi. Hyunjae cemas.

Sudah lewat beberapa jam dari waktu istirahat makan siangnya, tapi Felix tidak juga tiba, yang lebih membuatnya khawatir, ponsel laki-laki itu mati.

"Dek Felix." Seseorang tiba-tiba mengeja nama itu di belakang Hyunjae. Ia sontak menoleh, menemukan Tzuyu berdiri disana seraya memperhatikan layar ponselnya yang memang sedang menunjukkan ruang obrolannya dengan Felix.

"Buat apa kamu mengintip?" Protes Hyunjae.

Tzuyu terkekeh pelan. "Cie, siapa itu? Yang dipanggil adek? Pacar?"

Mendengarnya entah kenapa terasa sedikit mengganjal untuk Hyunjae. Ia bingung bagaimana menjawabnya. Tapi, meski begitu tanpa sadar Hyunjae justru tersenyum samar.

Walau tak terlalu nyata, tapi lengkung tipis bibir itu dapat ditangkap jelas oleh Tzuyu. Padahal tadi dirinya hanya bergurau saat bertanya pada rekan satu timnya itu, tapi kenapa sialnya senyum Hyunjae secara tak sengaja justru berhasil membuatnya sedikit ... murung?

"Doakan saja." Jawab Hyunjae singkat. Bagus Hyunjae, jawaban yang tak diharapkan sama sekali.

Tzuyu canggung, sedangkan Hyunjae justru dengan tak berdosanya masih tersenyum tipis memperhatikan layar ponsel. Rasanya aneh, tapi karena apa Tzuyu juga tidak tahu. Dirinya menyukai Hyunjae? Iya sebagai teman. Tidak mungkin lebih.

"Danger, danger." Suara lainnya tiba-tiba terdengar berseru dari luar ruangan dan terus berlanjut bahkan hingga si sumber suara masuk melalui pintu.

Juyeon Baughan musuh abadi Tzuyu Lapassalan.

"Kenapa?" Benar saja, atensi Tzuyu teralihkan seketika.

"Bahaya ini bahaya." Hebohnya lagi. Hyunjae segera mematikan layar ponselnya, fokusnya terarah penuh pada si biang keributan yang entah datangnya darimana.

"Iya kenapa, cepat jelaskan." Cecar Hyunjae tidak sabar.

Dengan napas terengah karena habis berlari menyusuri lorong, Juyeon menatap kedua temannya bergantian. "Hasil otopsi sudah keluar."

"Dan Perdana Menteri salah satunya?" Tebak Hyunjae, Juyeon mengangguk tepat di detik setelahnya. Sudah terlihat, temannya tidak akan seheboh itu kalau sampai tebakan Hyunjae salah.

Tanpa pikir panjang Tzuyu langsung menyalakan televisi yang menempel di dinding. Benar saja, tampilan breaking news langsung muncul tanpa perlu dicari, siaran yang memberitakan bahwa Perdana Menteri yang hilang selama beberapa hari ternyata menjadi salah satu korban tewas dalam insiden kebakaran pabrik kembang api.

Ketiganya menghela napas lega, dugaan mereka sama sekali tidak salah.

"Terus apa selanjutnya?" Tanya Tzuyu.

Bertepatan dengan itu Irene membuka pintu, perempuan dengan rambut diikat asal itu masuk ke ruangan dengan setumpuk berkas ditangan yang berhasil menarik sorot mata ketiganya. "Jangan terlalu cemaskan kasus ini, kematian Perdana Menteri sudah terungkap dan apa alasan dia berada disana akan diselidiki. Badan intelejen akan turun langsung untuk mengurusnya. Aku sudah bicara dengan Agen Aphelion, kita bisa percayakan semuanya pada mereka."

Ketiganya serempak mengangguk pelan, tapi meski begitu tetap saja Hyunjae merasa cemas, ponsel itu belum kembali di tangannya dan Felix malah tidak bisa dihubungi. Bagaimanapun juga agen intelejen harus melihat bukti itu, mereka pasti bisa meretas berkasnya.

Beyond EvilWhere stories live. Discover now