Sarah duduk di tepi ranjang, jantungnya berdegup kencang. Gaun pengantin putih yang megah kini telah berganti dengan piyama sutra lembut berwarna merah muda. Cahaya lampu kamar yang redup memantulkan bayangannya di cermin, membuatnya tersadar bahwa hari yang begitu dinantinya akhirnya tiba. Malam pertama selalu menjadi misteri yang bercampur dengan rasa gugup dan antusiasme, terutama bagi pasangan yang baru saja mengikat janji suci.
Di seberang ruangan, Adrian tengah sibuk melepas dasi yang sudah ia kenakan sejak pagi. Meski lelah setelah resepsi panjang, wajahnya masih terpancar kebahagiaan yang tak bisa disembunyikan. Setiap kali mata mereka bertemu, senyum kecil tersungging di bibirnya, membuat Sarah merasakan getaran hangat di hatinya.
"Ini semua terasa seperti mimpi, ya?" kata Sarah dengan suara pelan, mencoba memecah keheningan yang melingkupi mereka.
Adrian tersenyum dan mendekat, duduk di sampingnya. "Aku juga merasa begitu. Rasanya baru kemarin kita berkenalan di kampus, dan sekarang kita sudah menikah."
Sarah tersenyum mengingat saat-saat itu. "Kamu ingat saat pertama kali kita bertemu? Kamu salah masuk kelas dan malah duduk di sebelahku. Aku hampir tertawa saat melihat wajah bingungmu."
Adrian tertawa kecil, mengenang momen itu. "Itu salah satu kesalahan terbaik dalam hidupku. Kalau bukan karena itu, mungkin kita tidak akan pernah sedekat ini."
Mereka tertawa bersama, mengenang kisah cinta mereka yang penuh liku namun selalu dihiasi kebahagiaan. Dari persahabatan yang perlahan tumbuh menjadi cinta, hingga akhirnya mereka berani mengambil langkah besar dalam hidup mereka.
Waktu terus berjalan, dan mereka terjebak dalam obrolan panjang yang tak terasa. Mereka berbicara tentang masa depan, impian, dan harapan. Sarah merasa nyaman di dekat Adrian, seolah semua kekhawatiran yang sempat melanda pikirannya sirna begitu saja. Mereka sudah mengenal satu sama lain begitu lama, dan malam ini adalah puncak dari perjalanan panjang itu.
Ketika malam semakin larut, Adrian mengambil tangan Sarah dan mengecupnya lembut. "Aku tahu ini adalah malam pertama kita sebagai suami istri, tapi aku ingin kamu tahu, aku tidak akan pernah memaksamu melakukan sesuatu yang kamu belum siap," katanya dengan suara lembut, penuh perhatian.
Sarah merasa matanya mulai berkaca-kaca mendengar kata-kata Adrian. "Terima kasih, Adrian. Kamu selalu tahu bagaimana membuatku merasa tenang."
Adrian tersenyum, menarik Sarah dalam pelukan hangat. Mereka berdua berbaring di atas ranjang, merasakan kehangatan yang menyelimuti mereka. Dalam keheningan malam, mereka membiarkan hati mereka berbicara, saling mengungkapkan rasa cinta yang tak terucapkan. Tidak ada desakan, tidak ada paksaan—hanya kebersamaan yang tulus dan penuh kasih sayang.
Seiring berjalannya waktu, mereka mulai berbicara tentang hal-hal kecil yang mungkin terlupakan dalam hiruk-pikuk pernikahan. Adrian bercerita tentang bagaimana dia gugup saat melamar Sarah, takut bahwa dia akan menolak. Sarah membalas dengan mengisahkan bagaimana dia diam-diam selalu menunggu pesan dari Adrian setiap malam ketika mereka masih pacaran. Percakapan mereka mengalir seperti sungai yang tenang, tanpa hambatan, tanpa keraguan.
Kemudian, mereka berdua duduk di dekat jendela, menikmati pemandangan langit malam yang dihiasi bintang-bintang. Adrian memeluk Sarah dari belakang, dan mereka terdiam, larut dalam keindahan malam itu. Mereka merasakan angin malam yang sejuk, membawa aroma bunga dari taman di bawah sana.
"Malam ini sempurna," bisik Sarah, menyandarkan kepalanya di dada Adrian.
"Malam ini hanyalah awal dari semua malam indah yang akan kita lewati bersama," jawab Adrian dengan suara lembut. "Aku berjanji akan selalu ada untukmu, di setiap hari, di setiap malam, dan di setiap detik dalam hidup kita."
Malam itu berakhir dengan mereka tertidur dalam pelukan satu sama lain, merasakan kedamaian yang tak terlukiskan. Di dalam hati mereka, ada keyakinan bahwa cinta yang mereka miliki akan selalu tumbuh dan menguat seiring berjalannya waktu. Mereka tahu bahwa malam pertama ini adalah simbol dari awal yang baru, awal dari kehidupan yang penuh dengan cinta, kebahagiaan, dan pengertian.
Ketika fajar menyingsing, sinar matahari pagi perlahan masuk ke dalam kamar, membangunkan mereka dari tidur nyenyak. Sarah membuka matanya dan menemukan Adrian masih tertidur di sampingnya, wajahnya terlihat begitu damai. Dengan hati yang penuh cinta, dia mengecup pipi Adrian, membangunkannya dengan lembut.
Adrian membuka mata, melihat Sarah dan tersenyum. "Selamat pagi, istriku."
"Selamat pagi, suamiku," balas Sarah, merasa bahagia luar biasa.
Mereka tahu bahwa hari ini adalah awal dari segalanya, dan mereka siap untuk menghadapi apa pun yang datang, bersama-sama. Malam pertama mereka bukan hanya tentang keintiman fisik, tapi lebih tentang ikatan yang semakin erat, cinta yang semakin dalam, dan janji untuk selalu ada satu sama lain dalam setiap langkah kehidupan.
Dan itulah malam pertama mereka, sebuah malam yang sederhana namun penuh makna, sebuah malam yang akan selalu mereka kenang seumur hidup.
sekian_
KAMU SEDANG MEMBACA
malam pertama yang tak terlupakan
Short Storykeseruan malam pertama sepasang suami istri